[15] Detak

99 17 0
                                    

Untuk kamu yang tiba-tiba masuk ke kehidupanku,
kamu yang tiba-tiba selalu aku pikirkan,
kamu yang tiba-tiba juga mengecewakanku,
detak jantungku bermelodi.
•••

“Udah ngerti?”

“Siap, Nyonya,” canda Ryn ringan setelah Rosa menjelaskan rencananya.

Lebih cepat dari perkiraan. Hanya butuh waktu 4 hari bagi Rosa untuk menemukan jalan keluar. Titik berat dari rencana ini adalah mendapatkan kunci jeruji yang selalu dibawa Anton kemana pun ia pergi. Kunci itu disimpan di saku tersembunyi di jaketnya. Saku kecil itu ada di bagian dalam jaket. Saku yang Rosa tau berisi barang-barang penting, dalam kasus ini narkotika, beberapa kunci ruangan penting, dan sebuah pisau lipat yang didesain khusus.

Sudah beberapa hari belakangan Rosa sibuk menanyai para anggota tentang tawaran kerja baru untuk Phantom Eagles.Memiliki hubungan khusus dengan petinggi grup membuat Rosa dengan mudahnya mendapatkan apa yang ia butuhkan. Seorang anggota baru saja menerima tawaran dari seorang pejabat untuk menyeludupkan ‘barang’ ke Malaysia karena -tentu saja- ia tidak dapat turun tangan langsung dalam bisnis itu.  Dengan baik hati Rosa menawarkan diri untuk memberitahukan tawaran ini pada Anton. Si anggota sangat senang karena Rosa (yang punya akses untuk menemui Anton sesering yang ia mau( akan turun tangan dengan pembagian komisi yang menguntungkan kedua pihak. Lihatlah, keahlian bicara Rosa sangat berfaedah, bukan? Apalagi ditambah dengan kemampuan memikat hati lawan bicaranya. Sungguh mengesankan.

Siang itu matahari berada tepat di atas kepala. Mereka duduk di taman kampus. Ponsel di tangan Rosa bergetar. Lantunan lagu Metalica membaur dengan cerahnya langit. Pada detik itulah mereka tau, semuanya sudah dimulai.

“Otw,” ucap Rosa pada yang di seberang sana. Setelahnya sambungan langsung terputus.

Saat itu Ryn mengenakan seragam serba hitamnya, mengantisipasi kecurigaan anggota yang sedang berjaga di markas. Lain halnya dengan Rosa yang mengenakan tank top hitam dengan kemeja sebagai outer. Tentu saja masih dengan jin sobek-sobek yang entah ada berapa dalam lemarinya. Tidak ada yang boleh masuk ke markas tanpa seragam. Itu peraturannya. Tapi siapa yang berani melarang kekasih atasannya? Bahkan Anton pun tidak memedulikannya, apa hak yang lain untuk menegur?

Ryn dan Rosa keluar dari celah kecil yang nampaknya sudah menjadi pintu keluar utama bagi seluruh anggota. Rosa sempat berhenti sejenak di bagian bagasi mobil dan beraksi dengan jepit rambutnya. Anton sempat menanyakan hal itu dan dengan entengnya Rosa menjawab, “Bagasi lo gak ketutup.”

Ryn sudah memesan sebuah taksi untuk mengikuti mobil sedan merah bata yang sekarang sudah mulai bergerak. Ryn hanya menggelengkan kepala saat mendengar percakapan Rosa dan Anton dari ponselnya yang sudah terhubung dengan Rosa sejak mereka berpisah. Bagaimana tidak? Rosa baru saja mengatakan kebalikan dari apa yang ia lakukan dan Anton mempercayainya.

Masuk ke kawasan Jakarta Utara, seperti yang sudah direncanakan, Rosa memutuskan untuk berhenti di sebuah minimarket. Mobil sedan hitam khas Anton parkir di depan gedung itu. Ryn berhenti dengan jarak 4 gedung dari minimarket yang dimasuki Rosa. Anton membuntuti Rosa yang katanya ingin membeli sesuatu. Rosa mengitari minimarket sambil sesekali menoleh ke luar, memastikan Ryn sudah di posisinya. Saking fokusnya, ia tidak sadar kalau sejak tadi Anton mengekorinya.

“Lo sakit?” Anton memegang dahi kekasihnya.

“Nggak,” sergahnya cepat sambil menyingkirkan tangan Anton.

“ Terus itu... lo beneran beli?” Suara bariton Anton membuat Rosa menoleh ke rak yang ada di depannya. Sontak Rosa kaget saat menyadari bahwa di tangannya terdapat beberapa kaplet obat dan sebuah benda yang haram dibeli gadis seusianya.

[YS #1] Your NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang