0.8

366 65 4
                                    





"Kau semakin pandai memasak," puji Jaehyun pada Jiho. Wanita itu mencibir.

"Aku seperti mendengar 'rupanya kau sudah bisa membedakan gula dengan garam'," ucap Jiho sinis. Jaehyun tertawa mendengar ucapan kekasihnya itu.

"Tapi sungguh, masakanmu ini sangat enak," ucap Jaehyun. Jiho akhirnya mengangguk.

"Terima kas—"

Belum sempat Jiho menyelesaikan ucapannya, bel apartemennya berbunyi. Jiho dan Jaehyun saling berpandangan, sama-sama bingung. Jiho pun berdiri dan berjalan ke arah pintu masuk.

"Selamat Hari Kasih Sayang, Jiho."

Jiho menatap seseorang yang berdiri menjulang di hadapannya dengan kaget.































"Mingyu?"

Kim Mingyu, pemuda di hadapannya itu kini meringis kecil sambil menggaruk belakang kepalanya. Di tangannya, ada setangkai bunga mawar putih yang disodorkan pada Jiho.

"Siapa, Sayang?" Jaehyun tiba-tiba muncul di belakang Jiho, membuat Jiho langsung berbalik dan Mingyu mengangkat alisnya.

"Oh, dia t—temanku," ucap Jiho, entah mengapa bicara tergagap. Jaehyun maju dan berdiri di sebelah Jiho, tangannya melingkar protektif di pinggang Jiho, menariknya lebih dekat.

"Halo, temannya Jiho. Saya Jung Jaehyun, kekasih Jiho," ucap Jaehyun sambil menyodorkan tangan kanannya, menbuat Mingyu menyimpan kembali setangkai bunga mawar putih di sakunya, lalu membalas jabatan tangan Jaehyun.

Semoga Jaehyun tidak merasakan betapa dinginnya tanganku, Mingyu membatin.

"Mingyu," ucap Mingyu singkat. Jaehyun terlihat sedikit kaget.

"Oh, Kim Mingyu?" tanya Jaehyun kaget, kedua alisnya terangkat. Mingyu mengangguk.

"Kita pernah bertemu, dua tahun lalu mungkin," ucap Mingyu. Jaehyun tersenyum.

"Ada apa malam-malam begini bertamu?" tanyanya ramah, walau Jiho bisa merasakan genggaman Jaehyun pada pinggangnya mengencang.

"Uh, aku kebetulan lewat apartemennya Jiho, barusan dari kantor," ucap Mingyu. "Sekalian saja kutemui, hari ini Hari Kasih Sayang."

"Oh, kau dari kantor dan membawa bunga yang cantik sekali," ucap Jaehyun, ekspresinya berubah menyebalkan. "Apakah di kantormu ada yang berjualan bunga?"









Mingyu mengangkat bahunya. "Aku membelinya di toko bunga langgananku."

Jaehyun tertawa pelan, "Tentu saja. Jiho, kau menyukai bunga, bukan?"

Jiho mengangguk ragu-ragu. Jaehyun tersenyum.

"Terimalah bunga darinya, kasihan Mingyu baru pulang dari kantor," ucap Jaehyun. "Ia pasti butuh istirahat."

Setelah berkata demikian, Jaehyun berbalik dan masuk ke dalam, meninggalkan Jiho dan Mingyu di pintu depan. Mingyu pun berdehem kecil untuk menghilangkan kecanggungan yang ada, membuat Jiho menghela napas.

"Jadi, Jaehyun sudah pulang?" tanya Mingyu. Jiho mengangguk.

"Dan ini pesta penyambutannya?" tanya Mingyu lagi. Namun kali ini, Jiho menggeleng.

"Hari ini hari ulang tahun Jaehyun, sekaligus Hari Kasih Sayang," ucap Jiho sambil tersenyum lembut. "Aku hanya memasakkan makanan kesukaannya."

Mendengar hal itu, Mingyu menarik napas panjang, lalu tersenyum tipis.

"Terimalah," ucap Mingyu akhirnya sambil menyerahkan setangkai mawar putih. "Maafkan aku jika aku mengganggu waktu kalian. Selamat malam."

Belum sempat Jiho membalas ucapan Mingyu, pemuda itu telah berbalik dan berjalan cepat melintasi koridor apartemen ini. Setelah Mingyu menghilang pada tikungan koridor, barulah Jiho menutup pintu dan menghampiri Jaehyun dengan cepat.

"Jae," panggil Jiho. Jaehyun—yang sedang melanjutkan makan malamnya—menoleh dan tersenyum pada Jiho. Jiho menggigit bibirnya, kedua kakinya bergerak gelisah.

"Maafkan aku," cicit Jiho, tidak berani mendekat pada Jaehyun.

"Untuk apa?"

"Uh, tadi itu. Mingyu. Dia, uh, dia hanya temanku," ucap Jiho. Bukannya membalas ucapan Jiho, Jaehyun malah berdiri dan berjalan kea rah gadisnya, masih dengan senyuman.

"Ingat taman yang kita datangi sebelum aku kembali ke Amerika dulu?" tanya Jaehyun yang dibalas dengan anggukan Jiho.

"Masih ada, 'kan?"

Lagi-lagi, Jiho mengangguk.







"Ayo kita ke sana."

Airplane | Jung Jaehyun [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang