30. Rahasia Baru

844 72 24
                                    

Rahasia Allah jauh lebih indah dari yang sudah diharapkan,”
—Rashila

•••••

Pagi sebelum jam pelajaran dimulai, Rashila sudah sibuk melancarkan aksinya. Ia berkeliling menghampiri satu per satu teman sekelasnya untuk menagih uang kas. Sampai tiba saatnya ia harus berhadapan dengan Randy.

"Selamat pagi, Pak KM! Uang kasnya minggu ini belum lunas," ucap Rashila seramah mungkin. Sejujurnya, ia merasa sedikit canggung berhadapan dengan Randy. Namun sebisa mungkin ia menutupinya.

"Kurang berapa?" tanya Randy dengan wajah datar tidak seperti biasanya. Randy kemudian mengeluarkan uang lima ribuan dari sakunya. "Segini cukup?"

Rashila terdiam sejenak baru membalas, "Oh, cukup cukup!" Rashila pun menerima uang itu sambil menampilkan sedikit senyum dan berkata, "Makasih." Lalu Rashila pun berjalan meninggalkan bangku Randy. Rashila masih merasa tidak enak sendiri dengan Randy, terlepas dari apa yang sudah dilakukan olehnya.

Akan tetapi, ya, sudahlah! Tidak ada orang yang bisa disalahkan dalam kondisi seperti ini. Rasa cinta memang manusiawi, hanya manusianya saja yang memperumit.

Kini Rashila lebih memilih untuk bersikap bodo amat terhadap masalah yang telah menimpanya belakangan. Rashila pun kini menghampiri meja Haidar dan menyapanya dengan penuh kejahilan, "Selamat pagi wahai makhluk aneh nan menyebalkan! Gue cuma mau ngingetin sekaligus nagih kalau lo belum bayar uang kas sejak tiga minggu terakhir."

Haidar tiba-tiba saja melotot. "Loh, kok tiga minggu? Terus lo anggap apa cicilan yang gue bayar tiap hari?"

Rashila pun tertawa mendengar hal itu. "Lo pikir cicilan seribu rupiah bisa nutupin semuanya? Masih kurang banyak tau. Ayo cepetan bayar!"

"Iya, iya, berisik lo!" Haidar pun merogoh sakunya dan memberikan dua keping uang lima ratusan. Melihat itu Rashila hanya bisa geleng-geleng kepala sambil mengelus dada.

Rashila tiba-tiba teringat dengan kejadin kemarin. Kemudian ia mencoba membuka pembicaraan dengan Haidar. "Dar, sejak kapan sih lo pacaran sama Rahma?"

"Sssttt!!" Haidar langsung saja menempelkan telunjuknya di depan bibir Rashila. Mendapat perlakuan seperti itu tentu membuat Rashila agak terkejut. Rashila pun segera menepis telunjuk milik Haidar.

Haidar menoleh ke arah kanan dan kiri kemudian berkata dengan suara pelan, "Tutup mulut lo soal Rahma. Jangan sampe semua orang tau kalau gue pacaran sama dia."

Rashila menyipitkan kedua matanya dan bertanya. "Kenapa orang lain gak boleh tau?"

"Pacaran bukan buat diumbar-umbar," balas Haidar sambil memalingkan wajahnya. Melihat gerak-gerik dan ucapan Haidar yang seperti ini, Rashila justru curiga bahwa sebenarnya ada yang sedang ditutupi.

"Kalo mau boong pinteran dikit napa. Katanya anak teater, tapi lo gak jago akting," ucap Rashila sambil tersenyum miring. "Carita aja kali kalo ada masalah," lanjut Rashila sambil menarik bangku kosong yang ada di dekatnya.

"Gak usah sok taulah lo!"

"Tapi fakta kan?

"Bukan," jawab Haidar kemudian membuka bukunya dan pura-pura membaca. "Boong banget," cibir Rashila.

Haidar lalu memang Rashila. "Kalau gue ada masalah, terus masalahnya sama lo apa?" Rashila menghembuskan napasnya dan membalas, "Ya, masalah dong! Lo kan temen gue sekarang."

Haidar mengangkat sebelah alisnya. "Gue bukan musuh lo lagi?"

"Gue cape punya musuh. Gue cape sama semua yang fake. Gue juga cape sama urusan cinta-cintaan. Gue cape sama semuanya," balas Rashila yang kemudian terdiam.

Miss LampirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang