Final Battle : Game of Death

507 27 0
                                    

Sudah malam rupanya. Dementria mengajak James untuk kerumahnya. Ini benar-benar suatu kebebasan yang dirindukan James! Selama beberapa hari terakhir, ia bertindak sebagai alat. Tapi tidak sekarang, ia bisa melakukan apapun yang ia mau.

Namun masih ada satu pertanyaan yang terlintas di benaknya. Mengapa kakek kandungnya tega melakukan semua ini? Selama perjalanan menuju rumah Dementria, James hanya diam.

“Hei, apakah kau tidak senang jika sekarang sudah bebas?” Dementria membuka percakapan.

“Yeah, ummm… Masih banyak hal yang mengganjal di pikiranku. Ah, apa kau tahu soal Jeff?”

“Jeff? Si muka aneh itu? Memangnya ada apa dengannya?”

“Sebelum kau datang, sebenarnya aku ditempatkan satu sel dengan Jeff. Tetapi Charles mengajakku untuk bertemu dengan pemilik penjara itu. Ketika kami kembali ke sel, Jeff telah hilang, dengan meninggalkan pesan memakai darah di dinding, dan gelang leher yang terlepas. Maksudku, jika darahmu adalah satu-satunya sandi yang bisa membuka gelang leher ini, bagaimana cara dia kabur?”

“Huh? Jangan-jangan suara riuh alarm itu disebabkan oleh kaburnya Jeff? Jadi bukan karena mereka melihatku menyelinap kesana?”

James semakin bingung. “Jadi… bukan kau yang….”

“Hem em…” Dementria menggeleng sebelum James menyelesaikan kalimatnya. “Yang kutahu, jika dilepas secara paksa, pemakai gelang leher itu akan mati.”

Khekh, ini semakin rumit. “Lalu kau… Hal menarik apa yang akan kau tunjukkan kepadaku?”

“Kau akan mengerti begitu sampai dirumah.”

Mereka tiba di rumah yang lebih mirip seperti mansion itu. Rumah dimana dia pertama kalinya bertarung dengan psikopat sebenarnya. Lalu apakah dirinya tidak termasuk psikopat? Yeah, hampir. 

Mansion itu tetap seperti waktu pertama kali ia mengunjunginya. Hanya sebagian lampu yang menyala. Sebenarnya banyak pertanyaan yang ia ingin tanyakan kepada Dementria, tetapi ia menunggu waktu yang tepat untuk menanyakannya.

Mereka masuk melalui pintu depan. “Aku pulang…” ucap Dementria. Ruang depan sangatlah gelap. Dementria melangkah masuk kedalam ruangan. “Ayo, jangan malu-malu…” katanya

Diujung ruangan terlihat sedikit cahaya. Sepertinya itu berasal dari dapur. 

“Sekarang biaya listrik cukup mahal. Aku tidak boleh boros dalam pemakaian listrik. Perawatan rumah ini juga tidaklah mudah.” Dementria berbicara seakan bisa membaca pikiran James.

“Apakah kau bekerja sekarang?” Tanya James.

“Hmm… Yah, sebenarnya pekerjaanku itulah yang akan kutunjukkan kepadamu.” Jawabnya saat dia berjalan menuju dapur.

Di dapur, Dementria membuka pintu lemari gantung yang terletak di samping wastafel. James melihat pantulan wajahnya di cermin. Tidak buruk juga, walaupun ada kumis tipis yang tumbuh diatas bibirnya, dia masih terlihat sempurna.

Dementria menggeser beberapa piring di dalam lemari gantung itu dan terlihat menekan sesuatu.

Zwiiing. Dinding yang berada tempat wastafel dan lemari itu seketika berputar dengan tumpu di tengahnya. Terlihat ruangan lain dibalik dinding tersebut.

“Ayo, kutunjukkan sesuatu padamu.” Ajak Dementria sambil melangkah masuk kedalam ruangan gelap itu.

Di dalam ruangan, Dementria menekan tombol di dinding yang membuat dinding tadi kembali menutup dan lampu dalam ruangan menyala.

Terlihat sebuah komputer di sudut ruangan dengan beberapa file-file yang berserakan di sisinya. 

“Disinilah aku mendapat uang.” 

Final BattleWhere stories live. Discover now