Maret 2019
Istanbul - Turki--------------------
Suara air mengalir dan terjun ke keramik. Menghasilkan suara cipratan tak beraturan. Seketika segar terasa oleh tubuh Ayra.
Tiba-tiba, terdengar suara samar. Suara itu semakin dekat dan jelas terdengar oleh Ayra. Gadis itu pun memutar kerannya.
"Ayra, apa kamu ada di dalam?" tanya seseorang dari luar kamar mandi.
Dengan gerakkan cepat, gadis itu menyelimuti tubuh dengan bathrobe serta handuk yang menutupi kepalanya.
Tangannya menutar kenop pintu, mendorong sedikit lalu kepala muncul dari sana.
"Astagfirullah," Zahra yang berdiri tepat di depan pintu kamar mandi pun terkejut karena Ayra.
"Ada apa?" tanya Ayra tanpa basa-basi.
Zahra mengatur deru napasnya, "Aku pinjam buku catatan kamu ya?" pinta Zahra.
"Oh," Ayra ber 'oh' ria, "Ambil saja di atas meja belajar." jawabnya memberi arahan.
Mata Zahra menatap sekitar, mencari dimana meja belajar yang Ayra maksud, "Baiklah," ucap Zahra akhirnya, "Maaf menganggu." tambahnya sambil tersenyum canggung.
Ayra mengangguk maklum, ia pun menutup kembali pintu kamar mandi. Membiarkan Zahra mencari sendiri.
Zahra berkacak pinggang, dengan tatapan menerawang, dimana ya, - pikirnya.
Ia pun berjalan mendekati meja yang Ayra maksud. Tangannya bergerak membuka laci, tapi yang ia temukan tidak sesuai dengan keinginan.
"Buku apa ini?" tanya Zahra penasaran.
Diambilnya sebuah buku dengan cover bergambar hati. Matanya celingukan, memastikan kalau Ayra masih lama di dalam kamar mandi.
Dengan cepat, Zahra membuka asal buku itu, entah halaman berapa yang ia buka. Yang jelas, sebuah tulisan rapi terukir di sana. Sederet kalimat ia baca.
"Buku diary," gumam Zahra menyimpulkan sambil membolak-balikkan buku di tangannya.
Belum merasa puas, ia membuka lagi halaman lainnya. Terdapat sebuah foto di salah satu halaman.
Foto yang sepertinya teman-teman sekelas Ayra. Di sebelahnya juga terdapat foto dua orang gadis yang mengenakan kebaya, dan seorang lelaki yang sangat Zahra kenal.
"Fakhri." ucap Zahra spontan.
Zahra menatap lekat foto itu, yang mana Ayra? - pikirnya mengamati seorang gadis dengan kebaya dan rambut yang dicepol.
Dari bentuk wajahnya pun sangat tidak mirip dengan Ayra. Sedangkan gadis satunya lagi memakai kebaya merah muda namun wajahnya tertutup stiker bunga. Zahra bisa saja merobek stiker itu dari fotonya, namun ia tidak ingin merusak setelah mencoba menguak privasi temannya.
"Ayra," panggil Zahra dengan suara keras agar terdengar, "Aku pinjam dulu ya." ucapnya kemudian keluar dari kamar Ayra.
***
"Dimana buku diary-ku," gumam Ayra sambil mengacak laci yang semula tertata rapi.
Sebuah kejadian melintas begitu saja diingatannya,

KAMU SEDANG MEMBACA
Ayra
RomanceKetika Ayra, gadis kelahiran Indonesia yang memutuskan untuk hijrah dari masa lalunya. Dipertemukan dengan Alif, lelaki asal Palestina yang merupakan tetangga baru Ayra. Lelaki yang mampu menjadi perantara seseorang pindah agama. Ayra, gadis belia...