Malam Minggu. Ginny dan Karensa meluncur bersama si mobil tua menyusuri Jakarta Selatan. Bukan untuk dugem. Bukan juga untuk shopping. Atau nongkrong. Mereka pergi ke sebuah rumah sakit.
"Duh, nggak nyangka banget, ya... Kok Sheryn bisa sakit kayak gitu..." Karensa prihatin.
"Aku sebel, lho, keluarganya kok nutup-nutupin."
"Wajar lah, Gin. Mungkin mereka malu sama penyakitnya Sheryn. AIDS kan sesuatu yang aib banget."
"Tapi kan Sheryn dapet penyakit itu belum tentu karena perilaku yang buruk."
"Iya sih... " nada suara Karensa terdengar ragu.
"Kamu pasti tahu sesuatu yang aku nggak tahu."
"Ada gosip sih, dari temen-temen sekampus kita dulu, kalo... Sheryn itu suka gonta-ganti cowok."
"Kayak kamu?"
"Serius, nih! Sheryn itu kelihatannya aja babyface, tapi dia tuh piala bergilir."
"Karen, dia tuh temen kita, tahu. Masa kamu lupa, sih, dulu kita kayak Three Musketeers? Kok tega, sih, kamu ngomong kayak gitu? Kamu masih dendam, ya, karena dia jadian sama salah satu mantan kamu?"
"Dia emang jelas-jelas ngerebut bekas cowokku, si Charles dulu. Tapi aku udah lama lupain itu. Kenyataannya, Sheryn memang free sex, Gin. Semua anak kampus udah tahu, kok."
"Kalo masih berupa kata orang dan belum ada buktinya sih, aku nggak mau percaya."
"Ya terserah kamu, deh."
"Kenapa, sih? Dari dulu kamu kan emang sering clash gitu sama Sheryn? Aku ngerti kok, dulu kalian rival berat sebagai cewek populer di kampus."
"Itu nggak ada hubungannya sama pernyataanku tadi. Aku obyektif, kok."
"Terus, kenapa kamu nggak kontak-kontak dia lagi sih, terakhir-terakhir sebelum lulus? Kamu kayak menjauh dari dia. Aku harus bagi waktu buat hang out sama kalian masing-masing."
"Ya itu kan gara-gara Charlesgate. Udah deh, Gin, jangan curiga yang aneh-aneh. Aku nggak jahat kok sama dia. Buktinya kan sekarang aku tulus mau ikut kamu nengok dia. Aku kaget banget waktu denger dia kena HIV. Kamu sendiri juga udah lama kan, nggak kontak dia, sampai kamu nggak tahu dia udah sekian tahun sakit AIDS."
"Iya, kita memang sempet lose contact. Tapi itu karena Sheryn yang menghindar. Seluruh keluarganya juga menghambat setiap kali aku telepon atau datang ke rumahnya. Semua kayak menutupi kenyataan. Padahal kan, dalam keadaan gitu, Sheryn butuh temen banget."
"Kalo Sheryn sendiri yang menghindar, artinya dia nggak butuh temen."
"Itu kan karena dia lagi depresi banget sama penyakitnya. Justru kita harus tetep dampingi dia."
"Nggak tahu, deh. Aku sebenernya paling nggak kuat lihat orang sakit. Kayak apa Sheryn sekarang, ya?"
"Kamu nggak takut ketularan, kan?"
"Idih, memangnya aku kuper, sampai nggak tahu cara penularan HIV?"
Keduanya berhenti bercakap begitu mobil memasuki halaman rumah sakit. Segera mereka menuju ke ruang opname tempat Sheryn dirawat.
Beberapa orang keluarga Sheryn terkejut melihat kedatangan Ginny dan Karensa. Mereka semua tegang, dan ibu Sheryn mulai menangis. Orang-orang itu berdiri menghalangi pintu masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRIDE OR BRIDESMAID? (Married...? Nggak...? Married...? Nggak...?)
ChickLitGinny sebenarnya cantik. Itu kata Karensa, sobatnya. Tapi Ginny tak kunjung punya pacar. Ginny sudah cukup umur untuk menikah. Itu kata keluarganya. Tapi setelah delapan pernikahan dalam keluarganya, Ginny tetap jadi bridesmaid. "Aku tak mau menika...