Pesta ulang tahun putera mahkota merupakan pesta terbesar dalam sepuluh tahun terakhir. Jimin juga banyak tersenyum pada malam itu.
Acara berlangsung dengan sangat meriah. Beragam bintang tamu dan tamu kehormatan datang dan memberikan persembahan mereka satu per satu untuk Pangeran. Bermacam hadiah, kue, dan ucapan selamat Jimin terima dari banyak orang.
Seharusnya Jimin bahagia, mendapatkan apapun yang ia mau. Seharusnya Jimin senang, bisa bertemu dengan banyak orang dari seluruh penjuru negara maupun dunia. Seharusnya Jimin menikmati malam itu, karena bisa bertemu seluruh keluarga dan teman-temannya.
Tapi tidak. Senyum Jimin tidak bertahan selarut itu.
Saat menyampaikan pidato singkat selaku pihak yang berulang tahun pun, senyum Jimin tipis sekali. Bagaimana pun, ia harus tetap berlaku sopan untuk menyenangkan orang-orang yang menontonnya. Tapi hati Jimin berkata lain.
Malam ini menyebalkan.
Setelah memotong kue dan membuka beberapa hadiah, tinggallah klimaks acara yang membuat mulut Jimin masam.
Pertunangannya.
Dimulai dengan dimainkannya musik waltz, memaksa Jimin untuk memilih satu orang untuk diajaknya berdansa.
Dan gadis yang ia mau tidak ada di mana pun.
Meskipun Master of Ceremony telah berkali-kali memberi sinyal agar Jimin bersegera, sang Pangeran tidak beranjak dari singgasananya.
Para tamu telah berdansa terlebih dahulu, bahkan Raja dan Ratu. Sedangkan Jimin masih menggunakan waktunya untuk menunggu.
"Pangeran, Nona Holly telah berdiri selama sepuluh menit di sana," Namjoon mengingatkan.
"Berisik. Bukan dia yang kumau," jawab Jimin ketus.
Tentu, ia telah melihat Holly sejak tadi. Gadis itu berdiri di samping meja minuman, sangat cantik bak malaikat, menatap lurus ke arah Jimin, berharap sang Pangeran menghampirinya.
Tapi Jimin telah bersumpah untuk tidak turun dari singgasana sampai gadis yang diinginkannya muncul.
"Kemana Jiyeon?"
***
Sudah hampir lima belas menit sejak Jiyeon dibawa menghadap sebuah pintu besar yang mengarah ke dalam ballroom, di mana pesta ulang tahun Pangeran Jimin diselenggarakan.
Setiap ada yang berjalan melewatinya, Jiyeon harus menunduk. Topeng yang Jimin berikan sungguh mencolok. Tentu, ia sedang tidak ingin menjadi pusat perhatian.
Ditambah dengan gaun merah delimanya yang mengekspos leher, punggung, dan tulang selangkanya. Astaga.
Pangeran keparat. Jiyeon sangat ingin kabur jika tidak ada dua pengawal bertubuh besar yang berdiri berjaga di belakangnya.
"Sampai kapan kau akan di sini? Cepat masuk." tanya salah seorang pengawal.
Karena kesal, Jiyeon mendecak. "Sebentar."
Ditariknya napas dalam-dalam. Ia masih tidak mengerti mengapa Pangeran Jimin menyuruhnya untuk ikut ke dalam pesta. Namun, Jiyeon paham betul alasan mengapa Jimin memintanya memakai topeng. Ia tidak boleh membeberkan wajahnya dengan semena-mena di sini. Semua orang di istana menganggap dirinya telah melarikan diri. Keadaan akan menggila jika Raja sampai tahu tentang keberadaannya.
Jika memang begitu, untuk apa Jiyeon dipaksa masuk? Memang lelaki menyebalkan.
Setelah memantapkan hatinya untuk menurut, Jiyeon meraih gagang pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[pjm] Servant of Evil ✔
Fanfiction[TELAH TERBIT! TERSEDIA DI TOKO BUKU ONLINE] Jiyeon tidak pernah tahu bahwa lelaki nomor satu setelah raja adalah seorang bocah tidak tahu sopan santun dan kejam di balik senyum menawannya. Jiyeon akui dia tampan. Wajar, dia adalah seorang Pangeran...