Final Battle : Bloody Jeff

850 31 1
                                    

“Jeff… The Killer?”

James memandang lekat-lekat sosok Charles yang masih menyeringai aneh. Apa yang sebenarnya dipikirkan orang ini? Menjadi pahlawan huh? Bodoh. Kami-lah pahlawan sebenarnya di dunia ini. Coba pikir, disaat pemerintah tidak bisa mengatasi ledakan penduduk dan tingkat kebutuhan hidup yang tinggi, kami bisa menyelesaikan semuanya dengan mudah.

“Apa kau takut, James?” 

“Tentu tidak. Memangnya apa yang bisa dilakukan oleh pembunuh aneh itu kepadaku?”

“Khekhe… Berhati-hatilah James, pembunuh yang satu ini sangat lincah. Bahkan kami para polisi belum pernah berhasil melukai tubuhnya.”

James berfikir sedikit. Jika Charles sekalipun belum berhasil menangkapnya, apakah dirinya bisa. Tapi dia merasakan sesuatu yang tidak biasa. Ini buruan besar, pikirnya. 

“Siapkan semua yang kubutuhkan, maka aku akan membuat telinganya menjadi pajangan dengan pigura termahal dan mengantarkan si senyum aneh itu ke neraka paling dalam…”

“Hei, tenang dulu. Aku tidak menyuruhmu membunuhnya, ingat. Bagaimanapun caranya, kau harus membawanya dalam keadaan hidup.”

“Geez, jadi aku tidak bisa mengkoleksi telinganya?”

Charles hanya tersenyum. Tapi dibalik senyumnya seolah dia berkata : ‘Jadi apakah kau lebih memilih mati ditanganku?’

***

Itulah percakapan dimana ini semua dimulai. Di tengah gelapnya malam, James berlari. Jantungnya berdegup kencang, menyesuaikan irama sepatunya yang menghantam tanah dengan cepat. 

Tap. Tap. Kali ini langkahnya semakin tenang. Menurut rencana dari polisi bodoh itu, dia terlalu cepat 1 jam dari yang seharusnya. Tapi tidak menurut rencana yang sudah dia susun dengan baik di benaknya.

Jeff sepertinya memiliki pola tersendiri saat memilih para korbannya. Jika semua daftar korbannya diurutkan, itu akan merujuk pada suatu pola. Pola yang dilewatkan oleh para polisi, dan Charles sekalipun. 

Mansion ini memiliki halaman belakang yang cukup luas, dan pepohonan yang cukup lebat. Tempat yang cukup bagus, untuk para ularnya bersembunyi. James sudah mengatur posisi dari ular-ularnya. Sekarang dia hanya perlu mencari jalan menuju kamar ‘calon korban’.

James menggunakan para ularnya untuk memanjat sampai ke loteng bagian tengah. Menurut pengamatannya, seorang gadis remaja tinggal di salah satu kamar yang menghadap ke jalan. Itu berarti, kamar yang dimaksud adalah jendela yang satu-satunya memperlihatkan cahaya lampu.

Mansion ini sebenarnya agak aneh. Meskipun hanya memiliki dua lantai, tetapi sangat luas, dan… tidak ada satupun lampu yang menyala pada bagian bawah maupun halaman. Ia bahkan ragu, jika benar ada gadis remaja yang tinggal disana.

James menunggu dan mengamati dari atas loteng, “Sial, rasanya sudah berjam-jam. Mengapa belum ada pergerakan sama sekali?” tiba tiba… “AAAAAAAAAAAA… !!!” suara teriakan seorang gadis terdengar sangat melengking.

Sial. Bagaimana mungkin aku kecolongan, batin James. Darimana dia masuk? Sejak kapan? Ah, berengsek!

James menendang pintu loteng hingga terbuka dan berlari ke kamar gadis tersebut. Pintu kamar si gadis tidak terkunci. James melangkah masuk dan melihat dia, sang pembunuh berantai, Jeff The Killer.

Dia belum membunuh gadis itu rupanya, meskipun dengan posisinya yang sudah siap menghujamkan pisau ke jantung sang gadis, tetapi entah mengapa dia belum melakukannya.

“Heeee? Ada pengganggu rupanya…” Jeff bersuara pada akhirnya. Mukanya sangat aneh. Baru kali ini James melihat dengan mata kepala sendiri, wajah dari seorang pembunuh yang melegenda.

James tidak mau banyak bicara, dengan posisinya, dia memegang sebuah pistol. 

Jeff merasa dirinya tertantang. “Mau mencoba melawanku, huh?”

Jeff melompat, dan melesat dengan cepat. Dug! Pistol yang dipegang James terlepas karena tendangan Jeff. Agresif sekali, pikir James. Aku harus berhati-hati…

James menghindar dari serangan Jeff selanjutnya, beruntung dia membawa pisau favoritnya. Pisau yang sedari tadi tersimpan dibalik jaketnya. 

Shriink! Suara gesekan antar pisau mereka membuat ngilu. Gerakan yang sungguh cepat. Jeff bahkan tidak membiarkan James untuk berfikir sedetik-pun. 

Ditendangnya tubuh James hingga membentur tembok. Aaah, sakit sekali, pikir James. Mengapa ia bisa begitu kuat.

Detik berikutnya Jeff sudah melesat dan berusaha menikam James. Beruntung James berhasil berguling ke kiri, kearah pistolnya yang terjatuh.

Tapi Jeff berhasil menusuk punggungnya, darah segar mulai mengalir. 

“Keh, bodoh.” Ucap James.

Jeff tertawa semakin kencang. “Menarik! Ayo bangun, bocah bodoh! Hahaha……!”

Segera setelah Jeff menyelesaikan tawanya, tubuh Jeff dililit oleh ular-ular suruhan James. Mereka menggigit dan melilit dengan kencang tubuh Jeff.

“HAHAHAHA! Ular?? Apa kau pikir racun ular bisa membunuhku hah?” 

James tersenyum, dan berkata “Mungkin tidak…” 

Dor! Pistol yang diraihnya tadi ditembakkan ke dada Jeff. Itu bukan pistol biasa ternyata. Itu pistol bius. Meskipun James tidak mengetahui racun apa yang ada didalam pistol tersebut, tetapi seharusnya cukup untuk ‘menidurkan’ seorang Jeff.

“A….pa…” Brukk! Jeff terjatuh, matanya masih terbuka, tapi kelihatannya dia sudah tidak bisa menggerakkan tangan dan kakinya, meskipun ia berusaha.

“Go to sleep… Jeff…” James merasa kemenangan berpihak kepadanya

Suara sirine polisi menggema di udara. Ah, akhirnya selesai, pikir James. Polisi dengan sigap masuk ke kamar sang gadis, dan mengamankan tubuh Jeff. Memborgol dan mengikat dengan kuat tubuh Jeff. Ular-ular yang sedari tadi melilit tubuh Jeff diperintahkan pergi oleh James.

Dengan luka di punggungnya, James masih bisa bergerak. Sebenarnya ia ingin kabur saja dan membiarkan polisi menyelesaikan tugasnya. Tetapi gelang leher ini masih membatasi pergerakannya.

Terlihat Charles datang menghampiri James.

“Kerja bagus, James…” kembali, Charles menyeringai aneh.

“BAGUS! Sekarang lepaskan gelang leher ini!” Teriak James sudah tidak sabar.

Bug! Charles menendang perut James dan menyebabkan James sedikit kehilangan keseimbangan.

“Apa… apa maumu sebenarnya? Bukankah kau telah berjanji sebelumnya?”

“Ahh, apa tadi yang kukatakan? Bebas ya? Yah, kau akan kubebaskan, di rumah barumu…”

James mau membalas, tapi, Dor…! Tembakan pistol bius tepat mengenai dada kanan James. Seketika tubuhnya kehilangan keseimbangan dan ambruk.

***

Usai kegaduhan yang mengganggu jam tidurnya, gadis yang hampir menjadi calon korban Jeff, tertawa. 

“Hahahaha! Menarik, ini sangat menarik. Rupanya sudah dimulai ya? Bagaimana kalau kita bergabung juga, Drocell?”

Tawanya semakin kencang disaat ia menatap lekat-lekat boneka jerami yang dipegangnya.

Final BattleWhere stories live. Discover now