Draft 18 : Tidak Tertebak

10.3K 2K 385
                                    

Feelings that come back are feeling that never left.

Ketika pikirannya kacau, Eza  tidak pulang akan ke rumah dan menginap  di rumah Romi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika pikirannya kacau, Eza  tidak pulang akan ke rumah dan menginap  di rumah Romi. Jam menunjukkan pukul dua belas malam dan Eza baru saja selesai mandi dan kini perasaannya berkali-kali lipat lebih baik. Laki-laki itu melingkarkan handuk di pinggangnya lalu melangkah keluar dari kamar mandi.

Kamar Romi memang tidak sebesar kamarnya. Namun setidaknya ini lebih baik dari kamar Eza yang berantakan. Kamarnya tidak terlalu besar dengan rak buku, meja belajar, lemari baju, televisi dan tentu saja ada tempat tidur.

Eza yang ingin melangkah ke arah lemari mengurungkan niatnya, ia melihat kaca, meneliti wajahnya yang tampan tiada tandingan.

Puas melihat wajahnya, Eza berjalan ke arah lemari. "Romi, celana dalam gue yang kemarin gue titip disini lo letak dimana?" tanyanya dengan suara yang cukup kuat.

"Di laci lemari, Za."

Eza berjongkok, membuka laci dan mengerutkan keningnya. "Gak ada!"

"Cari pake mata!"

"Ya iyalah, sinting, masa pake pantat," gerutunya sambil mengobrak-abrik isi laci itu dan akhirnya menemukan celana dalamnya. Laki-laki itu kemudian mengambil celana pendek dan kaos berwarna putih.

Selesai berpakaian, Romi datang dengan kaki menendang pintu dan kedua tangan memegang nampan. Laki-laki itu kemudian meletakkan nampan itu di karpet. Dua mangkuk mie instan tersaji dengan uap yang mengepul lengkap dengan soda.

"Lo kenapa?" Romi duduk di karpet, menghidupkan Televisi sambil mengambil mangkuk yang berisi mie instan itu.

Eza mengacak rambutnya yang basah lalu melempar handuk itu ke tempat tidur. Ia kemudian duduk di samping Romi.

"Gue mikirin Tania, Rom."

"Ha? Tania?" Romi memakan mienya sambil fokus menonton TV. "Kenapa tuh anak?"

"Lo makan mie instan bokap lu ga marah? Mie instan gak bagus Rom buat kesehatan, banyak micinnya." Komentar Eza, namun anehnya laki-laki itu tetap mengambil mangkuk itu.

"Bokap gue kan pergi, jadi dia gak tau gue makan mie instan. Kalau dia tau, abis dah gue, Za."

Eza mengangguk. "Sesekali makan ramen dong, elit dikit."

"Tai lu ah, udah dikasih gratis ngelunjak."

Eza mengabaikan, memilih mengisi perutnya yang sangat lapar. Hujan yang turun ditambah dengan mie instan hangat yang pedas membuat keduanya saling mengabaikan.

"Za," panggil Romi sambil meletakkan mangkuknya di bawa tempat tidur. "Rasanya cium si Alea gimana?"

Refleks, Eza yang sedang minum soda langsung menyemburkannya pada Romi. Terkejut ketika pertanyaan itu keluar dari mulut seorang Romi yang baik.

DraftTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang