EMPAT

197 5 0
                                    


"Gin, kamu gila. Kenapa bunganya dikasih ke aku?" Karensa heran.

Ginny tancap gas, membawa Katananya menuju rumah. "Kamu yang mau, kan?"

"Gin, kamu nggak boleh gitu. Ini kan anugerah, tanda dari Tuhan, kalau kamu bakal married."

"Itu takhayul, say. Orang beragama nggak boleh percaya gituan."

"Please, deh, Gin, ini udah banyak terbukti. Temenku ada lho, yang married nggak lama setelah dapet wedding bouquet. Itu juga married-nya sama cowok yang ia kenal di pesta itu!"

"Kalo gitu kita liat aja nanti. Mau taruhan?"

"Orang beragamana mana boleh taruhan?"

"Aku nggak mungkin married. Minimal, nggak dalam waktu dekat ini."

"Apa aku nggak salah dengar? Kamu mulai melemah, lho, Gin."

"Setelah dapet khotbah keagamaan kemarin dulu, aku pikir-pikir lagi, orang beragama kan nggak boleh selalu berkata pasti tentang sebuah hal. Yang tahu pasti hanya Tuhan."

Karensa tertawa. "Gin...Gin... kamu memang antik. Coba, mana ada bridesmaid nyetir sendiri? Harusnya kan ikut mobil pengantin."

"Ada aja. Yaitu Ginny."

"Di satu pihak kamu nurut Mami, di lain pihak, kamu berontak."

"Kalo aku nggak bisa berontak ke Mami dalam satu hal, aku berontak di hal yang lain."

"Oke, aku ngerti. Soal bridesmaid, kamu nggak bisa berontak, karena erat hubungannya dengan keluarga besar kamu. Eh... gimana, ada cowok yang menarik hati kamu nggak di pesta tadi?"

"Biasa aja, lagi."

"Gin, siapa tahu satu dari mereka bakal jadi suami."

"Suami kamu maksudnya." Ginny melihat tampang Karensa yang sedang berkhayal.

"Ya kamu, dong. Kan kamu yang dapet bunga."

"Aku nggak percaya hal kayak gitu."

"Percaya nggak percaya, tapi kejadian, lho."

"Kamu ini kayak orang nggak beragama aja, percaya kayak gituan."

"Kalau kamu nggak percaya, kenapa bunganya kamu tangkap?"

"Itu bukan kemauanku. Refleks. Nggak sengaja. Coincidence."

"Harusnya kamu buang aja bunganya kalau nggak mau."

"Oke." Ginny merebut wedding bouquet dari tangan Karensa dan bersiap melemparnya ke luar jendela.

"Eh, jangan!" Karensa merebut kembali.

"Lebih baik aku kasih kamu, kan? Siapa tahu kamu yang bakal married."

"Mana mungkin? Yang menangkap kan kamu."

"Udah, deh! Bosan aku bicara ini terus. Gimana Marlon?"

"Lho, kok Marlon, sih?"

"Bahasa tubuh kamu tuh kuat banget ke dia."

"Oh ya? Kelihatan, ya? Padahal, aku kan kenalan sama banyak cowok tadi."

BRIDE OR BRIDESMAID? (Married...? Nggak...? Married...? Nggak...?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang