Draft 11 : Sisi Lain Dirinya

12.8K 2.3K 412
                                    

Alea tidak mengerti akan kebiasaannya yang tiba-tiba bangun pada saat tengah malam diantara jam 1-3 malam. Biasanya perempuan itu akan berpikir keras mengenai dirinya dan masa depannya. Lalu kemudian satu sampai dua jam kemudian perempuan itu akan tertidur.

Alea menyebut dirinya ; Night Thinker.

Ada banyak mitos mengenai seseorang yang sering bangun pada saat malam. Alea sering mendengar orang yang sering terbangun pada tengah malam itu menandakan hati kecilmu ingin berbicara. Dan pada waktu itu pulalah dirimu akan merasa tenang dan jujur. Jujur dalam artian kau bisa jujur pada dirimu sendiri.

Namun malam ini tidak ada yang terjadi. Perempuan itu mengikat rambutnya, keluar dari kamarnya dan berjalan ke dapur membuat coklat panas. Alea selalu suka coklat saat ia gelisah ataupun tidak bisa tidur dalam waktu yang lama. Perempuan itu kemudian membawanya ke ruang TV yang hening dan meletakkan mug itu di atas meja.

Ia memasang earphone­-nya dan bersandar pada sofa.

Biasanya pada jam-jam segini, Alea memutuskan untuk membuat sebuah cerita. Namun sayang, ia sedang tidak mood. Hingga akhirnya ia lebih memilih menuliskan outline di buku catatannya. Membuat potongan-potongan cerita yang akan ia tulis nanti.

Yap. Alea adalah seorang penulis.

"Gak tidur?"

Bertepatan dengan suara itu, salah satu earphone Alea terlepas, gadis itu refleks menoleh melihat Eza yang sedang menyumpalkan salah satu earphone ditelinga kirinya. Laki-laki itu kemudian menoleh karena pertanyaannya belum juga di jawab.

"Be-belum." Alea membalas dengan gugup, karena jarak wajah mereka yang hanya satu jengkal.

Eza mengangguk, memutus kontak mata dengan Alea dan memeluk gitarnya.

"Coldplay - Fix You?" tanya Eza dengan dahi berkerut, ia kemudian tersenyum kecil. "Ini salah satu lagu favorit gue."

"Ya, gue juga."

"Fix you, Fatha, gitu ya kan?" tanya Eza setengah menyindir.

Alea melirik dengan kaku menatap laki-laki dengan kaos putih dan celana training itu.

"Akhirnya gue menemukan perempuan yang sedang tidak mendengarkan lagu Korea." Eza tertawa kecil, merasa senang. "Lo bukan kpopers kan, Al?"

"Aduh, sebenarnya gue suka lagu-lagu Korea tau, gak?" Perempuan itu nampak semangat. "Apalagi lagu-lagunya Wanna One, selain enak didengar, penyanyi-nya juga Ganteng-ganteng. Apalagi si Kang Daniel, suka bikin gue khilaf karena kegantengannya."

"Ah, gak asli tuh gantengnya. Plastik tuh, plastik! Mau aje lu ditipu sama muka plastik!"

"Lah, enggak kok!" Alea yang tadinya lesu kini nampak bersemangat. "Asli!"

"Kalau pun misalnya asli, itu pasti efek make up. Sadar dong!"

"Ah masa sih?" Alea bertanya dengan nada kecil. "Tapi pokoknya gue suka lagu-lagu Korea sih, tapi yang kalem gitu lagunya,"

"Gue sih anti Korea-Korea club. Western is my life. Orang Korea sih gak asli mukanya. Oplas tuh. Secantik-cantiknya cewek Korea yang udah di dempul dengan operasi plastik, masih cantikan lagi cewek-cewek Jepang."

Alea mendelik. "Setiap orang kan beda-beda. Gue sih campur. Suka Korea tapi suka barat juga, gitu. Lagian gue kan penikmat karya mereka, suaranya, bukan mukanya. Kalau ganteng sih, itu bonus doang."

"Emang seganteng apasih si Kang-Kang itu?"

"Kang Daniel, Eza!" Alea melotot. Tidak terima Eza menyebut idolanya seperti itu. "Pokonya ganteng."

DraftTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang