Bagian 12: Putih Abu-Abu

78 10 1
                                    

Juni 2015
____________________

Tiga bulan berlalu. Putih biru telah berganti menjadi putih abu-abu. Terlihat langit biru yang jauh dari kata sendu.

Ayra melintasi lapangan untuk memotong jalan menuju kelas 12 yang berada di seberang kelas 10. Dari kejauhan, matanya yang tajam sudah menyelinap ke setiap sudut untuk menemukan seseorang.

Sesampainya di koridor kelas 12, siswi kelas 10 itu berjalan dengan percaya diri di koridor sana, menaiki anak tangga untuk sampai di tempat tujuannya.

"Kak Aisyah," panggil Ayra pada gadis dengan khimar yang senantiasa menyelimuti tubuhnya.

Yang dipanggil pun menoleh, menghiraukan teman yang sedang berbicara padanya. "Ayra," gumam Aisyah nyaris tak bersuara.

Ayra mengetahui Aisyah yang menyebut namanya melalui gerakkan bibir gadis itu. Dengan langkah lebar, Ayra menghampiri Aisyah.

"Tau Kak Alif ga?" tanya Ayra tanpa permisi atau basa-basi.

Aisyah terdiam beberapa saat, senggolan lengan temannya membuyarkan lamunan Aisyah. "Astagfirullah," ia berucap, "Kayaknya ada di kelas." jawab Aisyah ragu.

"Oh yaudah aku liat dulu," ujar Ayra tak ambil pusing, "Aku permisi, Kak." pamit Ayra sambil tersenyum pada Aisyah dan temannya.

Keduanya mengangguk, bersamaan dengan kepergian Ayra, "Aisyah, kamu cemburu ya?" tebak temannya.

Reflek Aisyah mengangguk, selang beberapa detik ia tersadar, "Eh, ngga." sanggahnya sembari menggeleng kuat.

Ada apa ya Ayra nyari alif? - batin Aisyah bertanya-tanya sambil menatap Ayra yang semakin menjauh dari jangkauan mata.

***

Di kelasnya, Alif sedang membaca buku yang tebalnya kira-kira 5 centi.

"Lif, doi lo tuh." ujar salah seorang teman sekelasnya memberi tahu.

Doi? - pikir Alif sembari mengerutkan dahi.

Lelaki itu pun menutup buku kemudian berdiri meninggalkan bangkunya. Ia menuju pintu untuk mengetahui siapa yang dimaksud temannya tadi.

"Ayra?"

Gadis yang disebut namanya itu malah menunjukkan deretan giginya. "Nih," ia langsung menyodorkan sebuah buku tipis yang biasa disebut surat undangan.

Alif mengambil alih undangan itu dari tangan Ayra.

Ayra dapat menerka raut wajah Alif yang sepertinya sudah dipenuhi tanda tanya di kepalanya.

"Acara pertunangan Kak Hilya besok lusa." ujar Ayra dengan bahagia.

Alif benar-benar bingung, "Kenapa saya dapet undangan juga? Kan saya keluarga dari pria."

Ayra memutar bola matanya gemas, "Biar bisa ketemu Kakak." jawab ia jujur.

Helaan napas terasa oleh Ayra.

"Sebentar lagi bel istirahat selesai, kamu makan dulu sana." kata Alif mengganti topik pembicaraan.

Ayra mengangguk patuh, "Siap laksanakan." jawabnya sembari mengangkat tangan kanannya dan hormat seperti kepada komandan.

Alif tersenyum tanpa mengalihkan tatapan matanya dari Ayra. Ia pun memberi kode dengan mengangkat kepalanya, bermaksud menyuruh Ayra untuk segera melaksanakan perintahnya.

AyraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang