Draft 9 : Cemburu?

12.6K 2.4K 650
                                    

Eza mengatupkan mulutnya rapat-rapat melihat Alea yang sudah rapi dengan dress warna peach dengan rambut tergerai hingga punggungnya. Warna kulitnya yang putih itu membuatnya nampak serasi di gaun itu. Eza jadi dongkol sendiri. Laki-laki itu tengah duduk di teras sambil meletakkan laptopnya di atas meja kayu.

Sementara Eza nampak dongkol, Alea nampak biasa saja. Ia tengah memakai jam tangannya.

"Lo tau gak sih Al?" Eza menepuk-nepuk betisnya yang telanjang, ia hanya memakai celana pendek. "Cowok dengan bulu kaki yang lebat itu seksi."

"Emang bulu kaki dia gitu yang mau gue liat?" balas perempuan itu.

"Ya enggak sih, cuma informasi aja soalnya bulu kaki gue lebat."

"Btw, Lo minus?" tanya Alea tanpa menoleh, tadi tidak sengaja melihat Eza memakai kaca mata "Kok gue gak tau?"

"Hm, baru minus 0,75 gue juga baru periksa mata." Jawabnya tanpa minat. Laki-laki dengan baju berwarna abu-abu bertuliskan single is happy itu pura-pura sibuk dengan laptopnya.

"Lagi ngapain, Za?"

"Download film. Tapi ga selesai-selesai. Gara-gara lo jalan sama Fatha nih jadinya wifi gue lelet."

"Lah apa hubungannya sih?" perempuan itu mengerutkan keningnya.

"Elah, Sa, mending lo sama gue main tebak-tebakan, daripada jalan sama Fatha! Gak penting!" gerutu Eza sambil mendorong kaca matanya dengan jari telunjutknya.

"Yaudah ayo main tebak-tebakan," kata perempuan itu dengan suara lembutnya, benar-benar manis.

Mendengar itu Eza jadi semangat, senyumnya cerah dan dia melepaskan kacamatanya, "Lo dulu deh,"

Alea nampak berpikir. Lalu kemudian bersemangat, sama seperti Eza. Entah mengapa laki-laki itu merasa Alea kembali seperti Aksa yang dulu selalu bersamanya saat kelas 10. Saat semuanya belum berubah.

"Tebak buaya apa yang gak ada di kebun binatang?" tanya Alea.

Eza mengerutkan keningnya, "Buaya albino?"

"Salah!"

"Buaya cabe-cabean bukan si? Yang ganjen gitu sama buaya jantan."

"Salah!"

"Nyerah gue, tembak deh gue, Sa."

Alea memukul pundak laki-laki itu. "Jayus lo,"

"Hehehe,"

"Beneran nyerah?"

"Iya!"

"Jawabannya buaya darat!"

Eza terhenyak, lalu tertawa terpaksa melihat Alea tergelak sendiri menjawab pertanyaan itu.

Ngalus amat nyindirnya, anjir.

Jujur saja, waktu kelas 10 dulu, Eza emang cowok yang playboy , tapi dulu. Setelah membaca naskah cerita Alea, entah mengapa laki-laki itu tobat. Biasanya ia mendapatkan pacar satu minggu satu orang, semenjak membaca itu, Eza hanya pacaran sekali sebulan dengan wanita yang berbeda. Lalu setelah kelas 12 ini, entah mengapa tidak ada lagi wanita yang menarik untuk dijadikan pacar.

Eza sudah tertarik dengan Alea lebih dari dua tahun. Namun ia baru mendekatinya sekarang. Eza sadar waktu itu ia sudah terkenal brengsek atau kurang aja. Itu sebabnya ia jadi enggan mendekati Alea.

Tapi sekarang, Eza sudah mulai malas mematahkan hati anak orang.

"Eh itu Fatha," Alea menunjuk sebuah mobil hitam yang berhenti tepat di depan rumah Eza, perempuan itu memakai tas kecilnya dan melambaikan tangannya.

DraftTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang