14. Teror

1.5K 150 63
                                    

“Jika ini caramu mencintaiku tak akan aku terima dirimu.”
—Rashila

•••••

Setelah lelah beradu mulut dengan Haidar, Rashila langsung saja kabur ke mejanya. Rashila tidak berminat menanggapi perkataan Haidar lagi. Padahal awalnya Rashila menanyakan baik-baik perihal yang membuat Haidar bersedih. Namun Rashila malah dibuat semakin kesal olehnya. Rasanya ingin meledak, tapi ia bukanlah bom. Ia jadi ingin meninju orang.

"Shil, novel yang waktu dulu gue pernah pinjam udah gue balikin ya. Lo cek lagi ada di kolong meja, gue taro di situ. Maaf banget baru ngembaliin," ucap Pipi sambil menunjuk ke kolong meja serbaguna yang dapat digunakan untuk meletakan apa saja.

Rashila pun merogoh kolong mejanya untuk mengecek novel dirinya yang baru saja dikembalikan Pipi. Namun yang ia dapatkan malah sepucuk surat lagi dan sebatang cokelat. Kali ini tidak ada lagi mawar merah. Rashila justru lebih senang jika ada yang memberinya cokelat.

Kemudian Rashila membuka surat itu. Ditemukan lagi sebuah puisi yang memiliki teka-teki sehingga membuat Rashila menggarukan poninya karena tak paham.

Ribuan bunga akan aku berikan
Asal kau senang sayang
Jutaan cokelat bila mau
Tetap aku beri padamu
Sebilah pisau pun akan aku beri
Jika kau ingkar janji

Temui aku
Dalam ruang hampa
Tanpa ada umat manusia
Dalam kegelapan
Yang penuh kesesakan
Tiga tingkat pada bumi
Menjulang tinggi
Dan kau datang sendiri
Tak perlu ditemani

Jangan takut sendiri
Aku tak akan jahati
Aku hanya ingin kamu
Datanglah padaku
Selesaikan semua ini

9.40 pagi
Aku menanti
Aku harap kamu hadir
Tenang, aku tak melukai
Asalkan kau hadir
Bersama hatimu
Yang seharusnya milikku

Rashila malah jadi bergidik ngeri dan tanpa sengaja meremas surat itu. Kali ini bukan surat romantis yang ia dapatkan. Melainkan surat yang penuh dengan misteri. Yang membuat Rashila langsung menjadi kaku terdapat pada bagian 'sebilah pisau pun akan aku beri, jika kau ingkar janji'.

Ia menggigit bibir bawahnya gemetar. Sesekali mengingat-ingat janji yang sebelumnya pernah ia buat dengan beberapa orang.

Akan tetapi seingatnya, ia tak pernah membuat janji ekstrim dengan siapa pun. Paling hanya janji sederhana seperti mengembalikan buku atau pun uang yang pernah ia pinjam. Itu pun kepada sahabatnya.

"Siapa orang di balik surat ini sih?" Rashila terus saja bertanya-tanya dalam hatinya. Adira yang kebetulan berada di sebelah Rashila mengintip surat yang sedang dibaca serius olehnya.

Saat membaca baris ke lima, Adira langsung melotot. "Lo diteror, Shil! Lo laporin aja ke Bu Jia, bahaya tau. Kalau lo kenapa-kenapa gimana coba?" teriak Adira khawatir.

"Teror?" tanya sahabatnya yang lain secara serempak.

"Menurut lo kira-kira siapa orangnya?" pertanyaan itu meluncur juga dari bibir Rashila.

"Lo emang pernah buat janji ke siapa?" tanya balik Adira.

Rashila menjambak rambutnya sendiri. "Gue juga gak tau. Seingat gue, gue gak pernah bikin janji yang aneh-aneh."

"Coba gue mau baca isi suratnya," pinta Pipi. Rashila pun memberikan surat itu yang sudah agak lecek karena ia sempat meremasnya.

Kemudian Pipi membaca isi suratnya itu. Setelah selesai membaca, ia mengoper lagi pada sahabatnya yang lain. Pipi pun memberikan saran, "Yaudah lo cobain aja samperin dia jam 9.40."

Miss LampirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang