||Bagian 2||

48 15 30
                                    

          Mungkin diam adalah cara yang tepat saat kita merindukan seseorang yang statusnya dia bukan siapa-siapanya kita

▶▶▶

Derap langkah Emily terdengar di koridor sekolah yang sepi. Jam menunjukan pukul 6 lewat 8 menit masih sangat pagi untuk ukuran siswa yang sering terlambat, dan Emily salah satunya. Gadis itu menyapu pandangan ke seantero sekolah yang cukup besar. 

"Sial, masih sepi." batinnya menggerutu

Kalau bukan cubitan milik Mama Ghia serta segayung air yang ditumpahkan Papa septo tepat diatas kepalanya maka ia tidak akan bangun pukul 4 dini hari. Waktu dimana mimpi-mimpi indah bermunculan disitu Emily bangun dengan tubuh basah kuyup. Setelahnya, ia dan orang tuanya menuju kamar Ann untuk memberi surprise birthday party. Ya, hari ini Ann sedang bahagia dan karena kebahagiaan Ann Emily menjadi tumbalnya. 

Emily memberhentikan langkahnya di depan mading. Kedua bola matanya mulai menjelajah setiap informasi yang tertempel disana. Dan, sebuah puisi berjudul Detik cukup menarik perhatiannya. 

Detik

Detik yang terbengkalai sia sia
Detik yang terurai dengan percuma
Ku buang detik detik yang indah
Detik ku yang tak bermanfaat

Ku habiskan detik menit jam hari serta tahunan
Untuk menunggumu
Detik detik yang tak terasa
Detik detik yang menyakitkan

Berawal dari detik yang indah
Berawal dari detik ku untuk bersabar
Ku tinggalkan semuanya di detik ketika aku bersamamu
Lalu kau menghilang di detik kita sedang bahagia

Dan sekarang detik terasa menyayat hatiku
Menyayat kenangan indah di detik kita bersama
Detik yang tak seharusnya ku tunggu
Dan ku berhenti menunggumu mulai detik ini

Penyuka Aksara
Arsenio Ganteng❤

Emily terkekeh pelan, "Pinter banget buat gue nangis." Tangannya menyeka ujung matanya yang berair

"Makasih!"

Emily terlonjak kaget, tiba-tiba orang itu --si penyuka Aksara-- sudah berada tepat dibelakangnya. Lantas ia langsung berbalik menghadapnya

"Bisa gausah ngagetin, kan?!" Kata Emily sewot, kedua matanya membulat sempurna.

Sena nyengir dengan wajah menjengkelkan"Yeuuuu, sewot mbanya."

"Bodo."

Emily kembali melanjutkan langkahnya, meninggalkan Sena dibelakang.

"Ngapain lo nyusul?" Tanya Emily setelah Sena disampingnya

"Mau bareng," Sena meneguk salivanya, tenggorokannya kering. "Masa udah 6 bulan sekelas, kita gak pernah jalan barengan sih." Katanya genit matanya mengerling nakal ditambah tangan kiri Sena yang hinggap dipundak Emily

"Mau gue gigit nih tangan?"

Sena buru-buru memasukan tangan kirinya ke saku celana sekolah."Kalo lagi marah kenapa cantik si, em?"

"Gombal lo cheesy banget sih," Emily mengibaskan tangan depan muka Sena, "Pelet lo engga mempan di gue, Ampela bude." Emily menjulurkan lidahnya mengejek

Ice BlendedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang