Hafsah yang baru saja selesai mengaji kini memilih untuk tidur di serambi masjid lantaran ia tak nyaman untuk tidur dikamar pondok, sebab biasanya jika waktu usai mengaji malam, sebagian santriwati masih belum tidur, ada yang sekedar ngobrol, ada yang belajar dan bahkan ada yang memilih untuk makan mengisi perut yang sedari tadi berontak.
Tapi tidak dengan Hafsah ia lebih memilih untuk beristirahat diserambi masjid lengkap dengan kitab, jilbab serta mukena yang ia pakai,, stelah mutholaah pelajaran yang akan ia pelajari besok, disaat yang lain sibuk dengan urusan pribadi ia lebih memilih untuk beristirahat, sebab ia harus bangun lebih awal untuk membangunkan semua santriwati yang ada di bantu beberapa pengurus putri.Furqon Al Faruq
Langit senja telah memasang layarnya, magrib pun segera tiba, aku yang sedari tadi asyik merangkai sepucuk surat terlena dengan rangkaian kata yang ku buat sendri, hingga umi memanggil ku untuk segera sholat, akupun mengiyakan kata umi.
Sebelum berangkat tak lupa aku masukkan specuk surat yang telah aku rangkai untuk aku kirimkan pada Hafsah melalui pos, kebetulan jalanan menuju masjid ada kantor pos, tak ingin membuang waktu segera ku percepat langkah ku, setibanya aku segera mengambil antrean pengiriman, alhamdulillah antrean tidak begitu panjang sebab telah menjelang magrib jadi pengunjung lumayan sepi, setelah tiba gilirannya ia segera menyodorkan amplop berwarna cokelat lengkap dengan alamat tujuan dimna tempat Hafsah menimba ilmu. Baru setelah urusan tersebut selesai segera Furqon menuju masjid.
Setiap jengkal langkahku merasa jika akan ada seseorang yang aku kagumi akan ikut berjamaah juga, tapi perasaan itu ia tepis jauh jauh sebab ia tau jika rindunya Alya pada pada Hafsah lebih kuat hingga sanggup membuat ia terhempas dalam tepian rindu yang membuat akalnya tak berdaya untuk menciptakan pusing semangat dan itu akan berujung jika yang ia sayang telah menemui atau hanya sekedar bias suara. jika Allah berkehendak rindu yang dahsyat tak akan Mampu menumbangkan seseorang, pikirannya terus berkutat dan berdebat, tapi tidak dengan hati, aku memilih untuk tuntun membaca istigfar hingga sampai dimasjid segera ku kumandangkan adzan dan diiringi dengan puji pujian setelahnya. Fikiran ku masih saja melayang pada gadis yang aku kagumi, terbesit harapan dalam hati untuk dapat menatap wajah teduhnya, manik mataku juga seolah selalu menanti kehadirannya. Perasaan macam apa ini yang selalu saja datang tanpa ku minta dan tanpa sebab selalu saja bayang mu yang mengusik ketenangan ku, bahkan saat sperti inipun pikiran ku masih berkecamuk tentang dirimu. Usai sholat isya betapa tenang hati ku setelah kornea ku menangkap bayangan mu yang terlihat sedang tersenyum manis meskipun sebenarnya disana masih tersisa guratan rindu, Aku bersyukur Sebab saat ini aku masih bisa menyaksikan senyum mu sebagai hal yang terindah, kemudian aku melangkah pulang dengan perasan yang sedikit lega dari beban yang ku sandang saat melihatmu bersedih. Aku segera pulang dengan senyum yang menghias bibir entah apa yang membuat ku tersenyum, setelah mengenal mu banyak perasaan yang aku rasakan yang selama ini belum pernah menghampiri terkadang itu membuat ku sejenak bahagia tapi tak jarang juga perasaan ini meninggalkan tawa mengores duka. Setiba dirumah seperti biasa aku rebahan tubuh ku untuk beristirahat sambil memurojaah hafalan quran ku, lagi lagi senyum yang terpancar dari Alya selalu saja di pelupuk mata entah harus dengan cara apa aku mengusirny, semakin ku tepis semakin bayang itu tak mau enyah bahkan sedetik dari pikiran ku.
"semoga kelak kau bukan lagi bayangan utopia yang hanya akan menjadi bayangan kelabu, melainkan kelak kau akan menjadi bayangan nyata dari setiap langkah ku menemani setiap jalan ku dalam ketaatan.." bisik ku dalam hati dan perlahan ku pejamkan mata agar lekas beristirahat dari apa apa yang telah aku saksikan sedari tadi.Langit malam telah membuka sedkit abunya mengganti dengan putih samarnya, bintang bersinar terang, cahaya rembulan menerobos celah dinding serambi masjid dengan lembut mengenai wajah Hafsah.
Hafsah telah bangun dari tidurnya ia segera berwudu serta lekas membangunkan seluruh santri pondok baik putra maupun putri agar sholat malam berjamaah. Dengan dibantu pengurus pondok
Saat ia tengah membangunkan salah satu santriwati adzan telah berkumandang merdu Hafsah seperti tidak asing mendengar suara tersebut tapi ia tak mau memperpanjang berdebat dengan hati dan pikiran yang memberontak. Dan melanjutkan tugasnya. Hanya tinggal dua orang santriwati yang belum ia bangunkan dengan cepat ia melangkah takut klau dua santriwati yang akan ia bangunkan telat dan mendapat hukuman. Dan ia tak mau hal itu terjadi, sementara adzan telah usai di kumandangkan, ia semakin gusar dan mempercepat langkahnya kebetulan asrama santriwati ini letaknya paling barat dari masjid utama pondok jadi lumayan jauh jika berjalan kaki, biasanya pengurus mengendarai sepeda mini untuk menjangkau asrama santri yang lumayan jauh. Karena baru pertama ia melakukan ini Hafsah tak tau jika asrama itu lumayan jauh letaknya jadi tanpa pikir panjang ia berjalan kaki untuk itu.
Hasan Eerlangga
Setelah selesai mengumandangkan adzan ia segera sholat sunnah kemudian ia bergegas keluar dari masjid untuk menikmati suasana pondok yang baru ia tempati sekarang, entah apa yang membawa ia melangkahkan kakinya ke barat dan hingga berujung bertemu dengan seorang gadis yang tak lain adalah Hafsah. Yang sedang berusaha untuk membangunkan santri agar tidak telat sholat, namun usahanya tak semudah yang ia bayangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Air mata Kerinduan
SpiritualIni adalah perjalanan seorang gadis remaja yang sedang mencari arti apa itu cinta sejati Cinta yang bagaimana? Perasan seperti apa? Dan jalan cinta yang seperti apa yang harus ia lalui agar mendapat ridhoNya