Alya Zakiya

55 6 0
                                    

Alya zakiya,

Usai mengutrakan keputusannya Hafsah kembali ke kamarnya menata hati dan mentalnya, membuka lembran baru dipondok seminggu kedepan,
Ia merebahkan badannya sejenak untuk beristirahat tiba tiba handphone miliknya bergetar
Derrrt,,tt,,tt
1 pesan baru belum terbaca,  tulisan yang muncul di layar ponsel Hafsah, segera Hafsah membuka pesan itu.
"assalamualaikum zah, ini ana Alya, bisa kita ketemu besok di perpustakaan dekat rumah mu? Ada yang ingin ana bicarakan sama kamu zah ini penting,

Assalamualaikum"
setelah membaca pesan tersebut gusar hati  Hafsah,  dan mulai menerka nerka dalam hati perihal pesan Alya, tanpa pikir panjang Hafsah membalas pesan Alya dengan mengiyakan, takut akan memang hal penting yang akan Alya sampaikan padanya dan segera membalas pesan tersebut.

"wa'alaikumsalam, iya Al kita ketemu di perpustakaan bada asar".

Di sudut lain terlihat Alya yang  terlihat sedih wajahnya telah melukis gurat sedih dan khawatir lantaran ia harus membayar kostnya jika tidak ia harus angkat kaki, sementara ia hidup sebatang kara, sejak kecil ia tinggal di panti asuhan.
*********
Sepertiga malam, telah sukses mengusik tidur pulas Hafsah, kali ini ia terbangun bukan karena jam wekernya yang ia atur, ia terbangun lantaran  suara lantunan ayat suci yang merdu menelisik memenuhi kamar Hafsah. Ia segera terbangun dan melangkahkan kakinya menuju masjid yang tak jauh dari kediamannya, kali ini ia berjalan tanpa Abahnya, dengan semangat ia mempercepat langkahnya untuk bisa qiyamul lail di masjid, dan selepas itu ia bertasbih memuji RabbNya hingga fajar subuh. Lantunan Adzan subuh itu lagi lagi mengusik ketenangan dzkir Hafsah, namun ada sedikit perbedaan yang ia rasakan antara sura yang ia dengar kali ini dengan sura sepertiga malam dan suara yang ia dengar satu hari yang lalu. Sementara di rumah Abah dan Umi terlihat panik saat mendapati kamar putrinya yang kosong.

"sudah bah Ayo kita segera barangkat jamaah subuh" dengan masih panik umi menenangkan.

"iya mi," jawab Abah lesu.
Umi dan Abah berangkat dengan persaan cemas, hingga tiba di masjid hati mereka kembali tentang bak di siram dengan salju yang sejuk saat manik mata mereka menangkap bayangan putri mereka sedang khusyu berdzkir.
Matahari semakin terang memancarkan sinarnya Hafsah dan kluarganya segera pulang.
Dalam perjalanan Hafsah kembali berceloteh
Tentang suara adzan yang akhir akhir ini selalu membuat hatinya merasakan aliran yang berbeda selalu menyusup perlahan tapi pasti memenuhi setiap celah hatinya. Umi dan abahnya hanya tersenyum miring mendengar celotehan putrinya, maklum meskipun Hafsah terlihat dewasa tapi kadang tingkah lakunya masih suka manja dan suka mengeluarkan apa yang ada dalam benaknya tanpa ia sadar.
*****
Jam tangan Hafsah telah menunjukkan 15:15.
lima belas menit lagi ia harus segera ke perpustakaan untuk menemui Alya, dan benar saja usai ia sholat asar handphonenya kembali bergetar,
Derrrt.... Derrtt, Hafsah segera membuka pesan dari Alya. Sembari menyambar tas, dan sepatu miliknya yang telah ia siap kan sedari tadi. Segera ia berpamitan pada Uminya.

"assalamualaikum mi, Hafsah ke perpustakaan dulu yha, insyaallah ndak sampai sore" jelas Hafsah sambil mencium punggung tangan uminya.

"wa'alaikumsalam, hati hati ya za," jawab uminya.

Hafsah segera melangkahkan kakinya menuju perpustakaan, setiba di sana Alya ternyata telah lebih dulu menunggu Hafsah.
Kemudian Hafsah langsung menghampiri Alya yang terlihat sedih, dan berusaha menyembunyikan hal itu dengan membaca buku buku,

"assalamualaikum, Al sudah lama menunggu?" tanya Hafsah tanpa basa basi.

"wa'alaikumsalam, emm" sejenak terdiam dan kembali melanjutkan bicaranya
"alhamdulillah g terlalu lama koq" jawabnya kemudian ia diam.

"maaf sebelumnya ada apa? Ada masalah apa Al, ceritakan saja insyaallah ak bisa bantu" jelas Hafsah panjang lebar.

"beneran gpp aku cerita sama kamu za?" tanya Alya keyakinan Hafsah.

"alright, gpp ceritakan saja" sambil mengusap lembut tangan Alya.

Alya mulai menceritakan perihal kesedihannya, mulai dari masalah kost hingga keinginan kuliah yang harus ia kubur dalam dalam lantaran ia tak punya banyak biaya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi Negri impiannya, sementara untuk hidup saja ia harus pontang panting mencari penghasilan agar ia tetap bisa bertahan mengarungi samudra hidup yang masih luas, tanpa kasih sayang kedua orang tua. Alya menceritakan semua tentang kehidupan yang sedang ia jalani, hingga tanpa sadar air mata Hafsah meleleh membasahi pipi sebab terharu sekaligus prihatin atas kehidupan teman SMA nya. Hingga ia memutuskan mengajak Alya untuk tinggal bersama dirumahnya dengan umi dan Abahnya, karena Hafsah tak tega melihat temannya menderita.
*******

"emmm gimana kalau kamu tinggal dirumah ku aja" tawar Hafsah sambil melempar senyum manis kahsnya.

Alya hanya diam terpaku atas tawaran Hafsah tanpa pikir panjang ia, menerima tawaran itu.

"zah, makasih yha, kamu udah mau berbagi dengan aku"  brisiknya sambil memeluk hangat Hafsah.

"iya gpp koq alhamdulillah aku senang bisa membantu" jawab Hafsah dalam pelukan Alya.

Hari itu juga Alya tinggal di rumah Hafsah, dengan persaan yang berbunga bunga. Dan gurat sedihpun sudah tak lagi tampak pada wajahnya.









Air mata Kerinduan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang