Surat cinta dan salam perpisahan

51 4 0
                                    

Jingga telah meninggalkan sedikit warna pada awan, Jingganya perlahan hilang berganti dengan sepia hitam yang telah siap mengganti sang Jingga, di rumah bernuansa hijau muda tampak dua orang gadis melangkahkan kaki keluar dari ambang pintu dengan menyandang mukena diiringi senyum yang selalu merekah dari kedua gadis itu yang tak lain adalah Hafsah dan Alya.
Sementara dirumah Furqon, hanya terlihat redup redam cahaya lampu dari kamar Furqon, rumahnya memang terlihat terang tapi tidak dengan kamar Furqon hanya terlihat cahaya redup dekat jendela disana Furqon sibuk dengan ballpoint dan kertas merah jambu perlahan ia mulai menorehkan kata demi kata, kalimat demi kalimat hingga menjadi sepucuk surat.

Untuk mu yang aku kagumi
Alya zakiya
Assalamualaikum

Semoga allah juga sedang menjagmu dengan penjagaan terbaikNya, semoga senyum manis itu selalu merekah indah menghias wajah nan ayu, afwan sebelumnya, entah tidak tau darimana ana harus memulai, jujur Semenjak ana melihat mu ana merasa ada sesuatu yang susah di ungkap lewat kata bahkan lisan sekalipun, entah persaan macam apa ini tanpa sadar ana ikut melukis senyum kala kau tersenyum dan adakalanya hati ini gundah jika manik mata ini tak melihat mu, semoga saja persaan ku ini benar semoga allah meridhoi perasan ini, jujur rasa ini adalah rasa begitu aneh yang datang tanpa ku minta, dan aku tak tau kapan rasa ini akan pergi ku harap persaan ini akan tetap seperti ini layaknya wudlu dan sholat yang saling melengkapi satu sama lain

Seperti fajar dan senja yang hadirnya memberi ketenangan, terimakasih telah hadir dalam hidupku, semoga kelak kau tak lagi menjadi bayangan semu dalam hidup, tapi semoga saja kelak dirimulah yang menjadi banyagan nyata yang akan selalu membersmai ku mengapai ridhoNya.

Wassalam'mualaikum
Furqon Al Faruq.

"assalamualaikum". suara ummi dari luar sambil mengetuk pintu kamar Furqon

"far ndak sholat jamaah kah.?". Tanya uminya yang masih di balik pintu,

"walaikumsalam, iya mi bntr lagi ana berangkat" jawabannya singkat,  ia segera menyandang sajadah dan bergegas menuruni tangga untuk menuju masjid.
Di ambang pintu ia segera berpamitan dengan uminya, dan tak lupa ia membawa sepucuk surat yang telah ia tulis tadi.

"ana berangkat dulu mi assalamualaikum". Sembari mencium tangan umminya.
Furqon segera mempercepat langkahnya agar segara tiba di masjid.
Di masjid terlihat jamaah telah siap untuk mengerjakan sholat, segera Furqon mengisi dalam shaf yang masih kosong, dengan khusyu para jamaah mengerjakan sholat dari awal hingga akhir.
Wirid dan doa telah usai di lakukan bersama jamaah telah berhambur meninggalkan masjid termasuk Alya. Sementara Hafsah dan Furqon masih berada di sana untuk melakukan dua rakaat sholat sunnah bada magrib, hingga keduanya usai mereka keluar dari masjid bebarengan, tanpa ragu Furqon memanggil Hafsah.

"assalamualaikum zah". Spontan Hafsah mencari sumber suara yang memanggil.

"walaikumsalam ada apa memanggil ana". jawab Hafsah datar, dan tanpa basa basi ia menanyakan keperluan Furqon padanya.

"emm jadi gini zha, ana mau nitip ini buat Alya". dengan mata yang berbinar sembari menyodorkan amplop kecil berwarna Pink.

"apa ini?". Tanya Hafsah penasaran.

"tolong sampaikan surat ini sama Alya please, sebab cuma kamu yang bisa bantu ana".

"iya deh iya nanti ana sampaikan". Jawab Hafsah ketus,
"tapi ingat ya jangan lukai Alya sedikit pun, dan ana juga minta tolong jaga dia, sebab ana memutuskan untuk mondok, ana minta maaf jika ana punya banyak salah".

"iya zah insyaallah sahabat mu itu akan aman dalam lindungnNya". Dengan mata yang berbinar.

Sambil menyusuri jalan pulang mereka berjalan dengan jarak yang cukup lengang antara keduanya dengan sambil bercengkerama mengenai keberangkatan Hafsah ke pondok pesantren.

"oh iyaa zah, kapan kamu brangkat mondoknya?". Tanya Furqon kepo.

"insyaallah besok sore bada asar". Jawab Hafsah dengan tanpa menatap Furqon.

Masih belum puas Furqon mengintrogasi ia kembali lagi membuka pertanyaan pada Hafsah.

"emm zah, boleh tau mau mondok dimna kamu". Tanya Furqon lagi.

Kali ini Hafsah melirik tajam kearah Furqon yang sedari tadi mengajukan pertanyaan yang membuatnya risih, tapi mau bagaimana lagi jika seorang bertanya maka harus di jawab

"insyaallah ana mondok di Pondok Pesantren La Tansa di Banten". Ia menjawab dengan helan nafas yang berat.
"semangat dong, semoga kelak illmunya berkah". Tanpa sadari bibir tipis Furqon memberi semangat kepada Hafsah.

Hafsah yang mendengar merasa tidak suka Dengan apa yang di ucapkan Furqon entah mengapa, mungkin ia hanya ingin menjaga perasan Alya. Dan dengan muka datar ia terpaksa menjawab.

"na'am syukron".
Ucapnya tanpa basa basi. Sekaligus penutup perbincangan mereka.
Hingga mereka melangkah membelah jlan menuju rumah mereka masing-masing.
Setiba di rumah Hafsah langsung menuju kamarnya, di kamarnya tampak Alya sedang tertidur pula, tapi ia harus membangunkannya untuk sepucuk surat yang harus ia terima hari ini juga,

"assalamualaikum". Sapa Hafsah lembut tepat ditelinga Alya.
Alya yang merasa capek hanya menggeser badannya saja. Sementara hafsah masih belum nyerah untuk membangunkan Alya. Hingga Hafsah membisikkan kata kata yang sukses membuat Alya terbangun

"ya, bangun dong bentar aj please, ada sesuatu ni Dari mas Furqon". Dengan nada yang sedikit menggoda.
Seketika itu Alya membuka matanya dan langsung memeluk erat Hafsah.

"emm yhaa, apa itu zha?". Masih memeluk Hafsah Alya menanyakan sesuatu dari Furqon.

"iya iya, sabar". Dengan mengulas senyum dan menyodorkan amplop kecil berwarna Pink itu pada Alya.
"apa ini isinya?". Tnya Alya penasaran, sementara hafsah hanya mengakt kedua bahunya, dan bergegas untuk beristirahat.
Dengan mata berbinar Alya segera membuka amplop itu, ia mulai membaca apa yang tertua g dalam lembaran yang sedang bersamanya, tanpa ia sadari jika jendela kamarnya masih terbuka dan itu membuat lukisan awan malam jelas terlihat lengkap berhias cahaya bintang.

Sementara di sudut lain Furqon masih terjaga, meskipun badannya lelah tapi mata indahnya tak mau untuk di pejamkan, hingga akhirnya ia memilih untuk menikmati lukisan malam bersama senandung ayat ayat suci yang sedang ia murojaah, suatu ketika ia begitu menikmati murojaahnya, bayang dua gadis itu kembali berkelebat di pelupuk mata, hingga ia pejamkan dua mata indah miliknya, dan kembali membuka perlahan, begitu terkejutnya Furqon saat ia tangkap bayangan di seberang seorang gadis berhijab terlihat samar sedang membaca sepucuk surat yang tak lain adalah darinya.
Dalam hati terbesit harapan jika yang membaca itu adalah Alya zakiya gadis yang selama ini ia kagumi.
Malam semakin larut Hafsah telah tertidur dengan puasanya, sementara Alya masih terjaga dengan perasaan yang menyeruak bahagia dalam dada, begitu pula Furqon ada rasa bahagia bercampur haru, tapi yang jelas saat ini kebahagiaan telah memberi warna dalam kekosongan jiwa yang selama ini menunggu hadirnya warna wrana cinta.


Air mata Kerinduan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang