“Hei, kau… apa yang kau lakukan? Dimana kakek?” James terbata-bata melihat sosok Charles seakan memegang kendali sekarang.
Charles terkekeh sesaat, sebelum menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh James.
“Kakekmu? Apa kau sangat merindukan sosok tua yang menyedihkan itu? Orang yang kau cari, ada di depan matamu. Sadarlah, cucuku yang manis. Hahahaha!” James mengerutkan kening tanda tak mengerti.
“Itulah, yang akan terjadi…,” Jane seakan meneruskan kalimatnya yang tadi terpotong. “Tubuhmu akan diambil alih oleh kakek tua itu, jika kau berhasil ‘memenuhi syarat’. Menang dalam pertarungan ini, dan kau mengharapkan suatu kebebasan? Jangan bercanda!”
Sekarang James mengerti. Tapi, dengan cara apa? Lalu bagaimana dengan jiwa Charles? Apakah Charles sudah mati? Segala pertanyaan memenuhi benak James.
Jeff berbalik arah, kali ini ia melangkah, sambil memainkan pisaunya, ia bersenandung sedikit.
“My… my… sepertinya mereka benar, keparat sepertimu harus mati!” Jeff menunjuk kakek James—yang saat ini berada di tubuh Charles—dengan pisaunya.
Jeff berjalan ke sudut ruangan, tempat pisau-pisau berada. Pisau tersebut ditempatkan pada satu wadah bebentuk kotak yang terbuat dari kayu. Ia mengambil beberapa pisau yang tersisa di sana dengan satu tangan, dan melemparkannya ke arah James.
Pisau tersebut melayang tak beraturan, dan salah satunya mengiris pelipis James.
“Woops, maaf, tanganku licin.”
Berengsek! Pikir James. Ia sengaja rupanya.
“Ambil itu, dan kita mulai pestanya!” Teriak Jeff sesaat sebelum berlari menuju sosok Charles.
Para Dobermann mulai menggeram, dan satu terlihat seperti mengambil ancang-ancang untuk menyerang Jeff. Mereka terlihat lapar! Mereka tidak seperti anjing normal, ada sesuatu yang lain. Mereka seperti… dikendalikan.
Charles mengacungkan tinggi-tinggi sebuah benda. Benda berbentuk kalung dengan batu hijau yang cukup besar. “Buru dia, anak-anak!” teriaknya penuh kebahagiaan.
Seketika anjing-anjing tadi melolong, dan mata mereka berubah merah. Liur mereka menetes saat menerkam Jeff.
Jane mengambil dua buah pisau yang terjatuh di lantai. Ia mulai mengepakkan sayapnya, mengudara. Ia melemparkan pisau dari atas dan mengenai badan salah satu anjing-anjing itu. Tapi itu tidak menghentikan mereka. Anjing-anjing itu tetap bergerak buas dan menyerang Jeff.
“Hei! Ayo, bantu dia!” Jane berteriak kesal kepada James dan Eyeless Jack.
“Apa yang kau inginkan?” Jack menyahut, “apakah kau lupa dengan semua jebakan yang ada? Kita tidak bisa bergerak bebas. Kau satu-satunya yang bisa.”
“Herrggh…,” Jeff sendiri sudah mulai bermandikan darah. Entah darahnya, atau darah anjing, sudah berpadu menjadi satu. Yang ia bisa lakukan hanyalah menikam mereka satu-persatu. Sekalipun harus mengorbankan bagian tubuhnya yang tergigit. Anjing-anjing itu tetap bergerak cepat, dengan luka yang terbuka, gerakan mereka tidak melemah.
Charles kembali mengangkat tinggi-tinggi kalung batu yang sepertinya adalah alat pengendali para anjing.
Puluhan anjing jenis Dobermann lain muncul dari balik ruangan. Mereka berlari melewati Jeff yang sedang bertarung, dan menuju ke arah James beserta yang lainnya.
“20… 23…” Eyeless Jack bergumam pelan, sementara James mengambil pisau tambahan dari lantai.
“Mundur!” Jane berteriak, membuat mereka kaget. Ia mengepakkan sayapnya dengan cepat, dan ‘wussh’, tubuh-tubuh anjing tadi tercincang menjadi beberapa bagian. Ada yang lehernya terputus, ada pula yang kaki-kakinya terpisah. Satu anjing badannya terbelah menjadi dua, namun belum sepenuhnya putus. Dengan usus yang menggantung, anjing tersebut tetap berusaha berjalan maju.