SEBELAS

143 4 0
                                    


Ginny garuk-garuk kepala. Ia sama sekali tidak berani berterus terang pada Mami tentang pemecatan dirinya. Sampai sekarang Mami dan Papi tidak tahu sama sekali kalau Ginny sudah jadi pengangguran. Setiap pagi sampai sore, Ginny selalu berpura-pura berangkat kerja. Padahal ia pergi ke mall atau perpustakaan sampai sore. Seringkali ia juga ke rumah Karensa. Lama-lama, hampir seluruh mall dan perpustakaan di Jakarta sudah dikunjungi Ginny. Ginny juga merasa tidak enak kalau Marlon datang ke rumah Karensa dan bertemu dengannya. Ia jadi bosan. Hari ini Ginny bingung, mau menghabiskan waktu di mana.

Ginny merasa bersalah menikmati sarapan buatan Mami, padahal ia sedang membohongi Mami.

"Kok diliati saja? Nggak dimakan?" Mami bertanya.

"Diet, ya?" goda Papi.

Ginny hanya tersenyum.

"Sayang, kamu betah, nggak, dengan kerjaan kamu?" tanya Papi.

Ginny tertegun, "Memangnya kenapa, Pi?"

"Ini, rekan Papi ada yang butuh karyawan cerdas yang udah biasa jadi auditor. Prospeknya kayaknya lumayan tuh. "

"Oh, Ginny mau, Pi! Untuk peningkatan karir, kenapa nggak?" Ginny bersemangat.

"Ya udah, kamu coba aja kirim lamaran kerja ke sini." Papi menyodorkan selembar amplop dengan kop sebuah perusahaan.

"Trims ya Pi."

"Sama-sama. Papi ke kantor dulu, ya."

Mami mencium Papi dan mereka berpamitan mesra. Ginny melambaikan tangan riang. Sepeninggal Papi, Ginny pun makan dengan lahap.

"Kamu nggak telat, sayang?" Mami melirik jam dinding.

Ginny jadi berdebar-debar. "Iya, Mi!"

Ginny pura-pura menghabiskan makanannya dengan cepat.

"Makannya jangan cepet-cepet, nanti tersedak."

Uhuk, uhuk! Ginny tersedak dan minum.

"Tuh, kan. Sampai tersedak karena berbohong."

Ginny kaget. Ia sampai tidak bisa bicara apa-apa.

"Mami kenal anak Mami. Kamu kelihatan sekali kalau bohong."

"Mami tahu kalau aku nggak kerja?"

"Kamu dipecat, kan?"

"Karensa yang bilang, ya?"

"Seorang ibu jangan sampai tahu tentang anak dari teman anaknya."

Ginny tertunduk. "Maaf, ya, Mi."

"Mami sedang berusaha mengubah keluarga kita jadi lebih harmonis, Gin."

"Ginny tahu. Maaf Ginny nggak menghargainya."

"Mami yang harus minta maaf, nggak bisa membuat kamu merasa dekat dengan Mami."

"Ah, nggak juga."

"Mami juga mau minta maaf atas sikap Mami pada Sheryn. Mami udah keterlaluan. Untungnya Tuhan tunjukkan kalau Mami keliru, lewat khotbah Pendeta Mawengkang."

"Jangan minta maaf ke Ginny, Mi. Ke Tuhan."

Mami terdiam sejenak."Sayang, apa kamu masih juga nggak ingin kawin?"

BRIDE OR BRIDESMAID? (Married...? Nggak...? Married...? Nggak...?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang