29. Dia Rahma

827 73 19
                                    

“Jika suatu saat kehilanganmu aku tak akan pernah siap,”
—Rahma

•••••

Ketika pulang sekolah, Haidar menyempatkan diri untuk berkumpul di sebuah ruangan karena ada sedikit kepentingan. Banyak orang yang mengira, bahwa Haidar adalah sosok yang no life. Sosok yang nampaknya tidak peduli dengan dunia sekitar dan bodo amat terhadap segala hal. Banyak orang beranggapan Haidar bukanlah sosok yang begitu penting. Ia memang bukan anggota OSIS, bukan anak basket, dan bukan pula anak band. Namun sesungguhnya ia anak teater. Tidak banyak yang tahu karena ia memang jarang kumpul.

Haidar sering dianggap sebagai anggota bayangan karena dirinya jarang sekali latihan teater. Mungkin dalam waktu hampir dua tahun bersekolah, hanya empat sampai lima kali ikut berkumpul. Haidar memang suka berakting di atas panggung, tetapi ia lebih suka untuk cepat-cepat pulang ke rumah. Ia hanya berkumpul jika ada sesuatu yang penting saja. Misalnya, ketika ingin dispensasi. 

Haidar kemudian berjalan menuju aula sekolah sebagai tempat berkumpulnya anak teater. Tiba-tiba saja ada seseorang yang berteriak memanggil namanya dari arah belakang.

"HAAIIDAARR!!!"

Siapa lagi kalau bukan suara cempreng milik Miss Lampir. Kemudian Haidar pun menoleh ke belakang. Rashila langsung saja berlari kecil menghampiri Haidar.

"Lo mau pulang kan? Nebeng dong," ucap Rashila sambil tersenyum semanis mungkin kepada Haidar agar mau mengantarnya pulang. 

Haidar tiba-tiba teringat dengan ucapan dirinya sendiri yang ingin membantu Rashila untuk sembuh dari patah hati. Namun sayangnya, untuk hari ini mungkin ia masih belum bisa mewujudkan ucapannya itu. Hari ini ia sudah memiliki janji yang lain. "Angkot masih banyak tuh di jalanan. Lo naik angkot aja sana," balas Haidar.

Seketika muka Rashila jadi tertekuk, "Emang yang bilang di jalan gak ada angkot siapa? Gue pengen nyari yang gratisan tau."

Haidar tampak diam sejenak kemudian menjawab, "Oke. Tapi gak hari ini."

"Loh kenapa? Sok sibuk lo," jawab Rashila ketus. Namun tiba-tiba saja mulut Rashila terbuka lebar, "OH, GUE TAU! LO MAU JALAN SAMA CEWEK LO YAAA!!!" 

Mendengar hal itu Haidar jadi gugup sendiri. Kemudian ia menggaruk alisnya dan nampak salah tingkah. Rashila memandangi mata Haidar, sedangkan mata Haidar seakan tak mau menerima tatapan dari Rashila. 

"Gue pengen tau ceweknya, plis!" 

Haidar jadi semakin salah tingkah dan hanya bisa menjawab, "Udahlah lo pulang aja. Mamang angkot udah nungguin lo tuh di depan."

"Enggak! Gue gak akan pulang sebelum tau wujud Rahma kayak gimana," balas Rashila penuh ambisi.

"Wujud dia manusia," balas Haidar yang mulai kesal. "Gue mohon dong sama lo. Untuk kali ini aja, lo jangan ganggu gue dan jangan bersikap ngeselin. Lo pulang aja terus bobo cantik, oke? Gue anter deh sampe gerbang." 

"Enggak mau!"

"Gue bayarin angkotnya sekalian, gimana?" jawab Haidar menambahkan tawarannya.

"Tapi—" 

"Lo belum kumpul di aula?" tanya seseorang yang tiba-tiba muncul di antara mereka berdua dan ucapan Rashila pun jadi terpotong karenanya. 

Miss LampirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang