Final Battle : Reborn (End)

556 28 7
                                    

Raungan sirine dari mobil polisi memenuhi  sekeliling penjara yang dibangun oleh kakek tua itu selama puluhan tahun.

 Penjara itu kini hancur dan hangus terbakar. Ternyata ledakan-ledakan itu menyebabkan kosleting listrik dan api dengan cepat menyebar.

Polisi mengevakuasi para sipir, petugas, dan tahanan dari penjara itu. Ada yang selamat dan ada beberapa yang ditemukan hanya bagian-bagian tubuhnya saja.

Di sisi lain, mereka juga memborgol dan mengikat beberapa tahanan yang selamat, karena menunjukkan reaksi aneh seperti menggeram bagai binatang buas, bahkan sempat menyerang petugas.

Polisi dan detektif yang bertugas, menemukan sisa-sisa rancangan penelitian di laboratorium bawah tanah. Rancangan tersebut diberi judul “Rahasia hidup abadi.”

***

Jauh di bagian belakang penjara, terdapat Jane, dengan beberapa bagian tubuhnya terbakar. Ia merasa kembali menjadi Jane yang dulu.

Srakk-

Jane terkejut, melihat sosok yang dikenalinya datang.

“Oh, James. Kau selamat rupanya!” Jane berlari dan memeluk James. “Kukira setelah atap yang runtuh itu memisahkan jalan keluar kita, kau kesulitan mencari jalan keluar lain. Maafkan aku karena meninggalkan kalian… tapi, kau bahkan tidak terbakar sama sekali!”

“Tentu saja, ular adalah binatang melata yang hebat, bukan?” James menaikan sebelah alisnya.

Jane agak bingung dengan jawaban James yang terasa aneh.

“Lalu, bagaimana dengan yang lain?” tanya Jane selanjutnya.

“Eyeless Jack mengatakan sudah muak berurusan denganmu, dan Jeff meninggalkan salam perpisahan di sini.” James menunjuk perutnya yang memiliki luka tusuk namun tak terlalu parah.

“Oh, syukurlah kau masih hidup, James.” Jane kembali memeluk James, tapi Jane merasakan hentakan lain. Stab- Sebuah benda dingin, menembus perutnya.

“Orghhh! Apa yang….”

James menusuk perut Jane dengan pisau yang dipegang di tangan kirinya. “Yeah, Jane. Aku hidup.”

James menyeringai dan berlari, meninggalkan Jane yang tersungkur memegangi perutnya. Ia berlari jauh ke dalam hutan, dan menghilang di dalam kegelapan.

***

“Hahaha! Kau memang tidak sepantasnya hidup!”

Dua bocah kecil terlihat sedang mengencingi seorang anak di ujung lapangan kasti, pinggir kota.

Anak yang terlihat lusuh dan lemah itu tidak melawan, hanya menangis sampai dua anak yang menjahatinya itu selesai mengencinginya.

“Mati saja kau!” tendangan mendarat tepat di kepala anak itu. Sekarang ia menangis, ketakutan.

“Lebih baik tinggalkan saja dia, biar hantu yang menculiknya, hiiii!” salah satu dari anak itu menarik temannya, karena merasakan hari sudah sangat larut.

Terdengar desis ular dari kejauhan. Ke dua menghentikan langkahnya, mencari darimana asal suara tersebut.

Ilalang di sekitar mereka bergerak tak beraturan, pertanda ada makhluk yang mendekat. Mereka menyadari ada ular yang mengepung mereka.

Ular-ular tersebut mulai merayap naik, melilit tubuh mereka dengan perlahan.

“Aaaaa! Hush! Hush! Tolooong!” teriak salah satu anak yang bertubuh gemuk, ketakutan.

“Tolong, katamu?” sebuah sosok yang kerap kali dibicarakan masyarakat, kini muncul di hadapan mereka. Ia berjalan mendekat, dan ‘Stab’. Sebuah pisau dingin nan berkilau memantulkan cahaya bulan yang baru saja tersenyum pilu menancap dengan rapi di leher gemuk itu. Ia mencabut pisaunya disaat anak tersebut terjatuh dan mengejang meregang nyawa, kemudian menusuk ke dua mata anak gemuk itu, dan mengiris kupingnya dengan cepat.

Selesai ia melakukan 'ritualnya', ia melihat ke arah anak yang satunya. Anak itu hanya memandang nanar, tidak bergerak.

“Jadi… mati berdiri itu sungguh ada ya?”

Sosok itu tidak ambil pusing, ia melakukan hal yang sama pada anak itu. Menggorok leher, menusuk ke dua bola mata, dan mengiris telinga anak itu dengan gerakan cepat.

Ia beranjak, berjalan menuju anak kecil yang tadi sedang dijahili. Anak tersebut menyeret tubuhnya mundur. “Ja-jangan… tolong…,” pinta anak itu, mengiba.

“Maaf nak, kau juga tidak punya tempat di dunia yang kejam ini.” Sosok itu tersenyum sebelum merenggut nyawa anak kecil yang tidak berdaya itu.

***

Konon, jika kau melakukan hal-hal keji seperti menyiksa yang lebih lemah, atau mengucilkan seseorang, dengan alasan apapun… maka ia akan datang—bersama para ular—untuk menyeleksi mereka yang tak pantas hidup.

Ia akan menggorok leher korbannya, menusuk ke dua mata mereka, dan mengambil ke dua telinga mereka. Terkadang, ia meninggalkan ukiran di perut korban, yang menuliskan sebuah pesan :

"James adalah Tuhan"

Tidak diketahui siapa dia sebenarnya, bahkan kepolisian setempat pun menyerah dan menutup kasusnya sebagai legenda masyarakat. Tidak ada hal lain yang bisa dilakukan, selain mengantisipasi kemunculannya, yaitu dengan mengurangi penyiksaan dan pembully-an.

Ada yang memanggil ia sebagai ‘Tuhan Yang Baru’, ada pula yang menjuluki dia… ‘James the Slither’

Final BattleWhere stories live. Discover now