Maret 2019
Istanbul - Turki--------------------
Lorong demi lorong dilewati sampai akhirnya ia sampai di depan pintu dengan nomor yang sesuai dengan yang ia tahu.
Toktoktok
Punggung tangannya mengetuk pintu. Selang beberapa menit saja, pintu itu terbuka, memunculkan sebuah kepala.
Zahra terkejut dibuatnya, sampai ia terlonjak dan mundur beberapa langkah. Tangannya pun memegang dada, sebagai refleks dari keterkejutannya.
"Hai, Zahra." sapa Fakhri tanpa memperlihatkan tubuhnya.
Bukannya membalas sapaan, Zahra malah memicingkan matanya curiga. Gadis itu hendak mendorong pintunya agar lebih terbuka, namun Fakhri menahan.
"Five minutes." ucap Fakhri panik dan langsung menutup pintu dengan gebrakkan sedikit.
Lagi, Zahra tersentak kali ini.
Di dalam apartemennya, Fakhri baru selesai mandi. Ia masih bertelanjang dada, hanya lilitan handuk yang menutupi bagian pinggang sampai lututnya.
Di luar, Zahra melipat kedua tangan di bawah dada, sepatunya mengetuk-ngetuk keramik yang ia pijak. Mata indahnya pun berkelana, dengan kepala yang celingukan mengamati sekitarnya hingga ke langit-langit.
Singkatnya, gadis itu mencoba untuk mengusir rasa bosan yang berjalan mendekati.
***
"Kamu kenapa ga bilang akan berkunjung sekarang?" tanya Fakhri sembari merapikan beberapa barang yang tergeletak sembarangan.
Zahra duduk di sofa yang ada di ruang tamunya. Apartemen yang Fakhri tempati cukup nyaman namun tidak terlalu luas juga.
"Kamu tinggal sendiri?" Zahra balik bertanya, tanpa mempedulikan pertanyaan Fakhri sebelumnya.
Gadis itu mendapati si lelaki yang sedang menyisir rambutnya menggunakan tangan, sambil menghela napas. Rupanya Fakhri kelelahan.
Sekejap Zahra terkesiap. Pemandangan barusan bisa dibilang keindahan. Sungguh, Fakhri lelaki yang tampan.
"Iya," jawab Fakhri kemudian.
"Heuh," Zahra memalingkan wajahnya, "Ngejawabnya lama, singkat lagi." cibirnya dengan suara pelan.
Waktu masih sore hari. Fakhri memang tidak ada jam hari ini, sedangkan Zahra yang juga sama seperti Ayra dan Elza, ada kelas dari pagi sampai siang tadi.
Sebelum adzan magrib berkumandang, Zahra harus segera pulang. Untungnya jarum jam baru menunjukkan pukul 4 sore.
"Mau minum apa?" tanya Fakhri yang terlihat kebingungan sedari tadi.
"Hm," gumam Zahra, "Apa aja." jawabnya kemudian, diikuti cengiran kuda.
Fakhri melengos pergi. Membuat Zahra beranjak dari duduknya. Ia berjalan dengan perlahan, menatap satu persatu hiasan ataupun pajangan yang menarik perhatian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayra
RomanceKetika Ayra, gadis kelahiran Indonesia yang memutuskan untuk hijrah dari masa lalunya. Dipertemukan dengan Alif, lelaki asal Palestina yang merupakan tetangga baru Ayra. Lelaki yang mampu menjadi perantara seseorang pindah agama. Ayra, gadis belia...