TIGA BELAS

122 3 0
                                    


Ginny bangun pagi. Ia merasa segar. Sesegar potongan wedding bouquet yang tertata di dalam vas bunga. Ginny merasa bersemangat. Ia mandi, merapikan diri, turun membuat sarapan sendiri, dan menyantapnya. Lalu masuk ke mobil untuk memanaskan mobil. Siap-siap berangkat.

Aneh, pikir Ginny sambil memanaskan mobil. Kenapa rasanya ada sesuatu yang hilang akhir-akhir ini, dari hidupnya, ya? Tapi hal itu bukan sesuatu yang merugikan. Ginny malah merasa bebannya lebih ringan karena ia tidak menjalani hal itu lagi. Hal itu, hal itu... ya, mimpinya. Mimpi yang berdasarkan rekaman masa kecil Ginny. Waktu Ginny bermain pengantin-pengantinan dengan Edi. Waktu Ginny dicium tapi tidak pernah dijadikan pengantin. Itu nyata, tapi selalu berulang dalam mimpi. Ginny sudah lama tidak bermimpi hal itu lagi. Sejak kapan, ya? Apa sejak Sheryn sakit? Sejak Vonny menikah? Jangan-jangan... sejak bertemu Frederik, alias Edi dewasa...

"Ginny."

Ginny melongokkan kepalanya dari jendela mobil.

"Mau ke mana, pagi-pagi begini memanaskan mobil? Sudah ada panggilan wawancara kerja?"

"Belum, Mi. Ginny mau ke rumah Karen."

"Ke rumah Marlon maksudnya."

"Sama aja, Mi."

"Kamu harus ingat, mereka udah menikah."

"Iya, Mi. Sekali ini aja. Sesudah itu, Ginny akan jaga jarak."

"Sekarang rencana kamu apa, sesudah Karensa menikah?"

"Maksud Mami apa? Ginny kan punya hidup sendiri."

"Apa kamu nggak ingin menikah juga?"

"Nggak usah dijadikan beban pikiran, Mi."

"Mami khawatir sama kamu."

"Udah, deh, Mami berdoa aja, serahkan pada Tuhan. Entah Tuhan ingin Ginny menikah maupun nggak, itu pasti yang terbaik buat Ginny, Mi."

"Kamu jangan mengkambinghitamkan Tuhan atas keputusan kamu sendiri."

Ginny diam.

"Mami nggak ngerti kenapa kamu sengaja menjaga jarak dengan laki-laki. Apalagi pada Frederik. Dia kan baik."

"Mami baru kenal kok sudah bilang dia baik."

"Mami kan sudah lama kenal orangtuanya."

"Nggak jaminan."

"Apapun! Tetap saja sikap kamu pada Frederik itu salah!" bentak Mami.

"Mami jangan mulai lagi jadi ratu rumah tangga. Mami mungkin pintar, bisa mengatur segala-galanya, tapi Mami dingin!"

"Ginny!"

"Ginny nggak mau bertengkar sama Mami, tapi Mami jangan bentak-bentak Ginny!"

Mami mengatur napasnya. "Gin, tolong mengerti, dan sadari. Sikap kamu pada Frederik keterlaluan."

"Mi, Ginny sudah bilang terimakasih diantar Frederik. Ginny nggak ngundang dia mampir. Apa itu salah?"

"Mami yang undang, dan kamu seharusnya menjamu dia."

"Ginny capek."

"Kalau kamu begitu terus, gimana bisa punya suami?"

"Sebenarnya, kalau Ginny kawin itu kepentingan Ginny atau Mami, ya?"

BRIDE OR BRIDESMAID? (Married...? Nggak...? Married...? Nggak...?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang