Rindu Yang Terobati

31 4 0
                                    


Senja telah menghapus warnanya tanpa jejak, gugusan bintang telah terangkat indah, suasana pondok latansa masih tampak ramai dengan aktivitas santri yang mengaji, ada yang mengaji kitab, setoran hafalan, ngaji alquran bahkan ada yang memaknai kitab, itu semua mereka setorkan pada ustadz masing masing, tak terkecuali Hafsah ia juga tengah menyetorkan hafalan qurannya pada salah satu ustadz di pondok.
Adzan isya telah berkumandang senandungnya merdu menelisik setiap gang kompleks tak terkecuali, hingga siapapun yang mendengar akan terlena dalam keindahan lafadznya, dimana  setiap huruf dari lafadz tersebut terlafadz sempurna, dan itu membuat Alya yang masih meneteskan airmata perlahan mengusap airmatanya ia pejamkan mata sejenak untuk meresapi setiap lafadz yang baru saja ia dengar dan sukses membuat rindunya sedikit berkurang tapi tetap saja rindu itu tidak sebodoh yang sering kita ucapkan, sekalipun telah diobati ia tidak akan enyah dalam benak sebelum rindu benar-benar menyiksa jiwa. Dan rindu itu terkadang datang tanpa permisi.
Alya segera mengambil wudu serta menyandang mukena dan mempercepat langkah untuk berjamaah, ternaya di bawah Abi dan umi juga telah siap untuk berjamaah. Abi dan umi menatap Alya dengan seluas senyum kemudian berjalan beriringkan.
Kali ini Alya berjalan gontai tanpa ada semangat hanya sedikit saja semangat yang tersisa setelah Hafsah tinggal.
Sementara Furqon yang lebih awal berada di masjid ia terus saja membasahi bibirnya dengan bacaan tasbih sembari menunggu iqomah.
Alya, umi dan abi telah sampai di masjid dan segera menempati shaf yang masih longgar
Segera iqomah di kumandang kan, semua jamaah masjid telah berdi dalam shaf shaf yang lurus dan berdiri bersiap melaksanakan sholat isya.
Sementara di pondok kegiatan mengaji masih berlangsung hingga jam setengah sembilan malam, dan baru akan sholat jamaah isya setalah semua  santri selesai dengan kegiatan mengaji mereka masing-masing.
Usai sholat isya Alya dengan umi dan Abinya segera pulang, di perjalanan umi hanya terdiam dengan hati yang dipenuhi rasa syukur sebab dapat melihat kembali senyum putri angkatnya.

"emmm,..." dehem abi saat melihat istri tercinta tersenyum.
Umi hanya memandang tak mengerti.

"ciee abii, curi curi pandang sama umi". Canda Alya di iringi senyum tipisnya.

"kenapa terserah abi dong kan umi istri abi, jadi ndak ada yang salah" goda Abi pada Alya.

"yee abi mah, Ana juga ingin diperhatikan kaya umi". Ujar Alya tanpa ekspresi.

"ciee yang udah g sedih lagi baru aja dua hari ndak ktemu sama Hafsah (iza) sudah rindu".

"mii abii mii, bully Alya trus". Adunya manja pada umi.
"mau?? Sperti abi". Dengan nada bercanda

Sebelum sempat Alya menjawab abi kembali bicara
"makannya menikah". Seketika Alya membulatkkan mata indahnya.  Di iringi sedikit senyum simpul.
Hingga tanpa mereka sadar merek telah sampai rumah. Ketiganya masuk rumah dengan berhias senyum. Sementara Furqon yang melihat senyum kebahagian diantaranya tanpa. Sadar bibirnya juga telah ikut melukis senyum.

Di tengah kegiatan yang riuh dengan Lantunan nadoman, serta huruf alquran, tiba tiba salwa tampak berlari menuju tempat dimana Hafsah tengah menyetorkan Hafalan,

"assalamualaikum, afwan tad ana mengganggu". Sapa salwa sopan.

"na'am ada perlu apa neng". Tanya ustadz yang sedang menyimak hafalan Hafsah.

"ana mencari neng iza ada?". Tanya salwa

"iya ada". Ustad tegas dan berwibawa
Sang ustad segera memanggil Hafsah dan memberikan izin untuk keluar dari jam pelajaran.

"syukron tad" ucap salwa bersama dengan datangnya Hafsah.
Ustad muchiliez hanya tersenyum manis sembari kembali ke kelas.
Setelah berjalan sedikit jauh dari madrasah.
Salwa baru memulai obrolan hangat dengan Hafsah.
"zah, tau g kenapa ana memanggil mu"

"emm ndak tau wa, mang ada apa?"
Tanpa menjawab Hafsah salwa segera memberikan handphone miliknya.

"tunggu wa, maksudnya ini apa?" tanya Hafsah heran.
"ini mb jadi gini tadi itu umi mb tlpn ana katanya ada yang mau di bicarakan". jawab salwa lugu dan sabar.
"trus??" tnya Hafsah polos.
"mb telpon balik gih umi mb, kali aja ada yang penting". Jelas salwa di iringi senyum.

Hafsah masih ragu sebab di pondok kan ada tlpn umum untuk santri, kenpa salwa harus pijamkan handphone pribadi miliknya. Karena tak ingin melukai hati salwa Hafsah menurut apa kata salwa,  berhuznudhon dan mengambil pelajaran dari hal ini. Tanpa memikirkan lagi Hafsah menelepon kembali panggil yang telah berakhir beberapa menit yang lalu.
Tuuuttttt... Tuuut....., suara yang keluar dari hadppone menandakan bahwa sebuah panggilan telah terhubung.
Tak lama terdengar salam dari seberang telpon.

"assalamualaikum" suara umi dari seberang telpon
"walaikumsalam mi,"

"alhamdulillah akhirnya umi bisa denger suara anak umi".

"alhamdulillah mi, maaf yha ana dari pertama ana masuk pesantren baru kali ini ana hubungi umi". Dengan kedua pipi yang telah basah akibat lelehan airmata.

"iya ndak papa umi paham koq, oh iyaa inii ada yang lagi rindu sama kamu"

"siapa mi? abi ya mi yang rindu ana"

"bukan, abi tapi Alya za, Alya dari kemaren rindu, sampai g semangt ibadah" jelas umi
Hafsah yang mendengar sedikit geram, barusaja ana tinggal sudah rindu cibirnya dalam hati.

"tolong berikan pada Alya mi ana mau bicara"
Secepat kilat kini suara di seberang telpon telah berubah menjadi suara Alya.

"assalamualaikum" dengan perasaan gembira.

"wa'alaikumsalam, Alya kamu harus semngat, jagan malas sebab tak ada aku, Al tolong rajin lah sperti saat kita bersama, ana ndak mau dengerin alasan lagi kamu malas, awass aja klau masih malas, ana jewer nanti setelah saya pulang" cerocos Hafsah yang sedang geram terbalut rindu.

"iya iya Za g kangen sama ana koq ana di marahi hmm ngmbeg ana" jawabnya bercanda.

"iya kangen Alya, sudah dulu ya kapan kapan ana tlpn lagi insyaallah ana mau lanjut ngaji dulu, kamu baik baik disan titip umi sama abi assalamualaikum". Mengakhiri obrolan mereka
"walaikumsalam" jawab Alya semangt.

Hafsah kembali ke madin untuk melanjutkan hafalannya,
Sementara furqon masih saja melantunkan surah favoritnya dengan khidmat,
Dan Alya kini terlihat lebih baik dengan sedikit senyum manis yang menghias,
Setelah mendengar suara orang yang ia sayang hatinya perlahan lahan mencair, mengalirkan rindu yang selama ini berkecamuk dalam hati. Dan ia Alya segera beristirahat, sebelum sepertiga malam menjemput.


Air mata Kerinduan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang