14

32 3 0
                                    

Di sebrang sana Furqon sibuk membasahi bibirnya dengan dzikir dan sholawat perasaannya pada Hafsah yang dulu kini telah mencair dan berganti dengan perasaan yang baru, setelah beberpa kali sempat menatap mata dan senyum Alya yang sukses membuat hatinya kembali merasakan cinta setelah lama ia berusaha menghilangkan persaannya pada Hafsah berulang kali. Hingga saat ini mata teduh Alya lah yang membuat hatinya selalu gelisah dan ingin tau perihal kabarnya.

Sementara Alya masih terlihat bingung harus seprti apa, saat benaknya sedang diambaang cemburu, berulang kali ia beristighfar untuk menenangkan diri tapi rasa sakit hatinya lebih tajam dari hal indah yang pernah ia lalui dengan Hafsah, hingga ia berambisi untuk membuat forqon memilihnya.

Perlahan perasaan Sayang Alya pada Hafsah mulai pudar hingga rinndupun takut untuk mendekat hanya dengan rasa cemburu.

"Assalamm'alaikum" Ucap Allya saat akan bersepeda ke kampus.

"Wa'aalaaikumusaalam"' jawab umi dan Abi.

Ternyata disaat yang sama Furqqon Juga telah mengendarai sepedanya untuk berangkat ke kampus. Alya mengayuh lebih cepat agar bisa membersamai Furqqon

Hingga barisan mereka sama sepanjang jalan Allya berbicara panjnag lebar tapi tidak satupun perkaataan Alya mendapaat respons dari furqon, yang ada hanya sura angin dan kendaraan yang sedaang memacu lajunya. Karena Furqon tau jika ia memberi sedikit ucapan nantinya pasti akan Menimbulkan harpan semu untuk Alya Karenanya Ia memilih diam hingga pada saat nanti ia jabat tangan walinya. Sebab bagi Furqqon Berbicra sekrang ataupun memandangnya adalah kesalahan fatal baginya sebelum adanya ikatan syariat.

Bagimanapun hati tetaplah hati yang mudah berubah sebab Allah Yang membolak balikan hati. Hingga tiba di kampus Furqon massih saja diam tanpa sepatah katapun, dan itu membuat Alya semakin penasaraan perihal diamnya

Hingga berjalanpun ia berusha menyamai langkah furqon, hingaa ia jenuh dan mulai bicara lagi

" Afwan antum kenpa diam saja ?, laagi ada masalah, atau...." belum sempat ia melanjutkan kata katanyaa tiba tiba Furqon menipali.

"diamlah, jagan kau teruskan bicaramu, kelak kau akan tau setelah ku jabat tangan wali mu" dengan datar dan dingin ia berkata. Sambil berlalu meninggalkan Aallya

Mendengar ucapapan itu alya hanya bisa terpaku dan terdiam beberapa saat hingga ia tersadar saat Syifa teman satu kelasnya memngajaknyaa untuk masuk kelas.

Dalam kelas perkataan furqon masih terngiang dalam ingatan Allya. Dan itu membuat ai semakin penasaran dan ingin tahu maksud ucapannya.

Hingga pulang pun ia masih memikirkan hal itu.

Telpon rumah nyaring berdering, hingga membuat Allya terganggu istirahatnya dan dengan terpaksa ia mengangkat telepon.

" assalamualaikum' suara Hafsah dari sberang telepon

"wa'alaikumusalam" Allya Menjawab dengan ketus

Karena ia tau yang menelpon adalah Hafsah Secara sepiahk ia memutuskan telponya tanpa basa basi.

Hafsah menjadi bingung knpa tiba tiba mati telponya sedang ia rindu dengan umi abi dan Alya. Berkali kali ia mencoba menelpon tak kunjung mendapat jawaban dan itu semakin membuat ia bingung.

Hafsah berusaha untuk berfikir positif dengan apa yang sedang terjadi saat ini.

Air mata Kerinduan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang