James berhenti sejenak. Ia merasa mendengar suara teriakan Jane. Ah, peduli apa, pikirnya. Yang penting ia harus menyelesaikan permainan ini secepatnya.
Ia dan Eyeless Jack mulai memasuki sisi yang lebih gelap dari pintu yang dipilihnya. Cahaya dari ruangan yang sebelumnya sudah tidak mampu menerangi jalan mereka.
Wussh- terdengar sebuah bunyi dengan hembusan angin yang terasa menyayat kulit wajah James.
Sontak James merasa tubuhnya ditarik oleh Eyeless Jack.
"Hei... apa yang-"
"Sssttt...," kata Jack, "Gunakan pendengaranmu baik-baik. Lebih mudah jika kau menutup mata. Ini kegelapan pekat, kau hanya bisa menggunakan panca indra selain mata untuk bertahan."
"Tapi... Apa itu tadi?" tanya James.
"Entahlah, mungkin sebuah pisau besar? Atau mungkin kapak? Kurasa asalnya dari atas."
James menyentuh wajahnya. Terasa sedikit basah dan hangat. Mungkin benar, ada suatu benda tajam yang mungkin saja bisa memenggal kepalanya tadi.
Kali ini ia menutup mata. Tidak bergerak dari tempatnya berdiri. Mencoba menggambarkan setiap suara yang ada. Suara langkah kaki milik Eyeless Jack menjadi salah satu yang paling menonjol.
Samar-samar mulai tergambar sebuah sosok yang sedang melangkah di benak James. Tap... tap... Sekarang, James bisa mendengar nafasnya dan nafas milik Eyeless Jack.
James mulai mengikuti Eyeless Jack sambil tetap menutup mata, mengikuti instingnya.
Criing-
Suara itu menghentikan suara tapak kaki mereka. Kedengarannya seperti lonceng. Apapun itu, sekarang James sudah bisa menebak. Suara itu berasal dari arah kanan mereka.
James bersiaga. Mengambil pisau dari balik jaket dan memegangnya erat.
Mereka sama-sama terdiam. Hening. Tidak ada suara apapun yang menyusul setelahnya.
Swing- Clab!
"Arrggh!" Teriak James. Ia merasakan lengan kirinya terhunus sesuatu. Ia merabanya, dan merasakan ujung-ujung tajam dari benda itu.
Benda itu memiliki 2 sudut yang tajam di sisi bebasnya, dan 2 sudut tajam di sisi yang menancap pada daging. James bisa memutuskan bahwa benda itu adalah Shuriken-atau sejenisnya.
Kali ini bunyi Shuriken yang berterbangan di udara semakin terdengar. Jumlahnya banyak. James menutup mata dan mencoba menghindar. Suara langkah kaki miliknya dan milik Eyeless Jack menggema di kegelapan pekat itu.
Ia hanya bisa mengandalkan instingnya, badannya terasa menari saat menghindari hantaman benda-benda runcing itu.
"Hei," teriak Eyeless Jack di tengah bebunyian Shuriken dan dentum sepatu mereka. "Apakah kau mau berolahraga sedikit?"
"Apa maksudmu? Aku tidak mengerti..." James masih berusaha menerka-nerka dimana posisi Eyeless Jack sekarang berada.
"Sudah, ikuti saja instingmu!" Eyeless Jack berteriak sesaat, dan terdengar tapak kakinya menjauh.
Huh? Apa-apaan dia! Apakah dia bermaksud meninggalkanku sendiri? Pikir James.
Pada akhirnya James terpaksa berlari, tapi Eyeless Jack terlalu cepat baginya. Ia hampir menyerah, hingga ia melihat sebuah cahaya muncul di kejauhan.
James berlari menuju cahaya itu. Kali ini, ia sampai di sebuah ruangan. Di mana terlihat Eyeless Jack yang berdiri tenang, beserta sebuah sosok bertudung yang duduk di meja, membelakangi mereka berdua, dan terasa tidak asing baginya.
