35. Kacamata?

919 64 17
                                    

“Apa otak gue harus pake kacamata biar pikiran gue nggak burem?”
Cia si Anak Kecil

•••••

Mendengar kabar mengenai kecelakaan kecil yang dialami oleh Rashila membuat teman-temannya merasa khawatir. Selepas pulang sekolah, geng Pendekar Kantin menuju ke rumah sakit untuk menjenguk Rashila. Randy pun ikut menjenguk ke rumah sakit. Mau bagaimanapun sudah tugas KM untuk menjenguk teman sekelasnya. Walaupun sebenarnya, hati Randy sedang dalam fase menjauhi Rashila. 

Nella juga ikut menjenguk Rashila. Bahkan, semua buah-buahan dan kue yang mereka bawa untuk Rashila dibiayai oleh Nella. Ia memang gadis yang baik. Hanya saja, ia bisa berubah menjadi garang ketika ada perempuan lain yang dekat dengan pangeran hatinya. 

Sayangnya, Haidar tidak ikut menjenguk bersama mereka. Alasannya karena selepas pulang sekolah dirinya sudah memiliki kontrak dengan teater. Lagipula ia sudah mengetahui kondisi Rashila sejak malam. Ternyata tidak separah itu. Mungkin setelah latihan teater Haidar baru bisa menyusul sekalian mengantar Rahma. Ibunya Rahma juga masih berada di rumah sakit. 

Setelah menempuh perjalanan dari sekolah menuju ke rumah sakit, akhirnya mereka sampai juga. Namun saat berada di depan ruangan Rashila, semuanya saling menatap dan tak ada yang mau mengawali untuk membuka pintunya.

"Nella, lo aja yang buka pintu. Lo kan yang udah bayarin semua buah-buahan sama kue buat Rashila," ucap Gina kepada Nella yang langsung ditolak mentah-mentah. "Ngaco! Justru karena gue udah ngebeliin buah sama kue buat Rashila, gue nggak perlu ngapa-ngapain lagi. Lagian, gue gengsi kali kalau harus buka pintu duluan."

"Yaudah, Dir, lo aja ya yang buka pintunya. Lo kan temen sebangku Rashila," ucap Gina lagi yang mencari pelarian kepada Adira.

"Kenapa nggak lo aja sih? Itu tangan lo paling deket sama gagang pintu. Tinggal ditarik aja susah amat," tolak Adira terhadap ucapan Gina.

Lagi-lagi Gina berdecak kesal dan melemparkan kepada korban selanjutnya. "Heh, Anak Kecil! Daripada lo bengong aja, mending lo yang buka pintu."

Cia memajukan bibir mungilnya itu karena merasa kesal. "Enak aja lo main asal nyuruh!" 

"Lo suruh aja Ocha, noh! Dari tadi sibuk bikin story mulu," cetus Adira.

Mendengar namanya disebut, Ocha langsung membelalakkan matanya. "Loh, loh? Kok jadi gue?"

"Pi, nggak ada pilihan lain! Lo yang harus buka pintunya," titah Gina kepada Pipi dan langsung  dibalas dengan tatapan sinis. 

"Dasar cewek ribet," sindir Randy dengan nada nyinyir. Dengan penuh kebanggaan sebagai satu-satunya pria di antara mereka, Randy pun mendorong pintu itu. 

Lalu, pintunya terbuka.

Dan ... menyajikan pemandangan yang luar biasa.

"AAHHH!!! RANDY, LO HARUS TUTUP MATA SEKARANG JUGA!! KENAPA KALIAN KE SINI NGGAK BILANG-BILANG SIH?! TUTUP LAGI PINTUNYA, KELUAARRR!!!" teriak Rashila dengan begitu histeris saat melihat penampakan Randy dan kawan-kawannya datang kemari.

Dengan sigap Randy langsung menutup kembali pintunya. Jantungnya berdebar-debar saking terkejutnya. Bahkan, matanya pun belum siap dengan apa yang telah dilihatnya. Kini mata sudah berlumuran dengan dosa.

Dengan muka masam Nella berkata, "Tau gitu tadi gue aja yang buka pintu. Dasar Rashila nggak punya otak! Apa gunanya kamar mandi kalau nggak dipake?! Apa dia nggak mikir kalau ada orang yang mau jenguk? Ganti baju sembarangan aja. Udah gitu cowok gue paling depan lagi."

Miss LampirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang