Toktoktok..
Suara ketukan pintu membuat Dila mengerang beberapa kali. Ia pun mengacak rambutnya seperti orang frustasi.
"Iyaaaaa." teriaknya bermaksud menyahuti.
"Dila, bangun sholat subuh, nak." ujar Shareen-Mamanya.
Dila hanya bergumam di balik selimut tebalnya.
Di balik pintu itu, Shareen menoleh kala pintu sebelah kamar putrinya itu terbuka. Menampilkan sang adik yang sudah siap dengan mukenanya.
"Kita sholat subuh di masjid aja yuk, Kak." ajak Hilya dengan tangan yang sudah menenteng sajadah.
"Oh, yauda ayo kalo gitu." kata Shareen yang memang sudah memakai mukena. Ia pun pergi ke mushola yang ada di rumahnya untuk mengambil sajadah.
Sedangkan Dila? Gadis itu masih menjelajah mimpinya. Sampai tiba-tiba ia melihat seorang lelaki yang datang menghampirinya, sungguh itu terasa nyata.
"Sholat, saya yang akan jadi imamnya." ujar lelaki itu.
Kelopak mata Dila langsung terbuka sempurna, memamerkan bola mata indahnya. Lagi-lagi, jantungnya berpacu lebih cepat dari tempo biasanya.
Gadis itu langsung beranjak ke posisi duduk, mengibas selimut yang semula menutupi seluruh tubuhnya.
Telapak tangan Dila menyentuh dadanya sendiri, merasakan apa yang terjadi dengannya saat ini. Napasnya pun terengah-engah.
"MAMA, TUNGGUIN DILAAAAA..." teriak gadis yang baru SMP kelas 3.
Gadis itu pun langsung mengambil air wudhu, memakai asal atasan mukenanya kemudian menenteng rok mukena dan sajadah yang begitu tertata rapi di dalam lemari.
**
"Assalamu alaikum wa rahmatullah,"
Telapak tangannya mengusap wajah sembari membaca hamdalah. Gadis itu pun mencium tangan sang Mama dan juga Hilya.
Setelah selesai berdo'a, ketiga calon bidadari surga itu berjalan beriringan keluar dari masjid yang ada di komplek perumahannya.
Tanpa sengaja, ketika Dila berbalik, ia hampir saja menabrak seseorang yang belum lama ini bertemu dengannya.
Kesekian kalinya Dila terpesona. Alif pun langsung menundukkan kepalanya, namun yang ia lihat bukannya tanah, malah sepasang kaki yang terlihat jelas oleh Alif.
"Astagfirullahaladzim." Alif memalingkan wajahnya sembari mengusap wajah dengan telapak tangan kanannya.
Hilya yang berada di dekat keponakannya itu pun menyadari apa yang membuat lelaki itu bersikap seperti tadi. Ia melihat sepasang kaki Dila yang terpampang dengan jelas tanpa kain, hanya tertutup oleh atasan mukenanya sampai lutut saja.
Sontak kedua mata Hilya membulat, "Dila! Bawahan mukena kamu mana?" tanya Hilya dengan suara kecil namun penuh ketegasan.
Dila yang kebingungan pun agak membungkuk, melihat kakinya yang memang sudah biasa terbuka, "Kenapa?" tanya Dila dengan watadosnya.
Hilya berdecak frustasi, "Aurat!" ucapnya dengan mata yang masih membulat.
Respon yang Dila berikan justru jauh dari dugaan Hilya, gadis itu malah mengerutkan dahinya, "Why? Nanti mukena aku kotor Kak, kalo keseret-seret tanah." ucap Dila yang terdengar jelas oleh Alif.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayra
RomanceKetika Ayra, gadis kelahiran Indonesia yang memutuskan untuk hijrah dari masa lalunya. Dipertemukan dengan Alif, lelaki asal Palestina yang merupakan tetangga baru Ayra. Lelaki yang mampu menjadi perantara seseorang pindah agama. Ayra, gadis belia...