Hari ini, Jiho sudah diizinkan pulang. Sepertinya, Jaehyun yang selalu ada di sisinya merupakan obat terbaik bagi Jiho.
Sementara itu, Chaeyeon masih dalam perawatan intensif, walau sudah sadar dan sudah jauh lebih baik dari malam itu. Ia bahkan sudah bercerita dan meminta maaf pada Jiho jika kehadirannya mengganggu.
Sore ini, Jaehyun membawa Jiho ke taman rumah sakit—yang entah kenapa selalu sepi. Namun Jaehyun bersyukur, karena momen ini sangatlah sakral.
"Kim Jiho," Jaehyun menatap Jiho yang duduk di kursi rodanya—iya, Jaehyun memaksa Jiho untuk tetap berada di kursi roda dengan alasan Jiho belum boleh banyak beraktivitas.
"Ya, Jung Jaehyun?" respon Jiho dengan senyuman. Jaehyun tersenyum lembut.
"Terima kasih karena sudah menungguku selama ini. Terima kasih sudah menjadi sosok yang sabar, yang pengertian," ucap Jaehyun. "Walau kau galak, namun kau selalu peduli padaku. Merawatku ketika aku sakit, menghiburku ketika aku sedih, memelukku ketika aku terpuruk.
"Terima kasih karena kau sudah bersedia untuk bersamaku selama ini. Terima kasih untuk menjadi satu-satunya wanita yang memahamiku—well, selain ibuku, tentunya."
Jiho tersenyum, matanya mulai berkaca-kaca.
"Namun aku juga minta maaf," lanjut Jaehyun. "Maaf karena membuatmu menunggu. Maaf karena merepotkanmu dengan segala ulahku, segala tingkah lakuku. Maaf karena kau harus bersusah payah untukku, merelakan tenaga dan waktumu hanya untukku.
"Maaf karena aku tidak bisa menjadi pribadi seperti yang kau inginkan, maafkan aku."
Jiho menggeleng, air matanya sudah merebak, senyumnya mengembang. Kebahagiaan meliputinya.
"Aku janji, setelah mengurus semua berkas tesis dan penelitianku, aku akan kembali. Setelah wisuda, aku akan membawa orang tuaku kesini, ke Korea. Hanya butuh satu bulan," ucap Jaehyun. "Jadi, Kim Jiho, apakah kau sanggup menunggu satu bulan untukku kembali?"
Jiho mengangguk, membuat Jaehyun tersenyum lega dan mengambil tangan Jiho, lalu berlutut di depan gadis itu.
"Mungkin aku tidak selalu ada di sisimu, mungkin aku tidak bisa menjagamu setiap saat. Namun kau harus tahu bahwa aku akan selalu mencintaimu," Jaehyun berkata lamat-lamat, membuat Jiho bertanya dalam hati apa maksud perkataan pria itu?
"Jadi, Kim Jiho, apakah kau bersedia untuk menikahiku? Menjadikanku sebagai suamimu dalam suka maupun duka?" tanya Jaehyun. Tangannya dingin, namun tatapannya begitu hangat.
Cahaya matahari sore ini bersinar lembut, memberi kehangatan bagi mereka yang dipersatukan atas nama cinta. Semilir angin lamat-lamat mengiringi anggukan kepala yang dengan pasti menerima kebahagiaan.
"Ya, aku bersedia."

KAMU SEDANG MEMBACA
Airplane | Jung Jaehyun [COMPLETED]
Short Story[REPUBLISH] Pesawat menjadi tempat pertemuan Jung Jaehyun dan Kim Jiho hampir sepuluh tahun lalu. Sama-sama berasal dari Korea dan bercita-cita untuk berkuliah di Amerika membuat keduanya dekat. Pesawat menyatukan mereka berdua, dan akankah mereka...