0.4

553 79 4
                                    

"Terima kasih sudah mengantarku, Mingyu," ucap Jiho tidak enak. Pasalnya, sekarang sudah pukul dua pagi dan Mingyu masih harus repot mengantarnya. Jiho dapat melihat raut lelah pada wajah Mingyu, membuatnya berpikir seberapa berat menjadi seorang pimpinan? Jiho tidak heran jika Mingyu akan terlihat sepuluh tahun lebih tua jika mereka bertemu minggu depan.

Eh?

Bertemu minggu depan? Bold of you to assume, Kim Jiho.

"Tidak masalah, aku melakukannya dengan senang," ucap Mingyu sambil tersenyum. Tangan kanannya ia masukkan ke saku, tangan kirinya bersandar pada dinding di sebelah daun pintu. "Sekarang masuklah, cuci kaki dan tanganmu, lalu tidur. Oke?"

Jiho mengangguk dan membalas senyuman Mingyu. Ia pun masuk ke dalam apartemennya. Walau ia sudah menolak untuk diantarkan sampai ke depan pintu apartemen, namun Mingyu terus memaksa.

"Sekali lagi terima kasih, Mingyu. Kau juga bisa pulang dan beristirahat," ucap Jiho. Mingyu tersenyum dan mengangguk. Ia lantas menepuk pelan kepala Jiho sebanyak dua kali.

"Aku duluan," pamitnya.

Senyuman Jiho belum pudar. Seruan drive safely dapat terdengar di telinga Mingyu, membuat pemuda itu mengacungkan ibu jarinya tanpa berbalik. Jiho terus memandangi punggung Mingyu jingga pria itu menghilang di ujung koridor. Jiho pun masuk ke apartemennya dan melakukan apa yang diperintahkan Mingyu tadi.

Sebelum tidur, ia sempat mengecek ponselnya dan menemukan sebuah pesan dari nomor privat. Penasaran, Jiho mengusap layar ponselnya.

From : Private Number

Selamat malam, Jiho. Istirahatlah supaya besok kau bisa bangun dengan keadaan segar. Mimpi baik.

Kim Mingyu.

Jiho tersenyum saat membaca pesan itu. Entah mengapa, hatinya terasa hangat.

Selama ini, ia selalu merasa sendiri saat berada di Korea, di negaranya sendiri, karena tidak ada Jaehyun di sisinya. Namun sekarang ia sadar, ia punya teman.

Jiho buru-buru menyimpan nomor itu dan membalas pesan Mingyu.

To : Kim Mingyu

Terima kasih telah mengantarku pulang. Tentu saja, aku akan istirahat. Kau juga :)

Tanpa menunggu balasan dari Mingyu, Jiho memejamkan matanya dan tak lama kemudian, ia telah jatuh tertidur.

***


Matahari bersinar cerah, masuk menerobos melewati teralis jendela kamar Jiho. Hari ini hari pertama di tahun yang baru. Jiho benar-benar berharap, tahun ini bisa menjadi tahun yang indah dan lebih baik dari tahun sebelumnya.

Dalam hati ia mendengus. Selalu saja begitu. Harapannya pada setiap tahun lalu selalu sama, semoga tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya.

Dengan bersenandung pelan untuk membuat mood yang baik di pagi hari, Jiho segera merapikan tempat tidurnya dan beranjak mandi.

Semalamㅡah, maksudnya tadi pagiㅡia tidak sempat keramas karena tubuhnya sudah serasa remuk redam, maka keramas di pagi hari seperti ini merupakan pilihan yang cocok.

Jiho keluar dengan menggunakan handuk mandi. Udara dingin yang menusuk membuatnya segera menaikkan suhu ruangan dengan penghangat.

Setelah itu, ia menyiapkan bahan-bahan untuk dimasak.

Selagi memotong sayuran untuk membuat sup, ponselnya berbunyi. Jiho buru-buru mengambil ponselnya dan mengangkat panggilan itu.

"Good morning, Sunshine," sapa seseorang dari seberang sana. Senyuman Jiho merekah kala mendengar sapaan itu.

"Jung Jae!" seru Jiho tanpa mampu menutupi nada senangnya.

"Selamat tahun baru, Sayang. Yah
.. walau di sini masih tanggal 31 Desember, hehe," ucap Jaehyun yang diakhiri dengan kekehan. Jiho ikut tertawa pelan.

"Wah, terima kasih, Jae," ucap Jiho sambil tersenyum lebar. Suasana hati wanita itu sedang baik sekali. "Semoga tahun ini menjadi tahun yang baik untuk kita berdua."

"Pasti, Honey," ucap Jaehyun. Obrolan mereka semakin larut dengan tawa, walau tak dapat dipungkiri setiap kata yang Jiho dengar dari Jaehyun hanya akan membuat rasa rindunya terus bertambah.

"Habiskan sarapanmu, Jiho," ucap Jaehyun di akhir obrolan mereka.

"Kau juga, jangan lupa mengurus dirimu sendiri," ucap Jiho sambil tersenyum manis. Setelah berpamitan, telepon di tutup.

Jiho hendak meneruskan memotong sayuran saat bel apartemennya tiba-tiba berbunyi. Gadis itu segera berjalan ke depan dan membuka pintu apartemennya.

"Wow, kau mau membunuhku?!" seseorang yang ada di hadapan Jiho sontak mundur beberapa langkah saat melihat pisau yang ada di tangan kanan Jiho.

"Ah, maafkan aku," ucap Jiho sambil menarik pisaunya. "Ada perlu apa kau ke sini? Ayo masuk."

Mingyu tersenyum dan mengangguk, lalu mengikuti Jiho masuk ke apartemennya.

"Kau sedang memasak?" tanya Mingyu saat melihat Jiho berjalan untuk merapikan dapur. Wanita itu mengangguk, rambutnya yang diikat bergoyang sedikit.

"Ya, tapi kurasa aku bisa menundanya untuk tamuku," ucap Jiho sambil menatap Mingyu. Mingyu tersenyum.

"Bagus, karena aku kemari untuk mengajakmu sarapan bersama."

Airplane | Jung Jaehyun [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang