Final Battle : Hooked

501 23 0
                                    

Blug. Daging besar yang bahkan tidak dimasak itu dilemparkan melalui sisi teralis oleh petugas.

Di sudut sel ada seorang gadis kecil yang meringkuk. Wajahnya tenggelam oleh lututnya.

“Ini makananmu, cepat makan” ujar petugas itu

Perlahan gadis kecil itu memandang ke arah daging yang teronggok dilantai, lalu ke arah petugas itu.

Sreekkh… Sreekkh… Gadis kecil itu merangkak kearah petugas, dan tersenyum aneh. “Khekh…”

Swapth- tidak sampai sepersekian detik, gadis kecil itu bagaikan hinggap di tangan petugas yang terjulur kedalam melalui sela-sela teralis.

Krucch! “Aaaaarrrrrrrrgggghhhh!!!!” Gadis itu menggigit, mengunyah, dan mengoyak daging di lengan sang petugas. Dengan kaki yang bertumpu ke sisi teralis, dia mematahkan lengan petugas tadi, melompat, dan membawa lengan itu ke sudut ruangan dengan mulutnya. Gerakannya bagaikan kucing yang berhasil mencuri ikan, dia tidak berjalan, melainkan merangkak.

“Aaaaaaa!!! Tolonggg!! Lenganku!!! TOLOONGG!!!”

***

Layar menampilkan sebuah nama—Karin. Selang beberapa detik, laman berganti menjadi kolom-kolom yang berisi identitas Karin dan identitas orang yang ingin dibunuhnya.

Dementria mencari lokasi target melalui GPS. Dekat sekali, tidak sampai 2 kilometer dari tempatnya sekarang.

“Siapkan dirimu James, malam ini kita akan berpesta. Aku punya beberapa koleksi pisau yang mungkin bisa kau pakai. Apa kau tidak ingin senjata jenis baru?”

“Uhm… yeah, aku menyukai pertarungan jarak dekat, jadi kupikir, pisau adalah yang terbaik.” Jawab James.

“Ayo kita bersiap.”

James dan Dementria berjalan dan sesekali berlari dalam bayang-bayang malam. Mereka menghindari sebisa mungkin, berpapasan dengan orang lain.

“Hei Dementria,” bisik James “Mengapa kau tidak terbang saja? Bukankah itu lebih cepat?”

“James yang bodoh. Lihatlah sekelilingmu, ini kota yang tidak pernah tidur. Apa yang akan mereka katakan jika melihat seorang gadis sepertiku terbang? Dan sekedar memberi tahu, tubuhmu itu cukup berat juga James.” Jawab Dementria sambil tertawa sinis.

Mereka tiba di sebuah rumah yang cukup kecil. Mirip seperti rumah kontrakan. Bisa ditebak bahwa pemiliknya tinggal sendirian di dalam.

Mereka berjalan mengelilingi rumah itu, mencari celah terbaik untuk masuk. 

Tapi James punya keahlian khusus dalam menyelinap. Dimasukannya ujung pisau kedalam lubang kunci pada pintu, dengan gerakan lihai, ‘Click’. Terdengar bahwa kunci pintu sudah berhasil dibuka.

Klek. James membuka perlahan pintu tersebut. James mempersilahkan Dementria untuk masuk terlebih dahulu.

Rumah ini sangat kecil. Sepertinya hanya ada satu kamar tidur. Itu berarti, pekerjaan mereka akan lebih mudah.

Mereka berjalan menuju pintu menurut perkiraan mereka, inilah kamar tidurnya.

Brak! James menendang pintu, dan pemilik rumah yang sedari tadi tertidur dikasurnya, terbangun karena kaget.

“Si…siapa kalian?”

Mereka tidak mempedulikan pertanyaan dari pemilik rumah, yang ternyata seorang wanita.

“Aku… aku akan panggil polisi!” terlihat wanita tersebut meraih handphone-nya.

“James, kau mau bermain?” Bisik Dementria.

“Tentu saja,” Jawab James tersenyum senang. Slat, dalam hitungan detik James sudah melompat keatas tubuh wanita tersebut, bersiap untuk menikamnya dengan pisau.

“Aaaaaaaaaaa!!!!” Jerit wanita itu. James memotong pergelangan tangan wanita itu dengan mudah.

Cratt. Darah segar menyembur keluar dari lengan wanita tadi, membasahi wajah James.

James terdiam. Wanita itu masih terus saja menjerit.

“Hei James, kalau tidak cepat….” Ucap Dementria, yang seketika terhenti karena melihat reaksi lain dari James.

James tersenyum aneh, “Da…rah… se… gar…” bisiknya lirih.

“Hahahahaha! Manis! Nikmat! Ini yang terbaik!!” James berteriak seperti orang gila. Dengan gerakan cepat ia menyayat leher wanita itu. 

Lagi, lagi, James seperti menari diatas kasur. Dengan wanita yang sudah tidak bergerak, James masih saja menikam dan menyayat tanpa henti.

Bagian perut, kaki, tangan, kepala, tidak ada yang dilewatkan. Kasur sudah berubah warna menjadi merah, tetapi James masih saja mencabik tubuh wanita itu tanpa henti.

“James, hentikan! Kau bisa merusak organ-organ pentingnya! Hei James!” Dementria berteriak, tetapi bahkan James tidak mendengar suaranya.

James berhenti. Tubuh wanita itu sudah terkoyak habis, tidak meninggalkan bentuk bahwa ia sebelumnya adalah manusia. Tubuh James juga penuh dengan cipratan darah. 

Sekarang James melihat kearah Dementria, ia tersenyum mengerikan. “Ssssshhh…” Lirih James sambil menjilati bibirnya. Cahaya lampu tidur yang temaram semakin menampilkan sosok James yang bagaikan monster.

“James! Apa yang kau lakukan hah?” James merunduk, lalu melompat kearah Dementria.

“JAMES!! HEI!” 

Teriakan Dementria membuat James terhenti. Matanya mengerjap pelan. 

“Apa yang…” James melihat kearah Dementria, lalu melihat kearah wanita itu secara bergantian. Kemudian ia melihat kedua telapak tangannya.

Dementria mengerutkan kening. “Dasar monster…” bisiknya pelan.

“Ah… Aku… Maaf Dementria. Tadi rasanya aku kembali hidup. Sangat senang. Nikmat. Rasanya seperti menari di tengah lantai dansa. Menyenangkan.”

“Ah, sudahlah. Lagipula wanita itu juga sudah tua. Pasti sudah banyak organ-organ yang rusak di tubuhnya. Aku tidak mengerti mengapa anak yang bernama Karin itu berniat membunuh wanita tua ini. Perkara warisan katanya, itu konyol.”

Sraasshh. Terdengar suara hujan diluar.

“Sial, sekarang malah hujan!” Maki Dementria kesal.

“Ayo, kalau tidak cepat, matahari akan segera terbit. Aku mau menyelesaikan semua urusan ini sebelum fajar. Ingat, kali ini kita akan mengambil bayaran, jadi usahakan potong semuanya dengan rapih. Aku tidak mau hari ini menjadi percuma.”

Dementria mengomel. James hanya bisa mengangguk lemah. James sendiri tidak mengerti mengapa dirinya bisa sedemikian liar. Perasaan yang nikmat ini, rasanya rindu, batin James.

Hujan semakin deras, mengguyur mereka yang berlarian diantara pepohonan. Beruntung letak rumah client tidak terlalu jauh dari lokasi rumah target tadi.

Akhirnya mereka sampai. Sebuah rumah yang cukup megah, dengan taman beserta patung-patung hiasan di halamannya. Rumah tersebut memiliki gerbang, tetapi tidak terkunci.

Dementria menengadah keatas. Sebuah jendela dari lantai dua terbuka. Ia memandang James dan James mengerti.

Dementria mulai terbang menuju sisi jendela sambil membawa James. James meraih kusen jendela, dan melompat kedalam, diikuti Dementria yang mendarat di jendela.

Ruangan tampak amat gelap. Hanya cahaya dari jendela yang menjadi penerangan satu-satunya. Diatas tempat tidur berbaring seorang gadis muda, membelakangi mereka.

Kali ini James tidak perlu disuruh lagi, ia berjalan ke sisi gadis itu.

Tapi perhatian Dementria teralih kearah lain, ia melihat kearah lemari pakaian. Beberapa genangan mengkilat diterpa cahaya menjejak di lantai mengarah ke lemari pakaian tersebut.

James mengendap agar tidak membuat suara. Saat ini pisaunya sudah amat dekat dengan leher si gadis tadi.

Cring. Sebuah sabit besar, menyentuh sisi leher James, dan entah sejak kapan, gadis tadi sudah berada di belakang James.

Final BattleWhere stories live. Discover now