Draft 20 : Rumah Tania

10.5K 2.1K 860
                                    

Ada beberapa hal yang Alea bingungkan dari tadi pagi, tentang Eza yang tiba-tiba berubah menjadi kaku padanya namun bisa supel dengan keempat teman dekatnya, terutama Romi. Laki-laki itu berkata bahwa Alea adalah pacarnya, namun sikapnya saat sejak tadi bel hingga pelajaran selesai seolah tidak mengenal Alea. Seolah tidak terjadi apa-apa.

"Eh, Sa, lo pulang sama gue ya,"

Kebingungan itu semakin membesar ketika Eza tiba-tiba datang dengan wajah kakunya, lalu kembali ke tempat duduk dan membereskan bukunya. Alea tidak berbicara apa-apa, namun Eza seolah menganggap ia tidak perlu jawaban.

Alea menghela napas, mengabaikan. Eza kan kelakukaannya memang selalu aneh.

"Sinting cowok lo, Al." Amel menggerutu sambil memicingkan matanya. "Orang gila tuh,"

"Kapan dia gak gila, coba?" Alea balik bertanya, membuat Amel refleks tertawa kecil seolah membenarkan ucapan Alea.

"Yaudah, Al. Gue duluan ya! Jangan lupa nanti malam kita hunting cogan! Gue baru nemu mas ganteng yang jadi penjaga toko buku. Satpam di toko buku itu juga ganteng lho Al."

"Waduh, oke siap. Mantep lo!"

"Haha, bye, Alea!"

Selepas kepergian Amel, kelas perlahan sepi. Eza masih cekikan dengan keempat temannya, lalu merangkul leher Romi dan mengangkat sebelah alisnya. "Gue pulang sama Alea, Rom."

"Lah, si tolol, gak bilang! Jadi gue pulang sama siapa?" Romi melepas rangkulan Eza, terlihat tidak terima.

"Naik Bus Tayo aja,"

"Lo dan kucing lo yang bunting aja tuh naik Bus Tayo," gerutu Romi dengan wajah tidak senang. "Eh, anak lo apa kabar, Za?"

Alea melotot? Eza sudah punya anak? Jantungnya berdebar keras. Ia refleks mendorong Eza dengan kasar. "Lo udah punya anak dan lo jadiin gue pacar lo? Dan.." Alea terbata-bata dengan mata melotot. "Lo menghamili anak orang?"

"Widi anjay, kaget gue Al," Romi melotot.

Eza refleks tertawa. "Woi, anak gue kucing. Ya kali gue buntingin anak orang."

"O-oh," Alea entah mengapa merasa lega. "lo juga Rom, bercandanya kelewatan."

"Lah? Gue sama Eza becanda emang begitu Al."

"Yaudah, gue sama Aksa pulang dulu."

"Eh Za," Romi terlihat ragu memanggil ketika kedua remaja itu berjalan keluar dari kelas. Eza mengangkat sebelah alisnya, tatapannya seolah bertanya kenapa?

"Tadi Tania nelpon gue, ngajak main ke rumahnya, gue kemarin sempat jumpa sama dia, ngobrol bentar terus hari ini dia minta gue ke rumahnya. Lo ikut ya?"

Alea jelas ingat nama Tania, seseorang yang entah mengapa bisa membuat Eza nampak emosi hanya karena perempuan itu marah. Eza nampak kelihatan berpikir, lalu melirik Alea.

"Lo mau ikut?" tanyanya pada Alea.

Yang ditanya nampak kaget ketika ditanya, perempuan itu mengangguk kaku lalu bertanya. "Gak ganggu emangnya?"

"Enggak."

"Lo naik apa, Rom?"

"Naik kuda."

"Serius gue, bego."

"Gue bawa motor kok." Katanya dengan cengirannya. "Yaudah, tunggu apa lagi?!"

***

Ketika sampai di rumah Tania, Alea turun dari motor Eza. Ada seorang perempuan yang tiba-tiba keluar dari rumahnya dengan kursi roda dan memanggil Eza dengan suara yang amat bahagia. Sangking semangatnya, Alea sampai harus minggir karena Eza ada di belakangnya.

DraftTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang