Namjoon dan Yoongi bertekuk lutut di tengah-tengah ruang singgasana. Raja dan Permaisuri dari Selatan duduk di tempatnya masing-masing. Punggung tegak dan dagu terangkat.
“Kalian tahu bahwa aku menyadari Jimin hilang, kan?” suara sang Raja menggelegar. Namjoon dan Yoongi tidak satu kalipun mengangkat kepala maupun bersuara. Rasa takut telah menyelimuti mereka dan sebagian hati mengumpati Park Jimin yang bodoh.
“Hanya kalian berdua yang selalu berkeliaran bersama Jimin. Aku akan bertanya dengan lembut kali ini.” sang Raja mengusap jenggotnya. “Dimana Park Jimin?”
Namjoon memilih untuk diam dan Yoongi mengetahuinya. Kepalanya berputar, mencari jawaban yang cocok dan tidak membahayakan.
“Pangeran melarikan diri. Alasannya tidak diketahui.” Yoongi menjawab sopan. Ia coba agar suaranya tidak bergetar.
“Dan apakah kau mengetahui tujuannya? Kemana ia pergi?”
Yoongi menarik napas. Ia menghindari pertanyaan ini. Ia tidak ingin berbohong, tetapi keadaan memaksanya untuk sedikit mengarang. “Aku tidak tahu.”
“Kau tahu kau tidak bisa berbohong padaku, kan? Min Yoongi?”
Gemuruh dalam dada Yoongi semakin menjadi. Ia memang tidak takut apapun, tetapi kesetiaannya pada Raja betul-betul membuat dirinya ketakutan sekarang. Napas yang keluar dari hidungnya terputus-putus.
“Tidak ada satupun dalam diriku yang berniat untuk membohongi dirimu, Yang Mulia,” ungkap Yoongi dengan pahitnya.
Beberapa detik Raja terdiam, memperhatikan pucuk kepala Yoongi yang terarah padanya. Pemuda tersebut membungkuk dengan baik, seperti yang selama ini diajarkan padanya.
“Baiklah. Aku percaya padamu, Yoongi.” Yoongi bersumpah mulutnya mengeluarkan nafas lega. Namun, bahunya menegang saat Raja melanjutkan, “Tapi beda ceritanya jika aku tanya Namjoon, kan?”
Tidak hanya Yoongi, Namjoon juga luar biasa takutnya. Satu kata saja ia salah bicara, habis sudah hidupnya.
“Namjoon, tugasmu sudah jelas. Dampingi Jimin kemana pun dia pergi. Apakah begitu sulit?”
Namjoon cepat-cepat menggeleng. “Tidak, Yang Mulia.”
Raja pun mengerutkan kening. Sikunya diistirahatkan ke lengan kursinya. “Lalu, mengapa Jimin bisa kabur?”
Namjoon menelan ludah. “Aku percaya itu memang kecerobohanku. Aku tidak tahu Jimin akan senekat itu.”
“Jimin memang selalu nekat, kau tidak perlu mengungkitnya padaku. Yang jadi pertanyaan, bagaimana bisa kau begitu ceroboh membiarkan Jimin pergi? Kau tahu dia tidak boleh keluar dari benteng istana sampai ia bisa jadi Raja, kan?”
“Aku tahu, Yang Mulia.” Namjoon menunduk lebih dalam. “Jimin pergi saat aku lengah. Maafkan aku.”
“Kau pikir hanya dengan maaf sudah cukup?”
Namjoon betul-betul gemetaran sekarang. Mulutnya mengatup, sudah tidak berani bersuara lagi. Kemudian, terdengar Raja menghela napas.
“Kau satu-satunya orang yang selalu bicara dengan Jimin. Apakah kau mendapat petunjuk kemana dia akan pergi?”
Kali ini Namjoon menggeleng. “Tidak, Yang Mulia.”
“Baiklah.” Raja membetulkan duduknya. Helaan napasnya terdengar lebih keras. “Pengawal, masukkan mereka ke ruang eksekusi. Kalian tahu apa yang harus dilakukan.”
Mendengar itu, kontan Yoongi mengangkat pandangan. Manik gelapnya memancarkan ketakutan dan panik luar biasa. “Tidak, Yang Mulia. Kami bisa jelaskan!”
KAMU SEDANG MEMBACA
[pjm] Servant of Evil ✔
Fanfiction[TELAH TERBIT! TERSEDIA DI TOKO BUKU ONLINE] Jiyeon tidak pernah tahu bahwa lelaki nomor satu setelah raja adalah seorang bocah tidak tahu sopan santun dan kejam di balik senyum menawannya. Jiyeon akui dia tampan. Wajar, dia adalah seorang Pangeran...