JAMAN sudah berubah seriring dengan pergantian tahun. Teknologi semakin canggih, bertambah sangar dari tahun ke tahun.
Begitu juga dengan pelanggaran, hal yang dulunya tabu berubah biasa. Salah satunya adalah, seks bebas yang merajalela—menjadikannya hal wajar bahkan bisa dibilang sebagai kebutuhan yang sudah bisa dipenuhi meski belum terikat dalam pernikahan.
Melegalkan jasa aborsi yang mana penggunanya rata-rata adalah anak-anak remaja.
Well, itu cuman salah satu contohnya. Jadi, di jaman now gak usah kaget kalo lo nemu banyak anak-anak SMA yang nyewa hotel sama pacarnya.
Lalu, Lalisa Manoban—siswi sekolah menengah atas kelas dua belas IPS satu, gadis cantik dengan pahatan wajah bak boneka; dua bola mata yang besar bersama pipi bulat berisi dan bibir penuh bewarna kemerahan.
Berjalan anggun menyusuri deretan ruang belajar murid kelas sepuluh. Sekedar melihat-lihat sambil mengulum permen tangkai rasa buah anggur dengan gayanya yang khas; high class bitches.
Kemeja lengan pendek yang ditutup dengan rompi—dengan jahitan yang sengaja ia press body-kan. Membuatnya terlihat seksi ditambah dengan potongan rok bermotif kotak-kotak merah maroon—senada dengan rompi sekolahnya, sangatlah pendek jika dibandingkan dengan siswi yang lain. Kemudian ditutup dengan kaus kaki hitam yang panjangnya sampai lutut dan sepatu converse merah dengan platform setinggi empat centimeter.
Dan ketukan sepatunya berhenti di dalam toilet siswi, yang mana membuatnya berdiri di depan wastafel dengan cermin besar. Garis pandangnya tertuju pada bibir sewarna cherry yang bergerak-gerak mengulum permen yang selanjutnya ia tarik keluar sebelum melemparnya ke dalam tempat sampah.
Lisa memajukan tubuhnya, guna memudahkan dirinya untuk melihat tangannya yang kini bergerak mengoles lip tint merah.
drrtt... drrtt...
Lisa merasakan getaran dalam saku roknya, mengundangnya untuk mengumpat dan cepat-cepat menyelesaikan bibirnya. Dia mengangkatnya, tanpa membaca nama yang tertera di layar ponselnya dan mendengus kasar.
“Apa sih?”
Nada suaranya kesal, ia menekan tombol loud speaker dan meletakkan ponselnya. Kembali beralih merapikan bibirnya yang kini bewarna merah; seksi dan mengundang siapapun untuk meraupnya brutal.
“Dimana?” suara merdu di sebrang sana bertanya, membuat Lisa bergeming selama beberapa detik.
“Kamar mandi.”
“Aku kesana.”
Dengan begitu panggilan itu terputus. Lisa menghembuskan napasnya, menyadari raut wajahnya yang berubah kesal lewat pantulan cermin. Garis alis yang sedikit berubah; sedikit menukik tajam dan hidung yang tak ragu bergerak kembang kempis.
“Bangsat.”
Sementara itu Jeon Jungkook—si rupawan yang ikut keluar dari kelas saat jam kosong, menyimpan kembali ponselnya. Sepasang iris onyx yang menyorot datar, membuat auranya dingin dan agak mengerikan. Menjalar pada hidungnya yang bangir, nampak serasi dengan bibir softnya yang merah alami. Yang semua itu dibingkai sempurna dengan rahang tegas dan rambut cokelat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Tapi ENA
FanfictionMereka gak pacaran kok, cuma sekedar temen ranjang doang ( ͡° ͜ʖ ͡°) - [ 18+ ] TW! // NSFW! distopia: universe bobrok! (read: free sex while still in senior high school) → tamat. © sasharabies 2018