Draft 7 : Hm

12.9K 2.3K 420
                                    

Eza itu...

Alea kembali memperhatikan laki-laki yang sudah berseragam sekolah itu. Tangannya tengah sibuk menata makanan di atas meja. Alea duduk dengan kaku ketika Eza tersenyum manis sambil meletakkan piring itu.

"Lo ngapain?" tanya Alea dengan kening berkerut.

"Masak cabe-cabean," jawab laki-laki itu dengan asal.

Alea mendengus. Eza tertawa.

"Ya, masaklah, Butet. Emang lo gak bisa liat?"

Alea melepaskan tasnya dan meletakannya di lantai. "Jarang-jarang ada cowok mau masak di pagi hari." Ucapnya dengan pelan. "Jangan kan masak, bangun aja kadang telat."

Eza tertawa kecil, membereskan peralatan masak dan mencuci tangannya. Ia menoleh sekilas melihat Alea yang sudah nampak rapi dengan rambut di ikat kuda dan wajah alami tanpa make up seperti cabe-cabean yang biasa Eza liat di sekolah. Paling juga perempuan itu hanya mengenakan bedak bayi dan lip balm.

"Gue seneng kok masak di pagi hari. I'm officially husband goal."

"Ngik," celetuk Alea dengan wajah judesnya.

"Hahaha, ya bukan gitu sih. Gue cuma senang aja kok buat sarapan untuk Mama gue yang tercinta."

Perempuan itu mengangguk kecil.

"See?" Laki-laki itu mengelap tangannya memakai kain lap. "Mama gue aja gue masakin makanan setiap pagi. Gak kebayang dong gimana enaknya nanti yang jadi istri gue?" tanyanya dengan sombong.

"Sekolah aja dulu lo yang bener."

Obrolan itu terhenti ketika Eza melihat Mama dan Papanya sudah keluar dari kamar. Papa Eza sudah rapi dengan pakaian kerjanya, begitupun Mamanya. Wanita paruh baya itu menghampiri Alea, mencium puncak kepala perempuan itu seolah Alea adalah anak kandungnya.

"Pagi, Sayang."

"Pagi, Tante." Jawab Alea dengan senyum manis.

Ketika Mama Eza sudah duduk di meja makan, Eza menghampiri dan mencium kening Mamanya. "Pagi, Mama."

Kalau dilihat-lihat, walau hanya sekilas, semua orang juga tau Eza menyimpan kasih sayang yang besar pada Mamanya itu.

"Alea nanti berangkat sama Om atau sama Eza?" Papa Eza bertanya, mereka mulai sarapan.

"Sama-"

"Sama Eza, Pa!" sambar Eza dengan cepat. Alea mendelik.

"Engga-"

"Iya!" tegas Eza tidak senang. "Lo berangkat sama gue. Gak mau tau!"

"Dih, kocak! Ngapain lo maksa?"

"Ya kan kita satu sekolah!" balas Eza dengan cepat, mengabaikan tatapan peringatan dari Mamanya.

Alea urung menjawab. Benar juga.

"Ya udah, berangkat sama Eza aja ya?" tanya Papa Eza dengan senyum yang ramah, membuat Alea mengangguk kaku.

"Eca mana, Tante?"

"Dia mana betah di rumah, pulang sehari, nginep seminggu di rumah nenek. Dikata ini hotel kali ya?" jawab Eza.

Alea mengerutkan keningnya, menatap laki-laki yang tengah menyendokkan makanan ke mulutnya. "Perasaan gue nanya Tante deh, kenapa lo yang jawab?"

"Ya kan gue jubirnya Mama," laki-laki itu menyengir melirik Mamanya, "Ya kan, Mama Sayang?"

Mamanya hanya menjawab dengan gelengan kepala.

DraftTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang