Final Battle : James' Power

465 23 0
                                    

James mengenali makhluk berhoodie dan bertopeng itu. Dengan cairan hitam yang mengalir keluar melalui lubang mata di topengnya.

“Kau… kau Eyeless Jack?” Tanya James.

“Whoa whoa… kau sudah kenal rupanya.” Ucap Dementria.

Sosok itu bahkan tidak mempedulikan James, ia hanya focus kepada ginjal pemberian Dementria.

James mendekat kepada Dementria, dan berbisik “Apakah kau yakin?”

“Well, sudah kubilang bukan, nikmati saja!” 

James memandang aneh kearah Eyeless Jack. Dia mendengar bahwa tingkat berbahaya Eyeless Jack ini setara dengan Jeff the Killer. Apa benar, makhluk seperti ini bisa dijadikan partner? Ah, mungkin memang dunia ini sulit dimengerti oleh James.

“Lebih baik kau mandi, di lemari lantai bawah ada beberapa baju yang mungkin cocok untukmu.” Usul Dementria.

James hanya mengangguk dan berjalan melewati Jack yang masih sibuk mengunyah ginjal. 

***

James berjalan santai di antara gang-gang kecil pada sore menjelang malam. Hal yang sudah biasa dilakukannya, mencari penadah-penadah nakal yang suka mengganggu remaja. 

Pahlawan? Mungkin kakekku tidak sepenuhnya salah. James tersenyum memikirkan hal itu. 

Tap. Langkah James terhenti sejenak. Ia memperhatikan sosok yang memakai hoodie hitam, berjongkok, sambil mengunyah apel di tikungan gang.

Bukan urusannya, pikir James. Ia tidak tertarik dengan orang macam itu.

James melangkah di depannya, dan melewati orang itu.

“Hei.” Sebuah suara terdengar. “Kau mau apel?” Tanya sosok yang menyodorkan apel setengah tergigitnya.

Huh? Pertanyaan macam apa itu. James mengerutkan kening, menganggap bahwa orang yang dihadapannya ini sedang mencoba melucu.

“Manusia harus banyak makan apel, itu membuat kulit mereka terawat.”

James membalikkan badan. Tidak peduli dengan apa yang dikatakan oleh orang ini. 

Jleb! Sebuah pisau menembus punggung James. “Urgh…” James tersentak.

“Aku bilang, kau harus makan apel.”

Huh? Apa-apaan orang ini, pikir James. Mungkinkah dia salah satu suruhan dari kakek? Tapi tidak. James tidak melihat gelang leher pada dirinya.

Crack, James mencabut pisau yang menancap di punggungnya. 

“Kau bosan hidup, hah?” James mulai kesal. Luka di punggungnya membuat amarahnya semakin memuncak.

Sosok itu berdiri. Dari tubuhnya terlihat ia seperti remaja laki-laki.

Tantangan! Batin James. Tapi ia harus berhati-hati. Tidak ada Dementria yang akan membantunya disini.

Krauk. Pemuda itu menggigit apelnya. James mundur selangkah, membuat ancang-ancang. 

“Mati kau!” Teriak James saat menyerang pemuda itu.

James mengarahkan pisaunya ke jantung pemuda itu, tapi ditangkis dengan tangannya.

Krekk. Huh? Mustahil! Tangan pemuda itu tidak terluka sedikit-pun. Melainkan mata pisau yang dihunus James remuk redam. 

Bugg! Pemuda itu bahkan tidak bergerak sedikitpun saat memukul wajah James. James terpental menabrak dinding.

“Uggh” James terbatuk mengeluarkan darah.

“Sudah kubilang, apel itu bagus bagi tubuh.”

James tidak bergerak. 

“Kau harus makan apel.” Ujar pemuda itu saat membalikkan badannya.

“Tunggu dulu,” James bergerak pada akhirnya. Ia bangkit dari duduknya, badannya terlihat tidak seimbang. 

Ia mengambil pisau yang ada di jaketnya dan mengiris telapak tangannya. Kemudian ia mengusapkan darahnya di wajahnya.

“Ahhh… aku hidup kembali…” kata James sambil memandang nanar keatas. Kemudian pandangannya tertuju pada pemuda di depannya.

Drap. James berlari kearah pemuda itu, menerjang dengan pisaunya, tapi kali ini ia tidak membidik kearah jantung.

Ternyata pisau itu hanya untuk pengalih perhatiannya, ‘Bug!’ James menendang tubuh pemuda itu, tetapi pemuda itu hanya terdorong beberapa langkah.

“Hahaha…” Sekarang pemuda itu tertawa, tawa yang cukup aneh.

“Sepertinya kau cukup kuat.” Pemuda itu berlari, bersiap menyerang James, tapi kakinya tertahan oleh sesuatu. 

Ular. Puluhan ular kini sedang merayapi tubuhnya.

“Khehehe..” James tersenyum. Ia berlari dan menghunuskan pisaunya, mengincar jantung pemuda itu. 

Jleb! Pisau akhirnya menembus dada pemuda itu. “Okkh..!” Pemuda itu memuntahkan darah.

Pemuda itu berusaha memukul James, tapi tangannya tertahan oleh ular-ular suruhan James.

James mencabut pisau yang menancap di dada pemuda tadi, kemudian menggorok lehernya. Cratt! Darah menyembur dengan deras.

“Hahahahaha!! Cantik!!” Teriak James.

Pemuda itu terjatuh, mengejang sebentar, kemudian tidak bergerak. Saat itu juga para ular perlahan pergi dari tubuh pemuda itu.

Mata pemuda itu membelalak. James muak melihatnya, ia mencungkil mata kanan pemuda itu dengan jarinya. Clack, urat-urat yang menempel pada bola mata itu seakan ikut meminta keluar, tetapi James menariknya hingga putus.

James mengangkat bola mata tersebut, memandanginya, mengendusnya, kemudian menjilatnya.

Satu jilatan, dan ‘Crauch’, ia menggigit hingga cairan bola mata itu menyembur keluar. James mengunyah bola mata itu hingga habis, dan menjilati tangannya.

Sesosok bayangan tiba-tiba muncul dan menendang wajah James.

Bruk! James terpental dan mendarat dengan wajah. Ia tersungkur, kemudian mengangkat kepalanya, berusaha melihat siapa yang menendangnya.

Itu adalah Eyeless Jack.

“Potonganmu sungguh jelek!” katanya. Suaranya, baru pertama kali ini James mendengar suara dari Eyeless Jack.

Jack membelah perut pemuda itu, menyayatnya dengan rapih, dan mengeluarkan ginjalnya. 

Jack menaruh kembali pisau di sisi tubuh pemuda itu. ‘Drap,’ ia mulai berlari dan menghilang di kegelapan.

James bangkit dan terhuyung, mungkin sudah cukup pikirnya, lebih baik ia kembali. Beruntung tidak ada orang lain yang melewati gang ini, ia masih belum mau sosoknya diketahui masyarakat.

Sepeninggalan James, sebelah mata dari mayat pemuda itu bergerak, melihat ke kanan, ke kiri, kemudian senyum tersungging di wajahnya…

***

Charles memberikan beberapa file kepada tuan besarnya.

“Bagus, sekarang kita bisa mulai bergerak. Kau boleh pergi sekarang.”

“Dimengerti, tuan.”

Charles melangkah keluar ruangan, dan berjalan menuju laboratorium. Sensor hijau menyinari dirinya dan pintu membuka.

Ia tersenyum kearah sosok dalam tabung kaca yang menatap kedatangan Charles dengan marah.

“Grrrr…” lebih mirip suara binatang dibandingkan manusia. Sosok itu berkali-kali menghentakkan badannya, tetapi tak kuasa bergerak akibat ikatan-ikatan dari lempengan baja yang menempel erat pada tubuhnya.

“Bersabarlah, giliranmu akan segera tiba, Jeff…”

Final BattleWhere stories live. Discover now