Maret, 2015
Jakarta - Indonesia--------------------
Kring.. Kring...
"Ck!" Ayra berdecak kesal.
Meski begitu, tangannya muncul dari balik selimut yang membaluti tubuhnya. Meraba dimana letak jam beker yang memaksanya kembali ke dunia nyata.
Dihempaskan selimut ke arah mana saja. Kemudian Dila beranjak ke posisi duduk sembari mengucek matanya. Mulutnya pun dibiarkan terbuka sehingga karbondioksida terbebas dari tubuhnya.
Beberapa kali ia mengerjapkan mata untuk menyesuaikan cahaya yang masuk melewati iris mata yang hitam legam.
Yang pertama kali ia tangkap adalah pintu kamar terbuka lebar dengan seseorang yang berdiri di ambang sembari bersidekap.
"Kak Hilya," gumam Ayra.
Hilya sedari tadi terdiam memperhatikan gerak-gerik sang keponakan. Awalnya Hilya datang hendak membangunkan Ayra, namun saat ia membuka pintu, alarm itu berdering.
Ia menggelengkan kepalanya, membuat Ayra memutar bola mata dan membuang wajahnya ke samping.
"Sekarang kamu perpisahan kan? Tanya Hilya dengan menaikkan sebelah alisnya.
Ayra nampak mengingat sesuatu, "Oh iya!" ia menepuk jidatnya.
Tanpa berpikir lagi, gadis itu langsung mengambil handuk dan masuk ke dalam kamar mandi yang juga berada di dalam kamarnya.
Hilya melangkah masuk ke dalam kamar Ayra, "Dek, aku pilihin baju nya ya. Sekalian nanti aku yang dandanin." teriak Hilya agar terdengar oleh Ayra yang berada di kamar mandi.
Tak ada jawaban. Hanya suara cipratan air yang terbentur lantai.
Paham betul dengan Ayra, Hilya melanjutkan aksinya membongkar lemari Ayra.
***
"Baju apaan nih?" tanya Ayra dengan nada menghardik sembari menatap dirinya di cermin.
Pantulan diri seorang gadis yang memakai kebaya modern berwarna merah muda dipadu dengan rok lilit dengan corak batik yang begitu terlihat menarik. Ditambah balutan kain yang senada dengan warna kebayanya.
Sungguh, Ayra terlihat begitu anggun dengan pakaian seperti itu.
Namun tetap saja, pakaian itu membuat Ayra kurang nyaman. Ia tidak bisa bergerak dengan bebas seperti biasanya.
Bayangan seseorang di cermin muncul di belakang bayangan Ayra. Seseorang yang bukan lain adalah Hilya, mendekat dan berdiri tepat di sebelah Ayra.
"Kamu yang minta untuk berhijab kan?" tanya Hilya sambil menatap sepasang mata Ayra pada cermin di hadapannya.
Dengan ragu, Ayra mengangguk.
"Tutup buku kamu semasa SMP dengan sesuatu yang istimewa. Permintaan kamu kali ini bikin Kak Hilya bangga." ujar Hilya diikuti senyuman manisnya.
Setelah selesai sarapan, Ayra bersiap untuk berangkat ke sekolah.
Waktu sudah menunjukkan pukul 07.00 dan Ayra baru saja meninggalkan pelataran rumahnya.
Melalui jendela mobil, Ayra mengintip rumah yang berhadapan dengan rumahnya. Sepi, sepertinya sang pujaan hati telah pergi sejak tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayra
RomanceKetika Ayra, gadis kelahiran Indonesia yang memutuskan untuk hijrah dari masa lalunya. Dipertemukan dengan Alif, lelaki asal Palestina yang merupakan tetangga baru Ayra. Lelaki yang mampu menjadi perantara seseorang pindah agama. Ayra, gadis belia...