Part 12: Melati Pujaan

405 14 2
                                    

Bunga melati di balkon itu tampak berubah warna daun-daunnya. Tak lagi hijau tua seperti biasanya. Bunga-bunganya mulai berguguran. Tak ada tunas muda. Tanaman perdu berbatang tegak yang bisa hidup menahun itu seolah sedang merana. Tak mampu menahan terik mentari akhir-akhir ini. Jasminum Sambac itu merasakan apa yang dirasakan Yasmin Samad.

Yasmin, melatiku tersayang, kini bertambah sedih. Masalah semakin melebar. Kecantikan perempuan Melayu ini terhalang kemurungannya. Padahal, aku berani bertaruh dari atas Tanah Genting Kra hingga Pasir Gudang, Johor Bahru, Yasminku yang paling cantik rupawan. Namun, kali ini, bebannya semakin berat. Puspa bangsaku itu mulai layu. Lukanya meradang. Rahasia kejahatan Razi mulai menyebar di antara keluarga dan rekan kerja.

Yasmin memutuskan untuk berhenti kerja. Aku tak dapat melarangnya, sebab kutahu bisik-bisik teman kerja pasti terasa sangat menyakitkan. Sangat menghantui, dia dilecehkan oleh seorang Razi yang gila kuasa terhadap wanita. Kalau hanya sekadar bercerai mungkin bisa diselesaikan dengan pergi menjauh, pindah rumah, pindah kerja. Tapi, malangnya justru apa yang dialami Yasmin jauh dari itu. Dia harus merawat dan mencintai anak hasil perselingkuhan Razi dan Zahra. Yasmin merasa ditipu, dihina dan dikhianati berkali-kali. Tentu rasa sakit dan marahku tak sebesar apa yang dirasakan Yasmin. Aku tahu itu, sungguh menyakitkan.

Untungnya, dia masih menganggapku sebagai suami yang berdaulat. Suami yang bisa memberi kehangatan dan kedamaian saat perasaan-perasaan sakit dan sedih itu membuncah di hati. Aku bisa menjadi sandaran bagi keluh-kesah dan asa yang tertunda. “Aku ingin selalu bersama Abang dan Sean. Aku tak mau lagi bekerja di luar,” kata Yasmin meyakinkanku. Abah Samad pun mendukung kami dengan bijak. Ayah mertua yang benar-benar menjadi figur Bapak bagi kami. Aku sangat mengormati dan menyayangi. Sayangnya, aku tak berkesempatan untuk melihat ibu mertuaku, Mak Hasanah yang melahirkan melati indah pujaan hatiku. Aku menikahi Yasmin dua tahun sepeninggal beliau.

Dari cerita-cerita Abah Samad dan Bang Faizal, Yasmin mewarisi kelembutan hati ibunya. Kulihat ada garis-garis kecantikan yang sama dengan Mak Hasanah saat kubandingkan fotonya di dinding rumah. Abang Faizal satu-satunya saudara Yasmin. Aku bisa mengerti kemarahan Bang Faizal terhadap Razi yang telah melakukan pengkhianatan itu, sebab  Bang Faizal sangat menyayangi adik satu-satunya. Aku masih ingat, ketika pertama kali aku putuskan untuk menikah sirri dengan Yasmin di Patani, Bang Faizal adalah orang pertama yang kami beritahu. Lalu, dia juga yang meyakinkan Abah untuk merestui hubungan kami. Alhamdulillah, akhirnya aku, Yasmin dan Abah bisa pergi jalan-jalan ke Patani, mengunjungi pondok kecil disana dan Abah menikahkan kami di tempat itu.

Bang Faizal pula yang memudahkan proses pernikahan resmi kami di Kuala Lumpur, 6 bulan setelah pernikahan sirri kami. Aku pun tak banyak mendapat kesulitan untuk mengurus birokrasi penikahanku di KBRI. Seolah-olah pernikahan kami begitu dimudahkan, semudah jatuh cintaku dulu kepada Yasmin. Aku adalah seorang kutu buku yang paling beruntung di seluruh Semenanjung Malaya.

Dulu, di masa proses perceraian Yasmin dengan Razi, dia sering berkunjung ke Perpustakaan Utama Universiti Malaya (UM). Dan, aku kala itu telah menjadikan perpustakaan seperti rumah dan arena bermain kegelisahan intelektualku. Setiap hari, aku membaca buku di perpustakaan itu untuk menyiapkan thesisku di UM yang berjudul The Influence of Imam Al-Ghazali’s Thoughts and Teachings in Southeast Asia (Pengaruh Pemikiran dan Ajaran Imam Al-Ghazali di Asia Tenggara). Di saat itulah aku menemukan kembang melati itu di perpustakaan. Harum baunya semerbab mewangi ke seluruh ruangan.

Aku sering mengintipnya saat membaca buku. Wajah Yasmin benar-benar memberi gairah kesegaranku membaca dan melakukan riset kepustakaan di sana. Jika di perpustakaan ISTAC di Damansara aku mendapatkan kedalaman khazanah Islam dan samudra ilmu yang luas dan profesor-profesor hebat, di sini, di  Perpustakaan Umum UM di Petaling Jaya aku mendapatkan keindahan sastra dan warna-warni bunga-bunga indah ilmu dan kehidupan.

SOR-BAUJANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang