Jungkook berhasil membawa Jimin pulang dengan selamat.
Dengan selimut yang membungkus tubuh kurusnya, Jimin dibawa Jungkook ke ruang singgasana. Ruangan yang entah mengapa terasa asing bagi Jimin.
Jungkook membantu Jimin untuk bersujud. Pangeran tersebut menerima perlakuannya dan menuruti apapun yang Jungkook katakan. Di depan, ia tahu ayahnya ada di atas kursi singgasana. Namun, Jimin tak tahu persis seperti apa reaksi sang Raja tentang kepulangannya.
"Anak kurang ajar," terdengar Raja mendesis. Jimin menelan ludah. Kepalanya masih tertunduk dalam -dalam.
"Tak bisakah kau sedikit berempati untuk kerajaanmu sendiri? Akibat keegoisanmu mengejar gadis bodoh itu, lihat kekacauan yang kau buat."
Jimin masih pada posisinya, tidak mempunyai nyali untuk menghadap ayahnya yang terseok-seok mendekat.
"Hukuman apa yang kau inginkan, Bocah?"
"Y-yang Mulia, saya kira--"
"Diam, Jungkook." Raja memotong. Manik gelapnya penuh kabut kemarahan. Jungkook segera menundukkan kepalanya kembali.
"Jawab." Raja menyentuh bahu Jimin dengan tongkat alat bantu jalannya. Masih ringan dan tidak menyakitkan. Namun, semua orang di ruangan tersebut tahu bahwa kehormatan Jimin sedang diinjak-injak oleh ayahnya sendiri.
"Jawab, Park Jimin!" Kali ini tongkatnya terangkat tinggi, hendak menghantam kepala Jimin.
Namun, Jungkook lebih sigap. Pria tersebut menahan layangan tongkat kayu itu dengan lengannya.
"Yang Mulia. Biarkan Jimin istirahat terlebih dahulu. Dia sedang sakit."
Sang Raja menarik tongkatnya kembali. Hawa amarahnya memuncak. "Apa yang sedang kau lakukan, Jeon?"
Jungkook yang sudah tidak dalam posisi sujud hanya menundukkan kepala. "Jimin sudah cukup mendapatkan luka-luka di tubuhnya. Biarkan ia istirahat untuk kali ini."
Mata Raja menyipit. Ia perhatikan wajah Jungkook yang tertekuk. "Jeon, ini adalah pertama kali kau datang ke istana ini setelah sepuluh tahun. Benar?"
"Benar, Yang Mulia."
Raja pun mengangguk-angguk. "Aku maafkan karena kau orang baru. Tapi lain kali aku tidak akan segan memukulmu lebih keras. Mengerti?"
Jungkook mengusap lengannya. Layangan tongkat kayu barusan memang sangat keras dan sakitnya membuat lengan Jungkook berkedut. Ia tahu Raja tidak akan pernah bercanda soal memukul.
"Baik, Yang Mulia."
Raja pun segera berpaling. Namun, sebelum kembali ke singgasananya, tongkat kayunya hinggap di pucuk kepala Jimin yang masih berada di bawah.
"Anggap dirimu beruntung, Bocah. Aku tetap akan menghukummu."
Setelah mengetuk ubun-ubun Jimin dengan tongkat, Raja pun menjauh untuk duduk di singgasananya.
Pelan-pelan, Jungkook membantu Jimin berdiri. "Kau baik-baik saja?" bisiknya khawatir. Begitupun raut wajahnya yang tampak cemas.
Namun, Jimin tidak menjawab. Wajahnya tetap murung seperti sejak pertama ia menyetujui untuk kembali. Ia tampak tak begitu terganggu dengan realita bahwa kepalanya hampir bocor oleh pukulan ayahnya sendiri.
"Tinggalkan aku sendiri." Jimin melepaskan genggaman Jungkook darinya dan melangkah keluar dengan langkah dihentak-hentakkan. Selimut yang semula membungkus tubuhnya terjatuh di tengah-tengah.
Jungkook tidak menyusul. Ia tahu Jimin butuh waktu untuk istirahat dan menenangkan diri. Ia tidak tahu detail apa yang terjadi di sini, tetapi ayahnya telah melakukan kerja bagus dalam merangkum semua kejadian dalam surat yang ia terima tempo hari. Singkatnya, Jimin memang egois dan seluruh kerajaan terkena imbas.
KAMU SEDANG MEMBACA
[pjm] Servant of Evil ✔
Fanfiction[TELAH TERBIT! TERSEDIA DI TOKO BUKU ONLINE] Jiyeon tidak pernah tahu bahwa lelaki nomor satu setelah raja adalah seorang bocah tidak tahu sopan santun dan kejam di balik senyum menawannya. Jiyeon akui dia tampan. Wajar, dia adalah seorang Pangeran...