0.9

383 70 1
                                    




Dalam keheningan malam, Jaehyun dan Jiho berjalan beriringan ke taman yang dimaksud dengan tangan bertautan. Angin yang berhembus membuat Jiho merapatkan jaket yang ia gunakan.

Jaehyun melihat hal itu, lalu dengan segera ia menarik Jiho dalam dekapannya, dan mengusap-usap lengan Jiho tanpa berkata-kata.

"Jae," panggil Jiho.

"Hm?"

"Kau tidak marah?" tanya Jiho. Jaehyun berhenti dan menarik bahu Jiho pelan, membuat gadis itu tepat berada di hadapannya.












"Untuk apa aku marah? Untuk apa aku cemburu?" tanya Jaehyun. "Aku percaya padamu. Kau jelas-jelas berkata bahwa ia temanmu, jadi untuk apa aku marah? Aku percaya padamu, dan aku yakin kau juga percaya padaku. Itu mengapa hubungan kita bisa berjalan selama ini, bahkan dengan hubungan jarak jauh selama dua tahun."

Jiho terdiam.

"Percaya, Jiho," ucap Jaehyun dengan senyum. "Intinya hanyalah percaya."

Jiho speechless. Ia benar-benar bersyukur bisa dipertemukan dengan Jaehyun. Tanpa sadar, matanya telah berkaca-kaca.

"Hey, don't cry," ucap Jaehyun sambil mengusap air mata yang menetes pada pipi Jiho. Jiho tersenyum dan menggenggam tangan Jaehyun.

"Terima kasih," ucap Jiho. Jaehyun tersenyum.

"Aku tidak tahu untuk apa itu, tapi sama-sama," ucap Jaehyun.

Jiho tidak mampu menutup kebahagiaannya malam ini. Bibirnya terus tersenyum sampai tanpa sadar, mereka sudah berada di taman. Jaehyun mengajak Jiho untuk duduk di sebuah bangku yang menghadap ke kebun bunga yang ditata dengan sangat cantik.

"Hm, aku belum memberimu hadiah ulang tahun," ucap Jiho. Jaehyun menoleh.

"Untuk apa kau memberiku hadiah? Aku sudah bahagia dengan hanya bertemu denganmu," ucap Jaehyun. "Kau adalah hadiah terbaik yang diberikan Tuhan padaku."

Rasanya, Jiho ingin menenggelamkan dirinya ke sungai yang ada di seberang taman ini. Wajahnya benar-benar memerah.

"Ah, lihatlah," ucap Jaehyun saat melihat wajah kekasihnya yang memerah. "Kau imut sekali. Menggemaskan."

"Jaehyun?"

Tangan Jaehyun yang terulur, hendak mengusap rambut Jiho, tiba-tiba terhenti di udara. Jaehyun terdiam, perlahan menoleh ke arah sumber suara wanita yang memanggilnya tadi—begitu juga Jiho dengan wajah yang masih cukup memerah.



























































"Cha—chaeyeon?" ucap Jiho tergagap.

"Oh, hai, Chaeyeon," sapa Jaehyun.

"Sudah kuduga itu kau!" ucap Chaeyeon dengan senyum. Ia pun mengambil tempat duduk di sisi kanan Jaehyun—sisi yang kosong.

Melihat hal itu, Jiho sedikit geram. Bagaimana tidak? Kekasihnya sedang bercengkerama dengan sang mantan, membuatnya patah hati. Apalagi, mereka berbicara seakan-akan mereka tidak pernah putus sebelumnya—akrab dan hangat.

Jiho hendak menarik Jaehyun untuk pulang karena mood-nya sudah hancur, tapi ia ingat perkataan Jaehyun tadi.








Percaya.

Jiho harus percaya pada Jaehyun. Jika pria itu telah memilihnya selama ini, maka Jiho harus percaya bahwa Jaehyun tidak akan menoleh ke perempuan lain.

Namun melihat bagaimana cantiknya Chaeyeon, manisnya gadis itu ketika tertawa, membuat Jiho tidak yakin.

























Mampukah ia untuk percaya sepenuhnya?

Airplane | Jung Jaehyun [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang