FWB - 13

4.7K 393 109
                                    

Chapter Thirteen : Mystery

"Kau harus sering-sering main ke sini, Soojung. Aku benar-benar merasa kesepian tinggal sendirian di sini." Aku hanya mengulum senyum mendengar penuturan Yoona ketika kami pamit pulang. Ini adalah salah satu yang kusayangkan dari rumah ini. Rumah ini besar dan nyaman tapi hanya ada satu orang penghuninya. Aku mungkin tidak begitu menyukai keramaian, tapi tinggal sendirian juga bukan pilihanku. Semua orang pasti membutuhkan orang lain dalam hidupnya.

"Mangkannya cari pasangan, old lady," celetuk Sehun dan langsung mendapatkan pelototan dari Yoona.

"I'm not old lady, bocah setan!" Sehun mendengus sementara aku menahan tawa. Kurasa sebutan itu agak cocok untuknya, walaupun istilah bocah agak kurang tepat karena Sehun sudah berusia duapuluh dua. "Soojung, jangan terlalu sering dekat-dekat dengan dia. Nanti kau tertular sikap kurang ajarnya."

Kalau begini, aku jadi yakin mereka tidak menganggap satu sama lain lebih dari kakak adik.

Aku melambaikan tangan pada Yoona dari dalam mobil ketika Sehun mulai menjalankannya. Agak sedikit tidak rela sebenarnya harus pergi begitu cepat dari rumah impianku itu. Kalau saja jaraknya tidak begitu jauh dari kampus, aku pasti sudah mengunjunginya setiap hari.

Aku beralih pada Sehun ketika rumah Yoona sudah menghilang dari pandangan dan tergantikan oleh deretan pohon-pohon. Matanya hanya terfokus pada jalanan dan tampak begitu serius mengemudi. "Kau sering ke sini? Mengunjungi Yoona?" tanyaku, berusaha mencairkan suasana. Suasana diantara diriku dan Sehun jadi agak kurang menyenangkan setelah aku menanyakan tentang tatto di pelipisnya.

"Hanya sesekali. Aku banyak urusan," jawabnya tanpa menoleh. Entah urusan apa yang dia maksud. Aku tak berani bertanya tentang urusannya lagi.

"Ngomong-ngomong, kau serius ingin mengantarku ke rumah orangtuaku?" Dia hanya berdeham sebagai jawaban, masih tanpa menoleh. "Dengan penampilan seperti ini?"

Kali ini, Sehun menoleh sekilas padaku. "Tak ada yang salah dengan penampilanku."

"Untuk ukuran seorang berandalan memang tidak ada yang salah dengan penampilanmu."

Walaupun itu memang pendapatku yang sebenarnya, tapi aku mengatakan itu hanya untuk bergurau. Biasanya, orang lain adalah yang mencoba bergurau denganku dan aku adalah yang kaku saat berinteraksi. Tapi sekarang aku malah yang mencoba bergurau ketika berinteraksi dengan Sehun.

"Oh ya?" tanyanya main-main. "Apakah itu berandalan yang sama yang membuatmu menjerit dan memohon semalam, Nona Jung?"

Aku langsung memalingkan wajahku mendengarnya mengungkit masalah semalam. Kuakui Sehun memang lebih ahli dalam membalikkan keadaan. Lidahnya benar-benar pintar dalam berkata.

Selama hampir dua jam perjalanan hanya terisi oleh keheningan. Sehun mengantarku sampai ke depan asrama. Aku menawarinya untuk mampir, hanya untuk kesopanan. Dia sudah berkendara selama dua jam dan mungkin dia harus beristirahat sejenak. Tapi Sehun malah menolak dan berdalih kalau dia punya urusan lain.

"Sampai jumpa di kelas," katanya sebelum menjalankan mobil.

Aku hanya mengangguk dan membalas, "Laters, Sehun."

Sambil berjalan menuju kamarku di lantai empat, aku terus memikirkan alasan apa yang akan kukatakan pada Jinri. Aku tak mengatakan padanya kalau aku akan menginap. Dan lebih parahnya lagi, dia tahu aku pergi dengan Sehun. Aku tak ingin Jinri berpikir yang tidak-tidak sekalipun pada kenyataannya aku dan Sehun memang melakukan sesuatu yang tidak semestinya.

Seulgi dan Seungwan ternyata sedang berada di sana juga ketika aku membuka pintu kamarku. Ketiganya tampak terkejut dengan kehadiranku, dan membuatku merasa canggung saat itu juga. Kami sudah tidak benar-benar saling bicara selama beberapa minggu ini dan situasi ini benar-benar tidak membantu.

Friends With BenefitsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang