Ginny datang lagi ke rumah sakit. Membawa makanan yang sudah pasti tidak akan dimakan dimakan Sheryn. Membawa gambar penghibur Sheryn yang sudah pasti harus dibawanya pulang lagi. Tapi semua itu tidak membuat langkah Ginny ragu atau perlahan. Semangatnya tetap sama seperti semula.
Satu-satunya yang menahan langkah Ginny adalah kosongnya ruang perawatan. Tidak ada Sheryn, tidak ada selang-selang, bahkan ruangan itu kosong seperti tak pernah ditempati. Seharusnya Ginny sudah curiga ketika di luar tidak ada satupun dari keluarga Sheryn yang terlihat.
Kepanikan menyerang Ginny. Suster jaga diserangnya dengan pertanyaan.
"Suster, pasien di situ ke mana, ya?"
"Nona Sheryn?"
"Iya."
"Dipindah ke ICU."
"Kenapa?!"
"Kemarin kondisinya gawat."
Ginny berlari pergi ke ICU tanpa sempat punya pikiran berterimakasih pada sang suster. Di sana barulah ia bertemu sanak saudara Sheryn yang sepertinya kurang welcome padanya.
"Kamu lagi." kata salah seorang tante Sheryn.
"Sheryn gimana?"
"Lebih baik kamu nggak usah kemari lagi."
"Ibu Sheryn mana?"
"Di rumah, istirahat. Sebaiknya kamu juga begitu. Semakin sedikit orang kemari, dan semakin sedikit yang tahu kondisi Sheryn, semakin baik."
"Ada apa dengan Sheryn?" Ginny mengulangi pertanyaan utamanya.
"Kamu kan sudah tahu sendiri dia dipindah kemari."
Ginny memilih mengintip-ngintip ke ruang ICU daripada terus saja melayani pembicaraan tidak nyambung dengan tantenya Sheryn.
"Percuma, nggak akan kelihatan." tukas si tante.
Ginny sebal. Mau berbuat baik saja kok sulit.
"Ibu Sheryn saja nggak keberatan saya kemari terus." cetus Ginny pedas.
"Tapi sekarang ibunya di rumah."
"Jangan-jangan ibunya nggak tahu kondisi Sheryn sekarang. Kalau nggak ada yang memberitahu." Ginny menuduh.
Tante Sheryn menghampiri keluarganya dan mereka semua saling berbisik.
Ginny paling tidak suka dibicarakan orang. Ia pun balik badan dan memutuskan pergi. Namun langkahnya tidak jauh karena ia berpapasan dengan ibu Sheryn. Ginny hendak menyapa tapi suaranya tidak jadi keluar melihat ibu Sheryn ditemani sesosok laki-laki yang tidak asing baginya.
Frederik Si Penginjak! Hah! Orang itu apanya Sheryn? Jangan-jangan...
Ginny merasa dirinya berubah jadi patung melihat kedekatan ibu Sheryn dan Frederik. Mereka berbagi kegundahan yang sama sepertinya.
"Ginny." Ibu Sheryn menyapa.
Ginny tidak mau melihat wajah Si Penginjak. Harusnya Frederik sama terkejutnya seperti dirinya.
"Tante, gimana keadaan Sheryn?"
"Kemarin dia sesak napas berat dan harus masuk ICU. Tapi sudah membaik, kok, kondisinya. Mudah-mudahan besok dia kembali ke ruang opname biasa."
KAMU SEDANG MEMBACA
BRIDE OR BRIDESMAID? (Married...? Nggak...? Married...? Nggak...?)
ChickLitGinny sebenarnya cantik. Itu kata Karensa, sobatnya. Tapi Ginny tak kunjung punya pacar. Ginny sudah cukup umur untuk menikah. Itu kata keluarganya. Tapi setelah delapan pernikahan dalam keluarganya, Ginny tetap jadi bridesmaid. "Aku tak mau menika...