Karnivora huh? Sehebat apakah dia? Pikir James.
James menunggu lawannya muncul, tetapi yang dilihatnya adalah sesosok anak kecil pengantar surat itu. Atau ternyata….
Klang!
“Ahh, ini lebih ringan rasanya.” Anak itu berbicara sambil mengusap kakinya.
James baru menyadari jika sedari tadi kaki dari gadis kecil tersebut diborgol oleh sebuah bola besi besar yang sekarang tergeletak disampingnya.
Dan ia memakai gelang leher milik kakeknya!
“Orang itu bilang….”
Huh? Pernyataan bodoh apalagi yang akan dia katakan?
“Aku adalah nomor tiga, jika bisa membunuhmu, aku akan menjadi nomor satu. Aku boleh menjadi orang itu…”
Gadis kecil itu membungkuk sedikit, dan, ‘Drap!’ Ia berlari dengan kecepatan yang amat tinggi.
Ia melompat kearah James, belum sempat James menghindar, gigi-gigi tajamnya sudah mendarat di lengan kanan James.
Crucch! Gadis kecil itu mencabik daging di lengan James.
“Arrrrrgghh!!” James menghentakkan tangannya untuk melepaskan diri.
Gadis kecil tadi melompat menjauh beberapa meter dan mengunyah sisa daging yang ada di mulutnya.
“Sial!!” James mencoba menahan darah yang mengucur deras dari lengannya. Daging di sisi lengannya tercabik cukup dalam.
“Ini fatal, aku bisa mati kehabisan darah…”
Gadis kecil tadi merangkak, gaya berjalannya lebih mirip binatang daripada manusia.
“Hssssh…” Dari sela gigi-giginya yang runcing mengalir liur bercampur darah, kuku-kukunya mengais lantai bak binatang lapar.
“Lumayan. Kau cukup enak. Apa sebaiknya aku menyisakanmu untuk besok pagi?”
Keparat! Batin James. Bisa-bisanya gadis kecil ini merencanakan takdirnya.
“Tapi tidak! Aku merasa sangat lapar sekarang!”
Gadis kecil itu berlari dengan kedua tangan dan kedua kakinya. James mengambil pisau dari balik jaketnya.
James berhasil menghindar dari serangan pertama gadis itu, tetapi gadis itu mendarat seperti hewan berkaki empat, kemudian kembali melompat.
Gadis itu menerjang dan menancapkan kuku-kukunya ke dada James.
“Argh! Terima ini, monster gadungan!”
Stab! James menikam diantara bola mata kiri dan pipi gadis kecil itu. Darah bermuncratan ke wajah James.
“Aaaaaa!!! Aaaaaaaaaaaa!!!!” Gadis kecil itu berguling di lantai, mengejang kesakitan.
Badannya meringkuk di lantai menahan sakit, gemetar…
“Hiks…” Terdengar sedikit isak tangis dari gadis kecil itu.
“Aku… Hanya ingin… Hidup normal… Dia bi… urrghh!!”
James menusuk punggung gadis itu, pisau khusus yang disiapkannya, memiliki panjang yang memungkinkan untuk menembus jantung.
“Khekh… Rengekanmu itu tidak akan berguna, monster kecil...!” James tersenyum diambang kemenangannya.
“Urgh!! Berengsek!!” Gadis kecil itu mencoba mencabik James dengan menggunakan kuku-kukunya, tetapi James melompat mundur seraya mencabut pisau dari punggung gadis kecil.
