"Jangan sedih, Nae Ri-ya." Ho Seok mengacak-acak rambut Nae Ri pelan. "Aku akan selalu ada untuk mendukungmu." ujar lelaki itu sambil tersenyum.
"Kenapa kau bersikap seperti ini? Kita tidak ada hubungan darah. Kita bahkan baru saja saling mengenal setahun lalu. Dia juga adalah ibumu. Kenapa kau tak membelanya?" tanya Nae Ri.
"Memang kenapa?" Ho Seok balik bertanya. "Aku cukup punya alasan untuk terus menjagamu, memastikan ibu tidak lebih liar kepadamu. Itu keputusanku." katanya.
"Aku rindu Nam Joon. Kira-kira kapan ya dia akan menjemputku pulang?" tanya Nae Ri.
Ho Seok terdiam. Nam Joon, kakak kandung Nae Ri yang sekarang ada di luar negri memang sering memberi kabar. Tapi sama sekali tak menyinggung soal kepulangan.
Nae Ri menatap kamarnya. Mengalihkan pembicaraan yang memang sulit Ho Seok jawab. "Aku tidak betah disini." Gadis itu akhirnya mengaku. "Aku seperti tidak dapat tempat tinggal layak. Kenapa ibu memberiku kasur setipis ini? Aku tidak bisa tidur nyenyak karena kedinginan. Ibu bahkan tak memberi kamar ini penghangat."
Ho Seok menggenggam tangannya. "Maaf. Aku tidak dapat berbuat apapun untukmu."
Nae Ri tersenyum. "Tidak apa." Menatap Ho Seok lekat. "Setidaknya kau harus tetap berbakti kepada ibumu. Aku akan tetap disini selama kau ada."
"Terimakasih, Nae Ri-ya."
Ho Seok adalah sejuta semangat dengan tawanya untuk Nae Ri.
