3. Kesombongan

2.9K 251 139
                                    

"Cara membahagiakan diri sendiri adalah dengan memuji diri sendiri."
-Haidar

•••••

Hari ini Rashila telah resmi menjadi bendahara kelas. Rashila sudah tidak sabar untuk menagih uang kas Haidar dan membuat telinganya panas seperti terbakar. Anggap saja ini sebagai bentuk balas dendamnya. Karena Haidar telah membocorkan rahasia besarnya. Bahkan, sahabatnya sendiri pun belum mengetahui itu.

"Emak, jangan galak-galak nagih uang kasnya," pinta Pipi kepada Rashila.

"Eh, lo jadi bendahara ya? Hehe, gue lupa bawa uang kas," kata Cia sambil menampilkan cengirannya yang mirip kuda.

Gina langsung mendaratkan jitakannya pada Cia. "Masih anak kecil kok udah pikun? Nih, Shil, gue mau bayar uang kas buat bulan ini." Gina menyodorkan uangnya dan uang itu pun diterima Rashila. Kemudian ia masukan ke dalam dompet kas dan mencentang nama Gina.

Cia langsung nyinyir, "Tante mau nyombong? Tumben amat bayar uang kas biasanya juga telat. Songong lu! Nih, gue juga mau bayar."

Rashila tersenyum. Ia padahal belum menagih uang kas, tapi mereka sudah sadar sendiri untuk membayarnya. Baguslah, ia jadi tidak perlu berkoar-koar terlalu banyak pagi ini. Mungkin hanya pada Haidar.

Pipi memberikan uangnya pada Rashila. "Shil, gue nyicil ya. Gue bayar segini dulu, sisanya besok."

Kemudian yang ditunggu datang juga. Seakan harimau yang sedang menunggu mangsa dan muncul seekor kijang. Siap disantap! Baru saja Haidar melangkahkan kakinya memasuki kelas. Ia sudah disambut oleh Rashila.

"Selamat Pagi! Selamat datang di kelas 11 IPA 3! Bertemu lagi dengan saya, Rashila Agnesia. Apakah Anda berkenan untuk membayar uang kas?" Rashila mencoba ramah kepada Haidar.

"Gue siapa?"

"Ini dimana?"

"Lo siapa?"

"Ini hari apa?"

"Satu tambah satu berapa?"

"Aduh kepala gua sakit!"

Rashila langsung saja menjewer telinga cowok itu. "Heh, pake amnesia segala. Mau gue timpuk?"

Haidar kemudian sok-sokan memegang kepalanya kesakitan. "Kepala gue sakit banget dan sekarang gue udah mulai berhalusinasi. Gue melihat ada sesosok Mak Lampir yang sedang marah-marah kaya ibu-ibu yang minta uang bulanan."

Rashila memasang muka masam dan semakin mengeraskan jewerannya.

"Aww! Sakit dodol. Lepasin woii!"

Haidar meronta kesakitan dan Rashila pun melepaskan jeweran itu. "Sakit kan? Yaudah buruan bayar duit kas."

"Lo cewek bukan sih? Penampilan kaya preman gitu," cibir Haidar.

Rashila melotot. "Ya ceweklah! Lo bisa liat gak sih? Gue make rok. Gue juga suka warna pink. Sori, ya, gue bukan preman."

Haidar tertawa, "Gaya kaya preman, mulut kaya mercon, penampilan mirip Mak Lampir. Rambut panjang, badan kurus kerempeng, kulit keriput, kuku panjang, hidung gede. Malu tuh sama kaca!"

"Apaan sih?! Dari pada lo kaya genderuwo. Badan gendut, kulit item, rambut kribo, bau lagi. Gausah banyak bacot deh, buruan bayar kas. Gue juga harus nagihin yang lain," ucap Rashila dengan gereget.

Haidar kemudian berjalan santai menuju cermin. Rashila mulai heran dengan perlakuan cowok aneh itu. "Coba lo ngaca," kata Haidar.

Dengan ala-ala model, Rashila bergaya di depan cermin. "Gue cantik."

Miss LampirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang