0.3

562 91 6
                                    

"Kau mau jadi pacarku, Jiho?" tanya Eunwoo sambil tersenyum. Jiho gelagapan dan tersedak air liurnya sendiri.

"Ap—apa-apaan?" bukan Jiho, namun malah Mingyu protes sambil tergagap. Eunwoo sontak tertawa lepas, bahkan sampai terbungkuk dan memegangi perutnya.

"Haha, aku hanya bercanda. Aku tidak akan merebut Jiho darimu, Mingyu. Tenang saja," ucap Eunwoo. Jiho tersedak lagi.

"Sebenarnya Jiho bukan pacarku," ucap Mingyu dengan suara rendah. Jiho mungkin tidak mendengarnya, namun Eunwoo jelas sekali mendengar helaan napas setelah Mingyu mengatakan hal itu. "Ia sedang berhubungan jarak jauh dengan kekasihnya."

"Oh, benarkah itu?" tanya Eunwoo, menoleh ke arah Jiho yang meringis dan mengangguk.

Sebenarnya, Jiho ingin menangis sekarang. Ia baru saja dikelilingi oleh 'kebahagiaan' dan sekarang, fakta bahwa Jaehyun tidak ada di sini kembali membuatnya sedih.

"Aku ke kamar mandi sebentar," Jiho berucap tiba-tiba. Mingyu dan Eunwoo mengangguk. Gadis itu pun mengambil tasnya dan berjalan cepat ke belakang.

Di taman belakang, Jiho duduk memeluk lututnya. Atmosfer panas tadi sudah tergantikan dengan rasa dingin yang memeluk tubuh dan hatinya. Jiho lantas mengeluarkan ponselnya dan mengarahkan matanya ke sudut kiri atas, di sebelah foto kakinya dan kaki Jaehyun yang menjadi gambar layar pengunci di ponselnya. Pukul 21:15.

Di New York, sekarang pukul 08:15. Jiho pun memutuskan untuk menghubungi Jaehyun.

"Halo?" sebuah suara menyahut dari seberang sana.

"Jung Jae," Jiho menahan napas saat ia menyadari hanya dengan mendengar satu kata dari Jaehyun membuat jantungnya berdegub dengan sangat kencang.

"Maaf, sepertinya Anda salah sambung."

Respon Jaehyun membuat jantungnya mencelos. Jiho mengerutkan keningnya, menjauhkan ponsel dari telinganya dan melihat nama yang tertera di sana.

Benar, kok. Jung Jae.

Jantungnya berdegub kencang.

"Jae? Ini aku, Jiho," ucap Jiho sedikit panik, suaranya bergetar. "Apakah kau menghapus nomorku?"

Hening.

Tiba-tiba, terdengar derai tawa dari seberang sana.

"Jiho-ya! Maafkan aku, kupikir tadi itu malaikat karena suaranya merdu sekali, maka kupikir salah sambung," ucapan Jaehyun sontak membuat wajah Jiho memerah. Jantungnya bahkan berdebar lebih kencang...

...oh, tolong jangan beritahu Jaehyun akan hal ini karena pria itu akan tertawa dan mengejek Jiho habis-habisan karena ternyata semua gombalannya mempan.

"Kau sedang apa?" tanya Jiho, berdehem membersihkan tenggorokannya, buru-buru mengubah arah percakapan.

"Aku sedang bersiap, baru saja selesai sarapan dan akan ke kampus sebentar lagi," ucapnya. Senyum Jiho melebar.

"Kau harus sarapan yang banyak!" perintah Jiho galak, namun diam-diam senyumannya bertambah lebar. "Kau tidak boleh sakit, kau harus memiliki banyak energi."

"Siap laksanakan, Nyonya Jung!"

"Aku merindukanmu."

Jiho berkata lirih, tidak mampu membendung rasa rindunya lebih lama.

"Jangan rindu, Jiho-ya. Itu berat," ucap Jaehyun. Jiho tertawa pelan.

"Sungguh, jangan rindukan aku. Biar aku saja yang merindukan kamu."

Jiho tertawa lebih keras. Ia sungguh ingat line dari sebuah film yang sangat disukai oleh sepupunya dulu, Na Jaemin.

"Kalau begitu jangan selingkuh, Jae," ucap Jiho usil. "Selingkuh itu berat. Biar aku saja."

"Ya! Kim Jiho!" Jaehyun berseru dari seberang sana, membuat tawa Jiho berderai lebih keras.

"Maaf, maaf, aku hanya bercanda," ucap Jiho masih dengan tawa yang tersisa. "Tapi aku serius, jangan selingkuh, Jae."

"Tadi bilangnya bercanda, lalu serius. Dasar tidak berpendirian," cibir Jaehyun setelah mendengus pelan. Jiho melotot, walau ia sadar Jaehyun tidak akan bisa melihatnya.

"Ya! Awas kalau kau bilang begitu lagi, aku tidak akan menelponmu!" ancam Jiho.

"Eh, maafkan aku, Jiho. Kalau kau tidak akan menelponku, bagaimana jika aku merindukanmu?" rengek Jaehyun manja.

"SMS atau video call, 'kan, masih bisa!" sentak Jiho, walau sebenarnya dia berusaha mati-matian menahan tawa.

"Jangan begitu, Jiho-ya~" Jaehyun kembali merengek, membuat Jiho tertawa pelan.

"Jangan main-main dengan Nona Kim, kau tahu itu?" Jiho mewanti-wanti. Jaehyun mengangguk di seberang sana.

"Siap laksanakan, Nyonya Jung!"

Dan malam itu, Jiho tidak berhenti tersenyum.

Airplane | Jung Jaehyun [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang