Part 7 : Boiled

11.3K 1.5K 234
                                    

Tbh, jimin's new hair is exactly the perfect picture of Prince Jimin in this story. Hot, isn't it? 😭



***



Setelah mendapat aba-aba istirahat dari Pak Kepala, seluruh kru turun dari panggung. Pentas akan dilaksanakan besok malam dan siang ini akan dilakukan gladi bersih. Terakhir sebelum pentas.

Jinyoung tersenyum lebar dan merangkul bahu Mina.

"Wow, aku tidak tahu bahwa kau bisa menyanyi semerdu itu," katanya. Tangannya mengusap bahu gadis di dekatnya.

"Be-berisik. Aku kerepotan, sebenarnya. Aku tidak suka di atas panggung." Mina menepis Jinyoung dari bahunya dengan pipi bersemu.

"Hei, kerja bagus selama latihan tadi. Aku yakin kau tidak akan kalah dari Jiyeon. Kau bisa menyukseskan pentas ini."

Mina membuka ikatan rambutnya. Bola mata berputar malas. "Aku melakukan ini bukan untuk kompetisi, Jinyoung. Tapi untuk kru."

Kedua tangan Jinyoung pun terangkat, menandakan bahwa ia kalah. "Oke. Kau tahu apa yang kau lakukan. Aku tidak akan menginterupsi."

Helaan napas keluar dari mulut Mina. Wajahnya berubah murung. "Aku hanya mengkhawatirkan Jiyeon. Menurutmu, apakah dia kembali ke markas dengan selamat?"

Mendengar nama Jiyeon mendadak membuat mulut Jinyoung terasa masam. Jujur saja, semenjak perempuan itu diseret keluar, Jinyoung tidak pernah merasa tenang.

Ia hitung, telah lebih dari 36 jam sejak Jiyeon dibawa. Bohong jika Jinyoung tidak khawatir.

"Aku tidak tahu." Napas Jinyoung memberat. "Semoga saja."

"Aku hanya khawatir jika ia tidak benar-benar dibawa keluar."

Jinyoung melirik Mina atas itu. Ia tahu betul maksudnya.

"Jangan," Jinyoung menaruh sebelah tangan di lengan Mina. "..berpikir berlebihan. Mari kita berharap Jiyeon kembali ke markas dengan baik-baik saja. Bersama semua pisau, pedang dan kudanya. Oke? Kita tidak boleh teralihkan oleh masalah ini. Kita harus fokus."

Mina menghembuskan napas keras-keras. "Kau benar. Kita harus fokus."

Jinyoung melempar senyum lembut untuk Mina. Pria itu memeluk Mina sesaat sebelum melepasnya lagi. "Ayo kita isi perut dulu. Setelah itu kita latihan vokal."

Mina mengangguk lalu turun dari panggung bersama Jinyoung di sisinya.



***



Jiyeon membuka mata karena terpaan mentari pagi yang menyentuh kulit wajahnya.

"Tidurmu nyenyak, Manis?"

Jiyeon mengerjap-ngerjapkan pelupuknya. Sinar matahari tepat mengenai matanya dan lelaki di depannya terlihat gelap.

"Jinyoung..?" gumamnya pelan. Ia mengerang.

"Jimin, lebih tepatnya." Lelaki ini mengoreksi.

Kemudian sebuah kecupan singkat hinggap di kening Jiyeon, membuat gadis itu membuka matanya lebar-lebar.

"Kuharap besok kau akan menyebut namaku pertama kali. Untuk pagi ini, kau kumaafkan," bisik Jimin tepat di telinganya.

Oke. Sekarang Jiyeon benar-benar sudah bangun. Lebih tepatnya, kembali bangun di samping Pangeran Jimin, di ranjangnya.

"Tunggu." Jiyeon mengangkat punggungnya, membuat jarak dengan Sang Pangeran.

"Anda tidak boleh menciumku sembarangan, Yang Mulia."

[pjm] Servant of Evil ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang