Part 6 : Blanket

11.6K 1.6K 299
                                    

"Kau bodoh."

Jimin membetulkan kantung es di kepalanya. Mulutnya mengeluarkan sumpah serapah.

"Aku melakukan apa yang kuanggap benar."

Yoongi yang berjalan di sampingnya mencibir. "Dengan melawan ayahmu? Oh, bijak sekali."

Jimin nyaris menendang Yoongi jika ia tidak ingat bahwa lelaki itu adalah gurunya.

Setelah ayahnya memukul kepalanya luar biasa keras, Jimin ambruk, tentu saja. Sebelum Sang Raja melakukan hal yang lebih berbahaya pada Jimin, Namjoon segera menyeretnya keluar. Seisi ballroom berada dalam kesunyian sampai Sang Raja juga memutuskan untuk pergi dari sana.

Kabar terbang begitu cepat. Yoongi segera datang dari perpustakaan dengan sebuah kantung es di tangannya untuk menyelamatkan Jimin yang hampir pingsan.

Setelah mencaci Jimin atas perbuatan bodohnya, Yoongi pun mengantar Jimin kembali ke kamar bersama Namjoon dan dua pengawal di belakang mereka.

"Stop. Aku ingin sendiri dari sini." Jimin berkata setelah kakinya sampai di depan pintu kamar.

"Tapi, Pangeran--"

"Kubilang, aku ingin sendiri, Namjoon." Jimin menatap Namjoon jengkel. Sang butler langsung bungkam.

"Sudahlah. Biarkan bocah pubertas ini sendiri. Pengawal, tolong jaga di depan pintunya. Namjoon, ikut aku."

Yoongi berbalik dan memberi gestur pada Namjoon untuk mengikutinya. Dengan itu, Jimin masuk ke dalam. Dua pengawal berdiri di kedua sisi pintu kamarnya yang besar.

Setelah menutup dan mengunci pintu, Jimin mengulur napas. Kantung es yang ia bawa dilempar asal ke lantai. Ia tidak lupa bahwa ia menyimpan sesuatu di kamar. Kakinya pun berjalan lurus ke lemari. Tepat sebelum ia membuka kunci,

"Jimmy~! Kau sudah pulang!"

Jimin berteriak ketika punggungnya dipeluk tiba-tiba. Langsung saja ia melepaskan diri dan berbalik.

"Holly? Apa yang kau lak--Astaga, PAKAI BAJUMU!"

Sontak Jimin berbalik. Matanya tertutup rapat dan mulutnya mengeluarkan umpatan. Bagaimana bisa gadis gila ini diizinkan masuk ke kamarnya dan hanya berbalut handuk?

"Jangan begitu, Jimmy. Nanti juga kau akan melihatku seperti ini setiap hari." Holly tertawa kecil di belakangnya. Jimin dapat merasakan hawa hangat yang Holly keluarkan karena gadis itu pasti baru selesai mandi. Di kamar mandi Jimin.

Kedua tangan gadis itu pun kembali maju untuk memeluk Jimin. Tapi Jimin lebih cepat. Ia tepis tangan gadis itu tanpa berbalik. "Pergi. Sekarang."

Terdengar Holly memberengut. "Kita sudah lama tidak bertemu dan kau akan seperti ini?!"

"Aku serius, Holly. Jangan sampai aku yang memaksamu keluar." Jimin berkata serius.

"Bagaimana bisa kau memperlakukan tunanganmu seperti ini?!"

Kening Jimin mengerut. "Tunangan?"

Tidak menjawab, Holly menghentakkan kakinya, menunjukkan bahwa ia kesal.

"Holly, tidak ada yang menjadi tunangan siapapun di sini." Jimin menegaskan.

"Terserah." Holly mendengus seraya berjalan menuju lemari. "Di sini ada bajuku, kan? Aku pernah meninggalkan beberapa."

Sebelum Holly sempat menyentuh gagang pintu lemari, Jimin dengan cepat memukul tangannya. "Tidak ada!"

"Aw!" Holly meringis. Ia mengusap tangannya sendiri dan mendapati Jimin telah menghalangi lemari dengan tubuhnya. Lelaki itu memandangnya marah.

[pjm] Servant of Evil ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang