"Apa benar semua laki-laki itu penuh dengan janji tanpa bukti?"
Alea Aksara
***
"Sabar.. sabar.." Eza memakan coklat panjang berbentuk sedotan itu, salah satu jajanan kesukaannya ketika sedang berpikir keras. "Biarkan orang jenius berpikir."
Romi memutar bola matanya, padahal ia sudah menunggu lebih dari 10 menit untuk menyalin PR matematikan yang sedang dikerjakan Eza. Semalam, Eza sudah mewanti-wanti agar Eza datang cepat, supaya waktu untuk mengerjakan PR cukup. Namun dengan senyum manisnya tadi ia datang tepat saat bel masuk berbunyi.
Eza menggaruk keningnya dengan ujung pensil. Kantin yang ramai menyulitkannya untuk berpikir.
"Gak bisa mikir ini guenya, Mi." Kali ini Eza menoleh, pandangannya beralih ke arah Bian dan Andi yang sedang memakan Mie Ayam. "Eh gue mau itu dong, pesenin. Sekalian sama jus jeruknya juga."
"Yah pesan sendiri lah." Andi menyahut.
"Ngambek nih gue," kata Eza dengan nada tidak senang dan menjauhkan bukunya. "Gue gue kerjain ini PR kalau gak di beliin mie ayam sama jus jeruk. Ngancem nih gue."
"Nah kan," Bian meletakkan sendoknya hingga terdengar bunyi dentingan. "Suka banget ngancem ni anak satu, heran gue."
"Makanya, kalau punya PR tuh di kerjain di rumah," kata Eza dengan bijak "Bukan di sekolah. Keteter kan lo pada?"
"Nih anak gak sadar diri kali ya," celetuk Andi. Ia kemudian berdiri dan memesankan mie ayam dan jus jeruk. Lalu kembali lagi ke tempat duduknya.
"Udah.. jangan berisik."
Romi tertawa kecil, menghabiskan bakwannya sambil melihat apa yang sedang di kerjakan Eza. "Susah banget Za? Biasa lo kalau ngerjakan PR matematika tuh semangat bangat."
"Hm," sahut laki-laki itu sambil menggaruk kembali keningnya. "Iya ini susah banget, sesusah melupakan dia."
"Curhat lo?"
"Nggak ah, gue sedang bermonolog sama diri gue sendiri."
Andi terkekeh. "Orang gila lo ajak ngobrol. Nyesel kan?"
Fokus Eza terbelah pada saat ia sedang mendongak dan kali ini menemukan dua orang perempuan yang duduk dua meja dari tempatnya. Perempuan itu tengah tertawa tanpa beban bersama sahabatnya, Amel.
Kalau ingat kejadian kemarin Eza bingung harus berkomentar apa. Kemarin setelah ia kembali ke kelas, Eza diam saja duduk di samping Romi.
Yang jelas perasaannya kemarin sedikit aneh.
"Woi!" suara Andi memecahkan pemikiran Eza, dilihatnya ke bawah dan semangkuk mie ayam sudah tersedia di meja beserta minumannya. "Nape lu?"
"Enggak." Eza mengambil garpu dan memakan mie ayam itu. "Cuacanya panas ya, jadi kangen si Gadis. Gue sedih si, kemarin si Gadis dihamilin sama kucing yang gue gak tau siapa. Sekarang entah mengapa gue kayak merasakan kesedihan yang dialami seorang Ayah yang gagal menjaga anak perempuannya."
Gadis adalah nama dari kucing kesayangan Eza.
Bian tersenyum manis. "Bodo amat, anjir."
"Menurut kalian, kandungan si Gadis harus gue gugur kan atau gimana?"
"Gugurin aja," sahut Romi dengan serius. "Itu aib tau gak si?"
"Eh kalau si Gadis melahirkan, gue punya cucu dong. Idih kocak bayanginnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Draft
Teen Fiction[Privat] Awalnya, Eza suka dengan Alea. Namun semuanya berubah ketika ia tahu fakta tentang Alea. Hingga akhirnya, ia berniat akan menghancurkan hati gadis itu. All right reserved by Black Rose || copyright 2018